The New Life, Mampu kah Negeri ini ?



Oleh : Lana Baqiah
Pelajar  Ideologis

Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dr. Hermawan Saputra mengkritik persiapan pemerintah menjalankan kehidupan new normal. Menurut dia belum saatnya, karena temuan kasus baru terus meningkat dari hari ke hari.
"Saya kira baru tepat membicarakan new normal ini sekitar minggu ketiga/empat Juni nanti maupun awal Juli. Nah, sekarang ini terlalu gegabah kalau kita bahas dan memutuskan segera new normal itu," ujar Hermawan saat dihubungi merdeka.com, Senin (25/5).

Terlalu dini, maksud Hermawan adalah wacana new normal ini membuat persepsi masyarakat seolah-olah telah melewati puncak pandemi Covid-19, namun kenyataan belum dan perlu persiapan-persiapan dalam new normal tersebut.
"Jadi, new normal ini adalah sesuatu yang akan dihadapi, namun berbincang new normal ini banyak pra syaratnya. Pertama, syaratnya harus sudah terjadi perlambatan kasus. Dua, sudah dilakukan optimalisasi PSBB," sebutnya.
Ketiga, masyarakatnya sudah lebih memawas diri dan meningkatkan daya tahan tubuh masing-masing. Keempat, pemerintah sudah betul-betul memperhatikan infrastruktur pendukung untuk new normal.
"Selanjutnya, apakah hal ini sudah berlangsung dan sudah terjadi, rasanya belum," sambungnya.

Hermawan mengatakan, puncak pandemi belum dilewati bahkan kasus cenderung naik. Akibatnya, prediksi-prediksi yang mengatakan puncak pandemi pada awal Juni akan mundur hingga akhir Juni maupun awal Juli.
Sementara itu, dia mengungkapkan, dampak dari perbincangan new normal belakangan ini buat masyarakat alami pandangan, kebebasan tanpa melihat potensi penyebaran virus corona (permisivisme).
"Jalanan kembali ramai, keramaian ini tidak hanya di area publik, seperti pasar. Tetapi, keramaian itu juga terjadi di tempat-tempat keagamaan dan aktivitas kantor industri. Nah ini juga harus diwaspadai, seolah new normal, tapi kita ini kembali pada keramaian seperti tidak ada kasus Covid saja," jelasnya.
Menurutnya, new normal berarti ada perilaku baru, budaya baru, dan juga ada fasilitas maupun kebijakan yang baru baik dari sisi masyarakat maupun pemerintah berdasarkan kedisiplinan. 

Pemerintah sudah merilis beberapa skenario new normal life untuk pekerja (PNS, BUMN dan Perusahaan). Semua upaya menormalkan kondisi ekonomi tidak diiringi dengan peningkatan penanganan wabah dari aspek kesehatan.

Pemerintah belum memiliki peta jalan, new normal life hanya mengikuti tren global tanpa menyiapkan perangkat memadai agar tidak menjadi masalah baru. Yakni bertujuan membangkitkan ekonomi namun membahayakan manusia. Alih-alih ekonomi bangkit justru wabah gelombang ke dua mengintai di depan mata.

Lantas Bagaimana Gelombang Kedua Wabah ini ? Salah satu peneliti Indonesia yang Mengungkapkan Hal itu adalah Epidemiolog Indonesia Kandidat Doktor dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan gelombang kedua virus Corona adalah bila suatu wilayah telah mencapai puncak terkena virus Corona, kemudian terjadi penurunan, setelah fase penurunan jumlah kasus tersebut terjadi lonjakan kasus lagi.

Adapun puncak kasus, kata Dicky, biasanya dihitung dengan attack rate di angka 3-10 persen penduduk merujuk data di Wuhan. Menurut Dicky, pandemi Covid-19 berpotensi memiliki beberapa gelombang serangan wabah, termasuk di Indonesia.
Lantas, apa itu gelombang kedua virus Corona?

"Gelombang kedua biasanya menyerang hingga 90 persen penduduk yang belum terpapar tadi," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Selasa (14/4/2020).
Dicky mengungkapkan, gelombang kedua mempunyai masa jeda yang relatif jauh dengan puncak gelombang pertama, bisa memakan waktu sebulan atau lebih. Seperti halnya di China, gelombang kedua terjadi karena adanya orang dari luar wilayah atau negara yang membawa virus dan menularkan kembali ke populasi yang lainnya.
"Dalam kasus China diduga pembawanya adalah penduduk China yang kembali ke negaranya," ujar Dicky.
New Normal alih-alih menjaga agar ekonomi negara bisa tetap terjaga. malah akan dibuat tergunjang karena kedatangan wabah terbaru.
Lalu Bagaimana Pandangan Islam ?
Di zaman khalifah Umar bin Khattab juga ada wabah penyakit.

Dalam sebuah hadis diceritakan, Umar sedang dalam perjalanan ke Syam lalu ia mendapatkan kabar tentang wabah penyakit.
Hadist yang dinarasikan Abdullah bin 'Amir mengatakan, Umar kemudian tidak melanjutkan perjalanan.
Artinya: "Umar sedang dalam perjalanan menuju Syam, saat sampai di wilayah bernama Sargh. Saat itu Umar mendapat kabar adanya wabah di wilayah Syam. Abdurrahman bin Auf kemudian mengatakan pada Umar jika Nabi Muhammad saw. pernah berkata, "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhari).
Bagi umat muslim menghadapi hal ini, dalam sebuah hadis disebutkan janji surga dan pahala yang besar bagi siapa saja yang bersabar ketika menghadapi wabah penyakit.
Artinya: "Kematian karena wabah adalah surga bagi tiap muslim (yang meninggal karenanya). (HR Bukhari).
Sebuah keyakinan atas dasar iman harus dibangun bagi setiap muslim bahwa setiap musibah yang menimpa kita semuanya atas izin Allah.

Jika Allah berkehendak, maka akan terjadi apa yang terjadi sebaliknya jika tidak maka kehendak Allahlah yang terjadi.
Jadi keyakinan kepada Allah harus diperkuat dengan tetap menjaga sikap waspada. Allah Swt berfirman dalam surat al-Taghabun [65]: 11, yang di tafsirkan oleh
Imam Ibnu Katsi  yaitu seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allah, kemudian dia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala dari Allah), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allah tersebut, maka Allah akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan bisa jadi Allah akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan sesuatu yang lebih baik baginya.”

Bagaimana Perspektif Islam?
Agama Islam sebenarnya mengajarkan dua pendekatan dalam menghadapi berbagai persoalan yang terjadi, tidak terkecuali kasus Covid-19.

Pendekatan pertama secara lahiriah yaitu dimensi rasional. Hal ini wajib sebagai ikhtiar manusia. Sesuai firman Allah : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri,” (QS. Ar-Ra’d [13] :11).
Upaya-upaya manusiawi yang harus dilakukan untuk memproteksi penyebaran dan penyembuhan masyarakat yang terpapar Covid-19.

Pendekatan kedua, terkadang jarang dilakukan padahal bangsa Indonesia mengaku bangsa yang ber Tuhan.
Yaitu dimensi spritual dalam melihat persoalan manusia menjadikan kita sebenarnya lebih kuat karena ada tempat bersandar dan terhindar dari putus asa dan kepanikan.
Dan pendekatan ini sebenarnya berdampak secara simultas untuk menggangkat musibah dan bencana menjadi keamanan, kenyaman, dan kesejahteraan.

Apa yang diajarkan dalam Al-Quran sebagai solusi, diantaranya:
1. Perbanyak istiqhfar
Allah berfiman dalam surah Nuh[71]: 10-12. Istighfar mendatang ampunan, setelah itu Allah berikan kebaikan dari negatif menjadi positif, dari keburukan menjadi kebaikan dari ketakutan menjadi kenyamanan.
2. Tingkatkan keimanan dan ketaqwaan
Allah berfirman dalam surah Al ‘A’raf[7]: 6 yang menjelaskan bahwa keimanan dan ketakwaan penduduk sebuah negeri mendatangkan rezeki dari langit dan dibukakan dari bumi.
3. Perbanyak sedekah (bangun kedermawanan sosial)
Bukankah Rasulullah mengatakan bahwa obatilah sakitmu dengan sedekah, artinya dengan banyak bersedekah jika anda tidak sakit maka Allah akan menolah bencana dan sakit dari orang yang banyak bersedekah.
4. Banyak berzikir
Rasulllah mengajarkan salah satu zikir pagi dan petang, yaitu:
(Aku berlindung) dengan Nama Allah yang bersama nama-Nya tidak ada sesuatu di bumi dan di langit yang bisa membahayakan. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” sebanyak tiga kali (melainkan) tidak ada sesuatu yang membahayakannya.” (HR. Abu Dawud dan Al-Tirmidzi).
Semoga Allah selalu memberikan kebaikan atas setiap musibah yang datang.
Wallahu’alam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak