Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Institut Literasi dan Peradaban
Wapres Ma'ruf: kenapa kasus Covid-19 masih naik? Marena masyarakat kurang disiplin mematuhi protokol kesehatan. Pernyataan ini beliau sampaikan saat memberikan sambutan dalam silaturahmi dengan sejumlah organisasi Islam di Istana Wakil Presiden, Jakarta (kompas.com17/7/2020).
Padahal, kata dia, pemerintah memberlakukan adaptasi kebiasaan baru (AKB) dengan membuka sektor perekonomian yang wajib menerapkan protokol kesehatan dikarenakan melihat adanya penurunan kasus.
Demikian juga untuk memulihkan perekonomian yang memburuk akibat kemunculan Covid-19 ini.
"Jadi sebenarnya semula kami melihat ada penurunan, oleh karena itu diberlakukannya AKB. Tapi setelah ini, kenapa masih naik? karena kurang disiplinnya masyarakat menaati protokol kesehatan," ujar Ma'ruf memberikan sambutan saat silaturahim dengan sejumlah organisasi masyarakat Islam di Istana Wapres, Jakarta.
Setali tiga uang dengan pernyataan kepala negara, Jokowi beberapa hari yang lalu, yang mengklaim bahwa keputusannya tidak Lock Down adalah keputusan yang tepat yang berakibat pada penurunan ekonomi tidak terlalu drastis.
Pantaskah seorang kepala negara berikut dengan wakilnya yang memegang tampuk kekuasaan mengatakan hal demikian kepada rakyatnya? Namun lagi-lagi rakyat yang dipersalahkan. mengapa tidak mulai bermuhasabah Dengan mengatakan bahwa ini adalah kesalahan rakyat yang tidak disiplin, bak buruk rupa kaca dibelah.
Jika saja pemerintah mensejahterakan rakyat dengan sebenar-benarnya maka tentu rakyat akan mengikut dengan disiplin. Namun sepanjang masa pandemi pemerintah senantiasa menggunakan kebijakan-kebijakan yang bertentangan dengan Republik Indonesia itu sendiri.
Bahkan ketika negara-negara di dunia mengalami serangan Covid-19, Sementara Indonesia masih memiliki waktu untuk mengantisipasinya, itu tidak dilakukan. ternyata tidak dilakukan. Sebaliknya presiden Jokowi menyewa para duta besar untuk mempoklamirkan kepada dunia bahwa Indonesia baik-baik, akibatnya kewaspadaan berkurang dan Covid-19 mengambil peran.
Berbagai wilayah di Indonesia berubah menjadi zona merah, hingga kemudian melumpuhkan sendi-sendi masyarakat yang ada di sana. andai saja Indonesia lebih tanggap ketika mengantisipasi virus Corona yang pertama kali masuk ke Indonesia tentu tidak akan banyak korban berjatuhan. Hingga hari ini padahal Rasulullah dan Allah sendiri sangat melaknat pembunuhan 1 jiwa tanpa alasan yang haq.
"Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS. Al Maidah: 32).
Banyaknya nyawa rakyat melayang karena Covid , tak juga menggerakkan hati para penguasa ketidakmaksimalan negara menangani masalah pandemi sebetulnya disebabkan karena negara menggunakan sistem yang memisahkan agama dari kehidupan sehingga solusi yang muncul dalam mengatasi pandemi ini adalah berasal dari solusi manusia yang terbatas akalnya.
Khalifah Umar bin Khattab ketika wilayah Syam mengalami bencana, maka ia menetapkan beberapa wilayah yang bersebelahan dengan Yaman untuk segera di kunci, agar wabah tidak merata menyerang mereka yang sehat. Sedang bagi mereka yang berada dalam zona isolasi tidak berhubungan langsung dengan warga yang sehat sedangkan kebutuhan mereka dipenuhi oleh negara. Wallahu a'bish showwab.
Tags
Opini