Q n A Seputar Wacana New Normal Life






Wacana new normal life masih hangat dimakin merebak layaknya sebaran virus covid-19. Beragam pro kontra kebijakan ini juga bermunculan di saat kurva kasus Pandemi covid-19 belum menunjukkan penurunan namun semakin bertambah tiap harinya dengan jumlah kasus yang tidak sedikit. Remaja Muslimah sudah seharusnya cepat tanggap menyikapi fakta ini agar terhindar dari istilah unfaedah sebagai generasi penerus peradaban.

Remaja muslimah juga memiliki andil besar dalam proses edukasi di tengah masyarakat dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya untuk semakin kokoh dalam menyampaikan kebenaran Islam dan ajarannya. Berikut Q n A online remaja Muslimah Bangil pada Jum'at, 12 Juni 2020 via grup online bersama Kak Bilqis (seorang tenaga pengajar di Bangil) dan Kak A'yun (alumni STIT Muhammadiyah Bangil dan juga member SWI) dengan para member muslimah Smart With Islam area Bangil. 

Q : Kak, Sy mau tanya...kalo di artikelnya td kan...new normal ini aturan yg muncul dr sistem kapitalis utk menyelamatkan ekonomi negara ya, dan mengabaikan keselamatan/nyawa rakyatnya.. kalo dlm Islam jg sdh jelas seharusnya apa yg dilakukan negara saat pandemi, dan saat ini kurva pasien covid di negeri ini jg msh tinggi. Cuma kalo Qt mau menerapkan utk Qt sndiri, sedangkan negaranya tetap memberlakukan new normal td, gmn sikap Qt kak? Kan skrg aturan Islam itu blm diterapkan mjd sistem kehidupan di negeri ini..

A : Memang kita sekarang hidup dalam kungkungan sistem kapitalis. New normal tidak lain adalah peradaban kapitalisme dengan karakter buruknya yang membiarkan pandemi meluas (herd immunity), demi meraih nilai materi (terbebas dari tekanan resesi). Artinya, negara semakin tidak peduli terhadap kesehatan dan keselamatan jiwa masyarakat. Pada saat yang bersamaan setiap orang harus berjuang lebih berat lagi mengurusi kehidupannya, berhadapan dengan kerakusan korporasi dan agenda hegemoni yang difasilitasi negara di tengah keganasan wabah.

Di Indonesia, sejumlah para ahli kesehatan pun telah bersuara. Khususnya melihat kurva epidemiologi yang jangankan melandai, menunjukkan titik puncak (peak) pun belum. Namun pemerintah telah membuat timeline bagi aktivitas ekonomi. Wakil ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyatakan, “Saat ini terlalu cepat untuk mengambil langkah new normal. Untuk masuk new normal, pemerintah harus memiliki indikator dan kriteria berbasis data penanganan corona secara medis dan epidemiologis[20].” (kompas.tv). Ketua IDI Surabaya juga menyebut belum mengetahui kapan corona akan berakhir. Namun jika protokol “new normal” diterapkan, ada satu pekerjaan rumah[21]. (detik.com)

Sementara itu, tidak ada jaminan protokol kesehatan akan melindungi masyarakat dari serangan wabah yang sedang berkecamuk. Mulai dari buruknya peran negara dan kepatuhan masyarakat, hingga persoalan standar protokol kesehatan. Sebab, hingga hari ini pengetahuan tentang SARS Cov-2 masih sangat terbatas, sehingga sangat sulit membuat protokol kesehatan yang benar-benar standar. Jadi yang harus kita lakukan saat ini adalah:

1. Terus berdakwah menyerukan kebenaran Islam kaffah sebagai solusi  atas semua masalah. Dakwah ditujukan untuk mengembalikan lagi kehidupan Islam di tengah masyarakat supaya masyarakat bisa hidup sejahtera, baik saat ada pandemi ataupun tidak. Karena hanya pemimpin dalam  sistem Islam yang benar-benar mampu menjaga harta, kehormatan, dan nyawa rakyatnya.
2. Tetap menjaga kesehatan dan melaksanakan protokol kesehatan, serta menghindari kerumunan sebagai bentuk ikhtiar menghindari penularan Covid-19.

3. Memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mencari ilmu, bisa lewat kajian online dengan tetap dibantu oleh para mentor guna menjaga dan meluruskan pemahaman agar tidak menyimpang dari aturan Islam.

Q: Gimana caranya dalam islam atur hubungan sosial yg aman saat wabah penyakit mengancam? Katanya harus jaga jarak  komunikasi, tapi rakyat butuh hubungan untuk memenuhi kebutuhan, para siswa juga butuh praktikum langsung dengan para gurunya... Kalau dipisah jauh, jarak sosial dibatasi apa jadinya gak bikin salah paham komunikasi?

A: Islam telah memberikan anjuran untuk mengatasi penyebaran penyakit. Dari kitab Sahih Muslim Rasulullah saw bersabda, “Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kalian meninggalkan tempat itu,” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim). Jadi saat pandemi dulu pada masa islam berjaya, orang-orang yang sakit diisolasi dan yang sehat tetap melakukan aktivitas seperti biasanya.

Berbeda dengan zaman sekarang, karena aturan yang diterapkan plin-plan dan minimnya peran negara dalam mengatasi wabah menjadikan rakyat serba bingung. Juga untuk di bidang pendidikan sangat sulit untuk memberikn materi secara totalitas karena waktu tempat, dan keadaan di tengah pandemi ini dan sangat sulit jika diadakan praktikum. Selain itu, memang negeri ini tampak belum siap, dari pengajar, kurikulum, dan juga fasilitas dan sarana yang menunjang untuk dilakukan  sekolah/kuliah via online.  Karena  ternyata juga ada sejumlah daerah yang sangat minim akses internetnya..

Jika Islam sudah diterapkan, negara akan menerapkan pendidikan mengikuti perkembangan zaman, dan semua didistribusikan dengan merata ke semua wilayah. Jadi saat ada pandemi semua kalangan sudah siap utk melakukan aktifitas belajar mengajar dari rumah.

Q: Bagaimana sebuah negara tetap memberlakukan new normal di tengah pandemi covid yang itu akibatnya akan meningkatkan jumlah pasien. Bukankah negara sedang mendzolimi rakyatnya? Bagaimana rakyat harus bersikap sedangkan akhir akhir ini saja keputusan pemerintah sering bertentangan dengan aturan Allah seperti solat berjarak? Terima kasih

A: Memang saat ini negara sedang tampak mendzolimi rakyatnya, maka alangkah naif, jika umat Islam hari ini masih belum sadar juga dari tidur panjangnya. Berlama-lama mengharap sistem kapitalisme ini akan memberi kebaikan pada mereka. Padahal berbagai bukti bertebaran di depan mata, bahwa sistem ini jelas-jelas hanya menempatkan maslahat umat sebagai ladang untuk mencari keuntungan semata.

Bahkan sekularisme yang menjadi asasnya telah menjadikan negara dan rezim penguasanya kehilangan rasa welas. Hingga tega menempatkan rakyat hanya sebagai objek pemerasan dan seolah nyawa pun siap “diperdagangkan”. Sudah saatnya umat kembali ke pangkuan sistem Islam Kaffah. Negara dan penguasanya siap menjalankan amanah sebagai pengurus dan perisai umat dengan akidah dan syariat. Hingga kehidupan akan kembali dilingkupi keberkahan dan kemuliaan. Sebagaimana Allah SWT telah memberi mereka predikat bergengsi, sebagai sebaik-baik umat.

Demikianlah wacana seputar kebijakan new normal life. Semoga Allah SWT. melindungi kita dan semangat mengokohkan diri dalam kebenaran Islam hingga ajal menjemput.[]

Penulis : Ummu Halwa (Pemerhati Remaja Muslimah)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak