Oleh Linda Maulidia, S.Si*
Belum selesai ketakutan akibat dari meningkatnya jumlah orang yang terpapar covid-19, kini masyarakat dihadapkan pada dilema yang cukup besar. Rencana dibukanya kembali sekolah menjadi kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat. Dikutip dari laman banjarmasin.tribune.com, pada 28 mei 2020, bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menegaskan tahun ajaran baru 2020/2021 akan tetap dimulai pada tanggal 13 Juli 2020.
Kecemasan yang di alami masyarakat tentu hal yang wajar. Mengingat belum berakhirnya wabah corona di Indonesia, pilihan dibukanya kembali sekolah, meski mengikuti protokol kesehatan yang ketat, tidak mampu mengurangi kekhawatiran yang ada. Hal ini diperparah dengan adanya kabar berita dari beberapa negara yang kembali mengalami pengingkatan pasien corona khususnya anak ketika sekolah dibuka kembali.
Dari Merdeka.com pada 7 juni 2020- Kepala Biro Kerja sama dan Humas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Evy Mulyani mengatakan pembukaan sekolah yang berada di zona hijau akan dilakukan secara hati-hati. Kesehatan dan keselamatan warga sekolah menjadi prioritas utama. Meski di zona hijau, jika upaya penyelesaian wabah ini tidak tuntas, dikhawatirkan akan muncul kembali cluster baru.
Sistem pembelajaran dengan sistem daringpun menjadi pilihan. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Provinsi Kalsel, HM Yusuf Effendi menyatakan, - Meski tanggap darurat tidak diperpanjang lagi, berakhir Jumat (29/5/2020), Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Kalimantan Selatan sudah memutuskan untuk tetap memperpanjang masa belajar di rumah (BanjarmasinPost.co.id, 1/6/2020)
Namun ini bukan hal yang mudah. Orang tua terutama para ibu banyak yang tidak siap dari sisi teknis, keilmuan dan pemahaman, skill maupun mental sebagai pengajar. Ditambah lagi dengan mereka yang gaptek (gagap teknologi) dan kekurangan fasilitas. Dan juga mereka tidak mempunyai perangkat Android dan kuota rutin untuk terus mengakses. Termasuk pula untuk masyarakat yang berada di daerah tertinggal dengan keterbatasan akses internet, apatah lagi ditengah pandemi sekarang, dimana kondisi ekonomi masyarakat semakin sulit.
Stress dan kepanikan pun akhirnya dirasakan oleh siswa dan mahasiswa. Banyaknya keluhan hingga tertekan karena dikejar tugas harian yang menumpuk dalam batas waktu bersamaan. Akhirnya belajar di rumah makin terasa tak menyenangkan.
Tidak hanya dari sisi orang tua dan murid,. guru dan dosen pun merasakan dampaknya. Tidak dipungkiri bahwa masih ada yang tidak sepenuhnya memiliki kompetensi melalui sistem kerja daring. Apalagi selama ini kesempatan meng-upgrade kemampuan serta fasilitas dari negara masih kurang. Sementara itu, guru dan dosen sering menjadi pihak yang paling banyak dikritisi dan dipersalahkan. Padahal guru/dosen hanya menjalankan aturan sistem yang tidak sepenuhnya siap menghadapi situasi kritis seperti sekarang.
Menilik grafik kasus Covid-19 yang tak kunjung berada di kurva landai, maka seharusnya pembukaan sekolah seharusnya menunggu kasus Covid-19 sudah hilang agar penyebaran virus tidak semakin meluas. Kita bisa melihat bagaimana kebijakan-kebijakan yang telah ada tidak mampu menganggulangi persoalan ini secara cepat dan tepat, karena banyaknya kepentingan-kepentingan kapitalis. Epidemi Covid-19 ini telah mengungkapkan semua kebobrokan sistem kapitalisme yang ada, membuatnya terpampang dengan jelas di hadapan seluruh rakyat. Kontradiksi antara profit versus nyawa manusia semakin terpapar jelas. Hal ini berimbas pada Persoalan yang dialami orang tua, para guru dan dosen, serta para murid/mahasiswa.
Lemahnya kondisi ekonomi hingga ketidakmampuan menangani musibah di kala wabah, kemiskinan, pola hidup kapitalistik, serta minimnya perhatian Negara pada dunia pendidikan, salah satunya nggaran pendidikan yang rendah hingga membebani rakyat adalah masalah laten yang menghinggapi setiap negara yang menjadikan sistem kapitalisme yang memiliki arah pandang sekularisme dalam pengaturan urusan masyarakatnya. Pemuda adalah aset penting menjaga tegaknya peradaban. Jika wabah melanda, maka nasib pemuda tetap menjadi perhatian utama. Sebab di tangan merekalah peradaban Islam akan diwariskan.
Dalam sejarahnya, Islam menetapkan kebijakan lockdown atau karantina wilayah. Rasulullah SAW bersabda yang artinya,"Apabila kalian mendengar wabah di suatu tempat maka janganlah memasuki tempat itu, dan apabila terjadi wabah sedangkan kamu sedang berada di tempat itu maka janganlah keluar darinya."(HR Imam Muslim). Kebijakan ini sangatlah tepat dan jika diterapkan, maka tidak akan muncul masalah-masalah lanjutan seperti semakin beratnya beban ekonomi rakyat, termasuk masalah pendidikan yang muncul di tengah masa pandemi ini.
Pun kala pandemi masih berlangsung, pilihan untuk belajar di rumah memang kebijakan yang harus di ambil. Tentu tidak sama dengan kondisi yang ada saat ini, dimana siswa, mahasiswa, orang tua hingga guru dan dosen harus menghadapi berbagai persoalan yang sulit untuk di atasi.
Perubahan mendasarpun harus dilakukan. Ketegasan dalam tujuan pendidikan baku harus dilakukan, baik di kalangan siswa, mahasiswa, maupun guru dan dosen. Asas baku akidah dan syariat Islam adalah sebuah keharusan. Hal ini juga akan berpengaruh dalam penentuan konsep belajar dan kurikulum yang digunakan oleh para pemangku kebijakan. Gemilang hasil pendidikan Islam yang diperlihatkan telah tercatat dengan naik dalam sejarah, menjadi bukti keunggulan sistem pendidikan Islam. Dengan kondisi yang ideal ini juga, akan lahir kesadaran yang baik dari orang tua untuk ikut berpartisipasi aktif dalam mendidik anak- anak mereka.
Demkian pula dalam penguasaan ilmu dan teknologi. Kepedulian negara dalam meningkatkan kemampuan setiap pihak yang menjadi bagian dalam proses belajar mengajar seharusnya perhatian. Jika tidak, persoalan seperti yang dihadapi saat ini pun bermunculan.
Kondisi ekonomi yang stabil akan semakin memperkuat baiknya kualitas pendidikan.
Sistem kapitalisme yang merajai hampir seluruh negara di muka bumi ini, kebobrokannya pun terbuka lebar di depan mata. Tidak bisa lagi berharap pada aturan yang tidak bersumber dari wahyu seperti saat ini. Maka sungguh, Diterapkannya syariat Islam adalah satu-satunya pilihan bagi umat saat ini sebagai sistem sempurna yang akan mampu menyelesaikan seluruh problematika umat manusia.
*Pengajar Sekolah Tahfizh
Tags
Opini