Tingginya Angka Korban Akibat Kebijakan Keliru



(Oleh: Iffah Muflihah. N/ pemerhati social)

Sudah hampir 3 bulan kita melakukan semua aktivitas di dalam rumah guna untuk memutus tali persebaran virus dengan harapan lonjakan kasus sedikit mereda namun faktanya malah semakin meningkat dan diperparah ketika menjelang hari raya idul fitri. Menurut Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra memperkirakan lonjakan pasien positif Covid-19 pasca hari raya Idul Fitri lebaran 1441 H. Diperkirakan satu harinya akan ada 1.000 kasus baru pasien positif.
"Kelihatannya akan meledak setelah lebaran. Ini saya prediksikan sekitar seminggu kedepan kasus bisa mencapai 1000 lebih per hari," ujar Hermawan kepada Okezone, Kamis (21/5/2020).

Penambahan kasus secara meledak lantaran banyaknya masyarakat yang sudah mulai turun keluar rumah menjelang hari raya Idul Fitri meskipun pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sudah diterapkan. Ini disebabkan karena masih ada masyarakat yang merayakan  hari raya tanpa mengikuti protokol kesehatan. Dapat dilihat menjelang hari raya masyarakat berbondong bondong ke tempat perbelanjaan seperti pasar ataupun mall untuk membeli kebutuhan hari raya, selain itu pemerintah juga membuka sarana transportasi seperti bandara hingga membuka peluang bagi mereka yang ingin mudik, hal ini akan memunculkan klaster baru kasus Covid-19 dan tentu peningkatan kasus baru. Berdasarkan data yang diungkapkan pemerintah, tercatat hingga Rabu 20 Mei 2020, setidaknya ada 19.189 orang dinyatakan positif Covid-19. Sementara itu, untuk pasien yang dinyatakan sembuh bertambah 108 menjadi 4.575 orang. Sedangkan, pasien meninggal dunia bertambah 21 menjadi 1.242 (megapolitan.okezone.com/29/05/2020). 

Kemudian dilansir oleh The Guardian, Indonesia mencatat lonjakan angka kasus infeksi virus corona jelang perayaan Idul Fitri. Pada Kamis (21/5/2020), negara itu melaporkan 973 infeksi baru, sehingga jumlah total kasus yang dikonfirmasi menjadi 20.162. Kini, per Sabtu (23/5/2020) angka infeksi meningkat menjadi 21.745 berdasarkan www.covid19.go.id. Dengan rekor pertambahan kasus harian hingga 900 seharusnya menyadarkan pemerintah bahwa perlu perombakan kebijakan agar memprioritaskan penanganan kesehatan, apapun risikonya.  

Karena kebijakan ini sudah tidak bisa lagi diandalkan untuk mengurangi kasus bila tidak, maka upaya apapun yang ditempuh baik untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi maupun menormalkan kondisi sosial hanya akan memperparah kondisi krisis.

Sudah banyak nyawa yang berguguran karena pandemik ini ditambah lagi kebijakan yang labil hari ini A besok B seperti larangan mudik namun dapat dilihat antrian memenuhi bandara, kemudian abainya pemerintah melakukan antisipasi meskipun setelah ada informasi mengenai kemungkinan melonjaknya kasus dari pihak IDI ataupun epidemiolog. Kebijakan ini seakan tidak memandang pentingnya nyawa manusia berbeda sekali dalam pandangan islam dimana nyawa rakyat sangatlah berharga maka dari itu kesehatan dan keselamatan rakyat adalah suatu hal yang harus diprioritaskan bagaimana  pun kesulitan sebuah kepemimpinan, keterjaminan keamanan  adalah modal  awal melindungi  rakyat.  Maka dari sini harusnya kita sadar bahwa kita butuh suatu sistem kepemimpinan tentunya itu ada pada sesuatu yang apaling tau mengenai manusia yaitu, Allah SWT sehingga kebijakan itu lahir berdasarkan syariat islam. 

Sehingga jika Pemimpin yang menerapkan syariat islam akan memutuskan kebijakan yang lahir dari islam  sebab, dia  takut  kelak pada  Hari  Kiamat  rakyatnya  menuntut  dirinya  di  hadapan Allah SWT  dan dia pun sadar bhwa kelak setiap kepemimpinannya akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah SWT kelak atas kemaslahatan rakyat  yang  terabaikan.  Karena itu, dalam Negara Islam, Pemerintah akan selalu terikat dengan tuntunan syariah, termasuk dalam mengatasi wabah.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak