Takwa Solusi untuk Negara, Bukan Sekedar Retorika




Oleh :  *Ifa Mufida* (Pegiat Literasi Pena Langit)

Ramadan telah berlalu. Ada hal yang berbeda. Ramadan kemaren adalah Ramadan istimewa karena umat Islam harus menjalani serangkaian ibadah bersamaan dengan tantangan menghadapi wabah. Idul Fitri pun dijalankan dengan jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pandemi covid-19 menjadikan umat Islam harus bersilaturahim melalui media online tanpa langsung bertatap muka. Ada gurat sedih pastinya, terlebih ketika rakyat tidak diurus dengan optimal oleh negara. 

Di tengah kegembiraan umat Islam di hari raya, Presiden Joko Widodo  saat menghadiri Takbir Virtual Nasional  menyampaikan pesan dari Masjid Istiqlal melalui sambungan konferensi video sabtu (23/5) malam. Beliau mengatakan bahwa  jika semua hal dapat dilakukan dengan ikhlas, takwa dan tawakkal maka menimbulkan berkah, hikmah, rezeki dan juga hidayah.

Seirama dengan apa yang disampaikan oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin dalam acara yang sama. Beliau mengatakan bahwa momen Ramadan harus dimanfaatkan umat Islam untuk memperkuat iman dan takwa. Mantan ketua MUI itu mengatakan bahwa Allah SWT  berfirman, "kalau beriman dan bertakwa, pasti Allah turunkan kesuburan, kemakmuran, keamanan, keselamatan dan hilangkan berbagai kesulitan, itu adalah janji Allah di dalam Al-Quran".  (Tempo.co. 24 Mei 2020)

Sungguh luar biasa pernyataan tersebut. Menjadi oase di tengah padang pasir yang menyengat. Berharap hal tersebut akan menjadi penyemangat umat. Terlebih memang umat Islam haruslah tunduk secara totalitas terhadap syariat. Dimana ketaatan atau takwa hanya bisa dibuktikan ketika seorang hamba berupaya untuk melaksanakan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Maka takwa hakikatnya bukan hanya sekedar ucapan, namun haruslah dilaksanakan di dalam kehidupan.

Maka, perlulah kita cermati apa yang terjadi di hadapan kita. Penguasa negeri ini nyatanya belum lah tunduk kepada aturan Allah SWT. Bahkan beberapa kali mengkriminalisasi rakyatnya yang berusaha menerapkan syariat Islam. Muhasabah dari rakyat pun sering dianggap ancaman. Terlebih, di dalam kondisi wabah ini, banyak kebijakan yang justru bertolak dengan solusi Islam. Penguasa selama ini justru mengambil hukum buatan manusia termasuk ketika memutuskan solusi untuk mengatasi wabah.

Selama ini,  sangat hitung-hitungan ketika berkenaan dengan urusan rakyat. Ketika di awal muncul kasus covid-19 di Indonesia, ada tuntutan dari masyarakat untuk menerapkan Lockdown, namun hal tersebut tidak dipilih oleh pemerintah. Mungkin mereka merasa tidak siap untuk memenuhi kebutuhan rakyat selama masa lockdown. Ah, dalam kondisi normal saja rakyat tidak dijamin kebutuhannya karena pemerintah hanya mengambil peran sebagai regulator. Negara juga carut marut akibat penerapan sistem kapitalisme-sekuler, sehingga terjadi kerusakan multi-dimensi. Kerusakan terjadi di berbagai lini kehidupan, mulai dari sistem sosial, sistem ekonomi dimana negara terjebak dengan hutang ribawi yang tak pernah habisnya. Belum lagi sumber daya alam yang sedikit demi sedikit dijual kepada asing. Demokrasi pun menjadi Tuhan yang memutuskan hukum negara, menafikan hukum Allah SWT.

Semua itu adalah fakta bagaimana pernyataan Presiden  dan Wakil Presiden yang meminta rakyat untuk takwa sangat kontradiktif dengan kondisi yang ada. Karena  takwa bukan hanya wajib dilakukan orang per orang namun wajib dilakukan oleh seluruh rakyat hingga negara. Takwa juga bukan sekedar retorika namun takwa sejatinya akan bisa menjadi solusi atas segala permasalahan negara yang begitu kompleks.

Allah SWT berfirman dalan QS. Al-A'araf ayat 96 yang artinya : "Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan."

Maka, jika kita benar-benar  bangsa yang bertakwa kepada Allah SWT  maka sejatinya roda pemerintahan serta setiap kebijakan yang diambil harus berdasar syariat Islam. Mengatasi segala permasalah negeri termasuk berkenaan dengan wabah covid-19 dengan berpedoman pada hukum-hukum syara' yang bersumber dari hukum Allah SWT. Dengan demikian, kata takwa dan tawakkal tidak hanya sekedar retorika pemanis belaka.

Islam telah mencontohkan bagaimana cara menghadapi wabah secara lengkap, dimana dalam hal ini negara wajib berperan penuh dalam melindungi dan menjamin kehidupan serta keselamatan rakyat. Sebab di dalam Islam satu nyawa rakyat sangatlah berharga. Maka keselamatan rakyat adalah prioritas utama dibanding permasalahan yang lainnya. Dalam kondisi wabah yang semakin kritis seharusnya pemerintah fokus di dalam penyelesaian wabah ini dengan menggencarkan tes massal, mengkaratina mereka yang positif covid-19, dan memutus mata rantai penularan di tengah masyarakat secara ketat. Di sisi lain, pemerintah mengupayakan untuk memberikan bantuan kebutuhan pokok bagi warga terdampak, sehingga mereka tidak harus kebingungan mencari nafkah dalam kondisi seperti ini.

Mirisnya pemerintah justru memilih untuk memihak pada mereka pemilik kapital yang saat ini terdampak usahanya karena PSBB. Di tengah kondisi wabah yang masih abnormal, mereka justru memilih untuk "new normal". Padahal menetapkan "new normal" dalam kondisi ini akan sangat menghawatirkan karena bisa jadi akan terjadi gelombang covid-19 yang kedua. Jika belajar dari wabah flu Spanyol, gelombang kedua biasanya lebih dahsyat. Hal ini sangat mengkhawatirkan. Mengapa pemerintah begitu murah menghargai nyawa rakyatnya. Inilah potret negeri ini. Kerusakan yang ada karena negeri ini terpasung oleh sistem kapitalisme global.

Sudah saatnya Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim, kembali kepada aturan Allah SWT. Kapitalisme sesungguhnya sudah di ambang kehancuran. Bahkan negara adidaya semisal AS kini telah dibuat tak berkutik akibat covid-19. Kapitalisme tidak memiliki konsep yang jelas dan benar dalam menanggulangi wabah. Kondisi saat ini adalah bukti nyata kegagalan ideologi ini. Saatnya menyongsong kebangkitan Islam. Saat ini tidak seharusnya mengambil kata takwa hanya sebagai pemanis bibir, namun harus benar-benar diwujudkan dalam perbuatan. Dan saatnya lah Indonesia mengambil ketakwaan hakiki dengan menjadikan Islam sebagai pedoman negara. 

Wallahu'alam bi shawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak