Oleh : Eka Trisnawati Anwar
(Guru. Anggota Komunitas RevoWriter)
Pandemi COVID-19 yang disebabkan oleh virus Corona baru tidak hanya menghantam sektor kesehatan di Indonesia. Secara tidak langsung, sektor bisnis dan ekonomi pun ikut mengalami pukulan yang cukup berat.
Dampak nyata yang dialami oleh rakyat indonesia selama pandemi ini terjadi adalah pada sektor ekonomi. Beberapa sektor bisnis mengalami kejatuhan akibat pandemi, rakyat-rakyat kecil keilangan pekerjaannya, pemutusan hubungan kerja di berbagai perusahaan, toko banyak yang tutup, warung-warung makan, pedagang kaki lima, ojek, pasar dan hampir seluruh lini ekonomi mengalami keguncangan dan kejatuhan akibat pandemi ini.
Di tengah situasi yang tampak suram karena pandemi COVID-19 ini, lalu sayup-sayup terdengar kabar yang memilukan hati rakyat indonesia yang sudah terjepit dengan ekonomi kini semakin menjerit akibat kabar kenaikan tarif listrik yang dinilai sengaja dinaikkan diam-diam.
Di media sosial, netizen ramai-ramai mengaku tagihan listriknya tiba-tiba membengkak. PLN dituding secara diam-diam menaikkan tarif listrik di tengah pandemi virus corona. Artis Raffi Ahmad dan istrinya, Nagita Slafina pun ikut mengeluhkan tarif listriknya yang mencapai 17 juta per bulan. Namun hal ini sudah mendapatkan solusi dari PLN sebagaimana dilansir dari kompas.com bahwa PLN sudah menjelaskan kepada pihak Raffi terkait besarnya biaya listrik yang harus dibayar artis ini.
Namun di kolom komentar, seorang netizen bernama Raissa Aja berkomentar, “ Mana penjelasan pln mengenai tagihan kita yg tiba2 meroket..giliran artis yg nota bene wajar kl listriknya mahal, sekalinya komplain lg buat berita penjelasan.. kami rakyat kecil jg butuh penjelasan.” Tuturnya di kolom komentar
Masyarakat mengeluhkan kenaikan tagihan listrik hingga empat kali lipat dan menduga ada kenaikan diam-diam dari PLN. PLN juga mengelak telah menaikkan listrik selama masa pandemi. Kenaikan tagihan listrik dianggap wajar karena penggunaan yang meningkat disebabkan oleh meningkatnya penggunaan masyarakat akibat adanya pandemi virus corona yang membuat masyarakat banyak melakukan aktivitas di rumah.
“Kami memahami di tengah pandemi ini, kebutuhan masyarakat akan listrik bertambah. Peningkatan penggunaan listrik sangat wajar terjadi dengan banyaknya aktivitas di rumah. Biasanya siang hari tidak ada aktivitas, saat ini kita harus bekerja dari rumah, otomatis penggunaan bertambah, misalnya untuk laptop dan pendingin ruangan,” I Made Suprateka, dalam keterangan resmi, Minggu (3/5).
Jika kenaikan ini memang terjadi, maka itu adalah hal yang wajar di dalam sistem pemerintahan yang memiliki konsep untung rugi anatara pemerintah dan rakyat.Konsep untung rugi para penguasa ini lahir dari ideologi kapitalis. Maka wajar di era ini tak akan ada yang gratis.
Sebagai seorang muslim, hendaknya kita melihat bagaimana Islam dalam hal pemenuhan kebutuhan rakyatnya. Islam hadir tidak hanya sebagai agama ritual dan moral belaka. Islam juga merupakan sistem kehidupan yang mampu memecahkan seluruh problem kehidupan.
Sejarah mencatat bahawa 14 abad lamanya Islam mampu mensejahterakan rakyatnya sampai ke pelosok Negeri. Bahkan Spanyol sampai berharap ditaklukan tentara kaum muslimin segera. Ini membuktikan kesejahteraan yang didapat begitu luar biasa. Layanan kesehatan, pendidikan dan fasilitas lainya semuanya diberikan secara cuma-cuma oleh Negara. Begitu pula mungkin listrik dimasa sekarang ini. Dimana listrik menjadi sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari segi kehidupan.
Jika ditanya dari mana dana tersebut, maka di dalam islam tentu memiliki pengaturan pos-pos pengeluaran dan pemasukan yang di dapat ssalah satunya dari sumber daya alam yang ada di Negara tersebut yang dikelola dengan baik. Tentu bukan dengan jalan menambah utang.
Menurut aturan Islam, kekayaan alam adalah bagian dari kepemilikan umum. Kepemilikan umum ini wajib dikelola oleh negara dan asilnya diserahkan untuk kesejahteraan rakyat secara umum. Sebaliknya, haram hukumnya menyerahkan pengelolaan kepemilikan umum kepada individu, swasta apalagi asing.
Untuk itu, Indonesia yang memiliki sumber daya alam yang melimpah ruah, jika SDA dikelola sesuai dengan syariat Islam akan sangat memadai untuk memenuhi kebutuhan rakyat selama masa pandemi. Sudah saatnya kita kembali kepada aturan Islam yang sesuai dengan fitrah manusia karena bersumber dari Allah sebagai pencipta alam semesta.