Oleh : Puput Weni
Semakin banyak korban tenaga medis yang gugur saat menangani wabah. Gugus Penanganan COVID-19 menyatakan setidaknya 55 tenaga kesehatan telah gugur akibat COVID-19 di Indonesia.
Banyak faktor yang mengakibatkan tenaga medis tertular covid-19. Diantaranya, seringnya paparan covid-19 dari pasien, alat pelindung diri (APD) yang kurang memadai, beban kerja yang berat sehingga meningkatkan stres dan daya tahan tubuh melemah dll. Sebagai garda terdepan mereka sangat berisiko tertular virus dari pasien atau sebaliknya menularkan virus kepada orang yang di rumah sakit. Tingginya angka penularan dan kematian yang menimpa para tenaga medis tentunya ini sangat mengkhawatirkan. Dari kasus APD yang kurang memadai ini saja tentu membuat miris. Dan yang tambah miris, pemerintah seakan kurang peduli.
Bahkan disaat menjelang Hari Raya Idul Fitri banyak pekerja yang mengharapkan tunjangan hari raya (THR). Namum banyak tenaga medis tidak mendapatkan insentif yang dijanjikan dengan alasan yang tidak jelas.
Perawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Anitha Supriono, hingga kini belum menerima insentif sebesar Rp 7,5 juta yang dijanjikan pemerintah. Anitha merupakan salah satu perawat yang bertugas di ruang Intensive Care Unit (ICU) menangani pasien-pasien positif Covid-19.
"Insentif yang dibilang maksimal tujuh setengah juta itu memang sampai sekarang belum (diterima)," kata Anitha kepada Tempo, Ahad, 24 Mei 2020.
Anitha mengaku tak mengetahui apa alasan belum cairnya insentif. Namun menurut Anitha, para perawat sangat memerlukan insentif itu, terlebih mereka yang mendapatkan pemotongan tunjangan hari raya (THR) Idul Fitri. "Banyak teman-teman yang di RS swasta yang memberikan kabar enggak dapat THR," kata Anitha (tempo.co, 25/5/2020).
Seperti diketahui, pemerintah memberikan insentif sebesar Rp 5-15 juta untuk dokter dan para tenaga medis yang terlibat dalam penanganan Covid-19. Jokowi merinci, untuk para dokter spesialis akan diberikan insentif sebesar Rp15 juta, dokter umum dan dokter gigi Rp10 juta, bidan dan perawat Rp7,5 juta, juga tenaga medis lainnya Rp5 juta (merdeka.com, 25/5/2020).
Sangat disayangkan dan sungguh sayang nyawa para tenaga medis seakan jadi tumbal. Ditengah pandemi yang semakin meluas, jumlah pasien covid-19 meroket, jangankan mendapat perlindungan utuh kepada para tenaga medis. Pemerintah tidak membuat kebijakan terintegrasi tapi malah membuat kebijakan plin-plan yang membingungkan. Serta fakta yang menyesakkan proteksi finansialpun tak diberikan.
Banyaknya tengga medis yang meninggal dan ratusan tenaga medis dipecat disaat pasien covid-19 melonjak. Siapa yang akan menolong dan memberikan perawatan pada pasien covid-19 ? Para tenagga medis yang bertahan pasti akan kewalahan.
Sistem kapitalis yang digunakan saat ini tidak memberikan jaminan proteksi jiwa dan finansial. Berbeda dengan sistem islam yang memberikan jaminan proteksi diberikan secara menyeluruh. Negara akan menjamin proteksi finansial pada tenaga medis baik tenaga medis dengan gelar Pegawai Negeri Sipil maupun pegawai kontrak. Begitupula pada proteksi jiwa, negara akan menjaminnya dengan menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap, memadai, terbaik dan memberikan asupan gizi yang seimbang untuk meningkatkan imunitas para tenaga medis. Bahkan dukungan sistem iman akan diberikan.
Sudah sepantasnya tenaga medis mendapatkan proteksi finansial dan keselamatan jiwa dari negara karena mereka merupakan prajurit yang berjuang digarda terdepan memerangi musuh covid-19. Meraka telah berjuang bertaruh jiwa dan raga, merelakan waktu, menahan rindu tak berkumpul dengan sanak keluarga. Mengingat pengabdi meteka menyelamatkan setiap orang yang telah terinfeksi virus corona.
Semoga sistem islam segera kembali ditengah kehidupan ini, agar virus corona segera di atasi, proteksi jiwa dan finansial terjamin. Lebih daripada itu, islam sebagai rahmatan lil 'alamiin benar-benar bisa dirasakan oleh semua umat serta kita bisa selamat di dunia dan di akhirat. Wallahu a'lam bishawab..