Ratapan Amerika, Sinyal Kuat Kapitalisme Sekarat





Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Institut Literasi dan Peradaban


Ekonomi AS yang jatuh cukup dalam diramal bakal segera pulih dari krisis akibat Covid-19. Namun, 25 juta warga AS yang terlantar akibat PHK dan tak lagi bekerja lebih membutuhkan banyak bantuan pemerintah. Gubernur Bank Sentral AS The Fed Jerome Powell meminta Kongres untuk menemukan banyak hal yang bisa dilakukan guna mengatasi hal ini ( CNBC indonesia, 18/6/2020).


Jalan keluar dari resesi mungkin memakan waktu. Menurut Powell, suku bunga The Fed kemungkinan masih akan mendekati nol dan akan diperpanjang periodenya. Powell juga mengatakan bank sentral AS akan terus membeli obligasi untuk menekan biaya pinjaman jangka panjang. Powell sedikit menyentil Kongres, di mana haruslah memperhatikan para warga AS yang kehilangan pekerjaannya. "Kita harus menemukan cara sebagai negara yang mendukung orang-orang itu sehingga mampu keluar dari bagian tersulit kehidupan mereka," tegas Powell.


Powell menambahkan, akan sangat penting bagi Kongres untuk memperpanjang dalam beberapa bentuk pembayaran stimulus tambahan US$ 600 kepada para pengangguran. Ini merupakan bagian dari paket bantuan yang disahkan pada bulan Maret dan yang akan berakhir pada bulan Juli, untuk pemerintah negara bagian dan lokal, serta usaha kecil.


Angka klaim pengangguran di Amerika Serikat (AS) hingga pekan lalu masih tergolong tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa ekonomi negeri adidaya memang mengalami periode yang sulit akibat diserang pandemi virus corona. Departemen tenaga kerja AS melaporkan ada tambahan sebanyak 1,508 juta klaim pengangguran pada pekan lalu (12/6/2020).


Kongres telah mengalokasikan hampir US$ 3 triliun untuk bantuan ekonomi yang berkaitan dengan virus korona. Demikian pula dengan Bank sentral AS juga telah memompa triliunan dolar kredit ke dalam ekonomi untuk meredamnya dari dampak pandemi.


Sungguh luar biasa dampak yang ditimbulkan virus Corona, hingga negara sebesar Amerika bertekuk lutut dan meratapi banyaknya pengangguran dan jebloknya keuangan. Kapitalisme yang kental telah merubah perangai manusia satu dengan manusia yang lainnya individualis. Tak ada kerja team, tak ada yang gratis. Sulitnya akses ekonomi akibat dikuasainya kepemilikan umum oleh individu makin memperparah kondisi tersebut, hingga jika anda di Amerika tak punya uang maka anda sekarat.


Maka, bisa diprediksi jika kemunduran ekonomi yang terjadi, benar- benar membuat Amerika terpuruk. Lepas dari sebentar atau lamanya kebangkitannya, namun " sakit" nya masyarakat yang sudah terjadi jauh sebelum pandemi Covid-19 membuat bangkitnya ekonomi tak diiringi dengan kebangkitan manusia dan pemikirannya. Ini juga yang membuktikan bahwa Kapitalisme tidak sesuai fitrah manusia. Tak ada empati, tolong menolong bahkan hidup menanggung beban hidup sendiri adalah lumrah.


Dan solusi yang kemudian diambilpun masih bernafaskan Kapitalisme. Berupa paket bantuan stimulus bagi pemerintah bagian dan usaha. Mengapa bukan kerusakan mentalnya terlebih dahulu? Sebab konsep Kapitalisme adalah sekulerisme, pemisahan agama dari kehidupan. Hidup berdasarkan manfaat materi semata. Berakhirnya penderitaan hanyalah ditandai dengan kebangkitan ekonomi. Bukan dengan kembali kepada keyakinan bahwa seluruh penderitaan bukan semata hasil perbuatan manusia.


Kelaparan, kehilangan pekerjaan, kehilangan anggota keluarga akibat Covid-19 bukan dianggap sebagai rusaknya mental, maka bisa dipastikan , kebangkitan ekonomi Amerika sekalipun bisa akan tetap tidak membawa pada kondisi ketidakstabilan masyarakatnya. Padahal, sebuah peradaban akan besar jika masyarakatnya sehat dan negara menjamin kesehatan itu lahir batin, bukan sekedar menjamin bisa makan atau hidup. Wallahu a' lam bish showab.


Goresan Pena Dakwah

ibu rumah tangga yang ingin melejitkan potensi menulis, berbagi jariyah aksara demi kemuliaan diri dan kejayaan Islam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak