Oleh : Rita Hartati, S. Hum.
Alhamdulillah hari kemenangan telah kita lewati, bersyukur dibtahun ini umat Islam di seluruh dunia sentak merayakan hari raya Idul fitri 1441 Hijriah jatuh di hari ahad 25 mei 2020. Berbeda dengan tahun - tahun sebelumnya, terkadang ada perbedaan waktu penentuan hari 1 syawal. Momen ini menunjukkan persatuan umat Islam itu sungguh keberkahan dan suatu keniscayaan.
Hari kemenangan bagi kaum muslimin diartikan sebagai kemenangan yang hakiki, yaitu tercapainya ketakwaan kepada Allah Swt. Sebagaimana Allah memerintahkan berpuasa di bulan Ramadan adalah untuk menjadikan diri kaum muslimin itu bertaqwa, seperti tercantum dalam firman-Nya dalam surat Al-Baqarah [2]:183
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Senada yang disampaikan oleh Presiden Jokowi dan wakil Presiden bahwa modal utama untuk keluar dari penyebaran wabah Covid-19 ini tidak lain adalah tawakal, takwa agar mendapat mendapat rida dari Allah.
Tidak ada kata - kata yang salah dari kata takwa. Namun kebanyakan kata takwa hanya diartikan sebagai retorika sebagai ritual tanpa dipahami secara utuh.
Sedangkan Takwa berasal dari kata waqa yang artinya melindungi. Jadi arti takwa adalah harus bisa melindungi kaum muslimin dari murka Allah atas apa yang mereka kerjakan dan apa yang mereka tinggalkan.
Sebagaimana dikatakan Thalq bin Habib, seorang tabi’in, salah satu murid Ibnu Abbas ra.
Dikatakan, “Takwa adalah mengerjakan ketaatan kepada Allah Swt berdasarkan cahaya-Nya dengan mengharap pahala-Nya dan meninggalkan kemaksiatan kepada Allah berdasarkan cahaya-Nya karena takut terhadap azab-Nya.” (Tafsîr Ibnu Katsîr, I/2440).
Allah memerintahkan bagi setiap orang yang beriman untuk sebenar-benarnya takwa. Sebagaimana firman Allah dalam surat ali-Imran [3]:102.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam."
Dengan demikian wujud ketakwaan haruslah total. Harus mewujudkan semua hukum berasal dari Allah dalam segala aspek kehidupan. Takwa juga bukan hanya ada pada tataran individual, namun takwa pun harus ada dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Termasuk aspek kesehatan, pendidikan, ekonomi, hukum, sanksi bahkan politik dalam dan luar negeri.
Iman dan takwa merupakan kunci keunggulan masyarakat Islam. Lihatlah, dengan iman dan takwa, Rasulullah saw dan para Sahabat ra. mampu mengubah masyarakat Arab Jahiliah menjadi masyarakat Islam yang unggul dan beradab. Bahkan Islam bisa mengungguli peradaban dunia selama 14 abad dengan wilayah seluas 2/3 dunia. Subhanallah.
Sekarang kita rasakan, bagaimana dengan bangsa ini khususnya? Atau negeri kaum muslimin di dunia umumnya? Sudahkah negeri ini menerapkan hukum Allah secara total dalam segala aspek? Sehingga terwujudnya iman dan takwa untuk seluruh masyarakatnya?
Hal ini bisa kita saksikan dalam penanganan wabah Covid-19. Negara masih belum menyadari bahwa ada solusi tuntas yang ditawarkan oleh Islam. Namun Kebijakan yang diambil penguasa tidak berpijak pada syariah justru mengadopsi sistem buatan manusia yang terbukti banyak cela.
Islam telah menawarkan bahwa penangan utama wabah adalah karantinah wilayah, sehingga penyebaran wabah bisa dicegah dan penanganannya bisa segera. Sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah dalam hadis.
"Jika kalian mendengar ada suatu wabah di suatu negeri, maka janganlah kamu mendatanginya. Dan jika negeri kalian terkena wabah maka janganlah kalian meninggalkannya." (HR.Bukhari)
Alih - alih lockdown, yang ada negara malah mengambil langkah PSBB, ini menunjukan abaknya negara terhadap tanggungjawabnya kepada rakyat. Kita ketahui Indonesia adalah negara pengekor atas kebijakan global yang dipimpin oleh negara Adidaya Barat.
Sama halnya yang dilakukan oleh negara-negara Barat yang mengambil sistem kapitalis sekuler, kebijakan yang diambil tidak memutus mata rantai wabah tersebut. Yang ada kebijakan yang diambil malah menimbulkan pemasalahan baru. Bukan hanya bidang kesehatan namun ekonomi, parawisata, pendidikan dan bahkan politik.
Kebijakan yang berasal dari sistem sekuler tidak akan memberikan penyelesaian yang benar dan tuntas. Karena aturan dari sistem ini adalah bersumber dari akal manusia yang memiliki keterbatasan dan kelemahan.
Sedangkan Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Maka Allah memerintahkan bagi orang yang beriman untuk mengabil seluruh hukum syara' secara kafah. Sebagaimana di sebutkan dalam surat al-Baqarah[2]: 208
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu."
Allah juga telah memberikan jaminan bagi setiap negeri yang menerapkan hukum Allah secara sempurna dalam keimanan dan ketaatan. Maka Allah akan memberikan keberkahan dari langit dan bumi, sebagaimana firman Allah dalam surat al- A 'araf [7]: 96)
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنَٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."
Maka saatnya, seluruh komponen masyarakat untuk senantiasa melakukan muhasabah diri. Tidak ada alasan untuk tidak kembali ke hukum syara' dengan keimanan dan ketakwaan agar Allah mengangkat segala kemurkahan di negeri ini.
Wallahu'lam.[SP]
Tags
Opini