Oleh: Femila Kareni
Mode transportasi udara, laut maupun darat adalah sarana penting bagi kehidupan bersosial ekonomi dan pariwisata, disaat diberlakukan PSBB (pembatasan sosial berskala besar). Arus transportasi lokal interlokal pun ikut mengalami penurunan. Biasanya yang 1 bus bisa diisi 40-50 penumpang, saat PSBB diberlakukan mengalami penurunan hingga 50%. Selama masa pandemi banyak warga yang menggantungkan hidupnya di mode transportasi darat mengeluhkan bahwa dampak pandemi ini sangat dirasanya tak banyak orang yang menggunakan transportasi publik. Setelah pemerintah memberhentikan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) semua mode transportasi mulai dibuka. Semuanya melayani AKDP (angkutan kota dalam provinsi) dan AKAP (antar kota antar provinsi) melalui udara dan laut pun berangsur pulih .
Setelah pemerintah memutuskan untuk memberhentikan PSBB tak pelik masalah baru pun muncul dalam satu mode sarana transportasi (cnn, 10/6/2020).
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tengah mengkaji besaran kenaikan tarif bus untuk kelas ekonomi yang berlaku secara nasional, Perkiraan tarif bus akan naik berkisaran 25-50% , Sementara tarif bus kelas eksekutif sudah berlaku di beberapa rute. Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi mengatakan kenaikan tarif bus ekonomi dilakukan karena sudah beberapa tahun tidak ada penyesuaian. Saat ini, kajian formula besaran tarif dan aturan berupa perubahan peraturan menteri perhubungan tengah dikerjakan, beliau juga mengatakan bahwa kenaikan tarif bus bukan karena dampak adanya virus covid 19.
Sungguh, pemerintah sangatlah ceroboh dalam mengambil keputusan untuk mengakhiri PSBB (pembatasan sosial berskala besar) yang mana pasien yang terkonfirmasi positif belum melandai justru setiap hari ada peningkatan korban. Bahwa telah terjadi peningkatan sebanyak 117 kasus positif COVID-19. Sehingga, total kasus positif corona di Surabaya hari ini adalah 3744 kasus (Tribunnews, 12/6/2020) .
Keputusan yang diambil sangatlah ceroboh. Alih-alih ingin membenahi perekonomian yang merosot, pemerintah menghentikan PSBB memulai dengan NEW NORMAL. Memulai aktifitas seperti semula. Kantor-kantor mulai dibuka, pasar, mall, tempat tempat hiburan malam pun sudah mulai beroperasi. Sebuah keputusan yang membuat wabah masih bisa meluas karena banyak warganya sudah tak tahan dengan suasana stay at home. Bagaimana tidak? Saat pandemi seperti ini pemerintah tak bisa menjamin kehidupan rakyatnya dan mereka harus berjibaku dengan virus saat mereka mencari penghidupan untuk keluarganya.
"Kalau kami tak kerja saya dan keluarga makan apa? Biarlah saya mati saat mencari nafkah untuk keluarga daripada harus mati di dalam rumah," salah satu cuitan netizen .
Astagfirullahaladzim, begitulah sisi buruk pemimpin hari ini yang mengadopsi distem kapitalis yang hanya mementingkan dirinya sendiri dan golongannya tanpa memikirkan bagaimana nasib rakyat yang harus berdamai dengan corona yang akan mengintai siapa saja akan terpapar virus.
Beda dengan Islam yang memiliki cara jitu untuk mengatasai wabah agar tak sampai meluas dan kebutuhan hidup warga atau daerah yang terpapar menjadi jaminan para pemimpin.
Cara Islam menangani wabah :
1. Mengunci area wabah sesegera mungkin sebagaimana yang di sabdakan Rasulullah SAW, "Apabila kalian mendengar wabah di suatu tempat maka janganlah memasuki tempat tersebut dan jika di tempat kalian terjadi wabah janganlah kalian keluar darinya." (HR. Imam Muslim)
2.Pengisolasian yang sakit
Sabda Rasulullah SAW, "Sekali-kali janganlah kalian yang berpenyakit menular mendekati yang sehat." (HR. Bukhari).
Rasulullah SAW juga bersabda, "Hindarillah orang orang yang berpenyakit kusta seperti kamu menghindari seekor singa." (HR. Abu Hurairah)
3. Pengobatan segera sembuh
Rasulullah SAW bersabda, " Sesungguhnya menurunkan penyakit dan obat yang diadakan-Nya penyakit, maka berobatlah kamu tetapi janganlah berobat dengan cara yang haram."
Dengan kita mengikuti metode Rasulullah SAW dalam menangani wabah dari sanalah lahir kebijakan yang memuliakan manusia. Warga yang terdampak akan mendapatkan bantuan yang layak, sehingga saat menjalani karantina dengan lebih ringan. Begitupun warga yang terjangkit mendapat pelayanan kesehatan yang terbaik dalam menjemput kesembuhan.
Beda dengan sistem kapitalis hari ini, pemerintah yang begitu sangat hitung-hitungan melayani rakyatnya padahal seorang pemimpin ialah al junnah (perisai) umat yang harusnya siap siaga membantu menolong rakyatnya dalam menghadapi wabah bukan malah menaikkan iuran BPJS/KIS.
Lihatlah, betapa buruknya sistem kapitalis hari ini saat tidak bisa menangani wabah dengan baik di tambah lagi iuran BPJS akan di naikkan, bukankah negeri kita ini negeri yang sangat kaya akan sumber daya alam.
Dengan pengaturan sumber daya alam yang pengaturannya menggunakan sistem Islam alhasil kas negara untuk menangani pandemi covid-19 pun bisa terlaksanakan, karena hasil dari pengelolaan sumber daya alam itu akan kembali kepada umat. Saat ini, sumber daya alam dikuasai oleh para pemilik modal besar karena mampu untuk mengolah dan hasilnya masuk ke kantong sendiri.
Sungguh ironi negriku ini kekayaan yang melipah tak membuat hidup umat semakin sejahtera justru dirundung penderitaan. Inilah bukti ketika syariah Allah tak di terapkan secara kaffah.
Allah SWT berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَا دُ فِى الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّا سِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. Ar-Rum 30: Ayat 41)
Sekiranya umat ini
beriman, Allah SWT berfirman:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَ خَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ
"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 96).
Wallahu a'lam bishowab.