Oleh: Fina Fadilah Siregar
Perawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Anitha Supriono, hingga kini belum menerima insentif sebesar Rp 7,5 juta yang dijanjikan pemerintah. Anitha merupakan salah satu perawat yang bertugas di ruang Intensive Care Unit (ICU) menangani pasien-pasien positif Covid-19. Insentif yang dibilang maksimal tujuh setengah juta itu memang sampai sekarang belum (diterima)," kata Anitha kepada Tempo, Ahad, 24 Mei 2020.
Anitha mengaku tak mengetahui apa alasan belum cairnya insentif. Namun menurut Anitha, para perawat sangat memerlukan insentif itu, terlebih mereka yang mendapatkan pemotongan tunjangan hari raya (THR) Idul Fitri. "Banyak teman-teman yang di RS swasta yang memberikan kabar enggak dapat THR," kata Anitha.
Sejumlah tenaga medis di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet Kemayoran juga belum mendapatkan insentif keuangan dijanjikan oleh pemerintah. Seperti diketahui, pemerintah memberikan insentif sebesar Rp 5-15 juta untuk dokter dan para tenaga medis yang terlibat dalam penanganan Covid-19. Salah satu tenaga medis di Wisma Atlet Kemayoran mengatakan, pencairan insentif terkendala akibat masa libur Lebaran. Akibatnya masih ada sejumlah tenaga medis yang hingga hari ini belum juga menerima insentif tersebut. "Terakhir karena Bank Indonesia sudah tutup karena Lebaran. Dijanjikan tanggal 15 sih," kata dia kepada merdeka.com yang tak ingin disebutkan namanya kepada Merdeka.com, Senin (25/5).
Dilansir dari laman wartakota.tribunnews.com, tenaga medis dipecat saat wabah virus corona terjadi di RSUD Ogan Ilir. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung, yakni sebanyak 109 orang karena melakukan mogok kerja sejak Jumat (15/5/2020) lalu. Direktur RSUD Ogan Ilir, Roretta Arta Guna Riama, membenarkan informasi pemecatan tersebut. “Ya keputusan di tangan bupati, SK TKS (tenaga kerja sukarela) yang menerbitkan bapak bupati, jadi yang bisa memecat bapak bupati,” katanya melalui pesa WhatsApp, Rabu (20/05/2020).
Dr Roretta mengungkapkan SK pemecatan para peserta aksi mogok bahkan sudah keluar, hanya saja sampai saat ini belum diserahkan ke yang bersangkutan. “Sudah (dikeluarkan), tapi belum (diberikan), baru ditandangani beliau (Bupati Ogan Ilir), nanti pihak kepegawaian yang menyampaikan,” katanya.
Selama masa pandemi ini, terlihat semakin banyak korban tenaga medis yang gugur saat menangani wabah, tidak mendapat perhatian memadai. Jangankan memberikan perlindungan utuh dengan kebijakan terintegrasi agar pasien covid tidak terus melonjak, bahkan proteksi finansial juga tidak diberikan. Sebagian tidak mendapat tunjangan, THR perawat honorer dipotong bahkan ada yang dirumahkan karena Rumah Sakit Daerah kesulitan dana.
Padahal gugurnya tenaga medis atau pemecatan sama dengan berkurangnya prajurit di garda depan medan tempur. Mereka rela meninggalkan keluarga, bertaruh nyawa untuk merawat pasien yang terinfeksi, sehingga akhirnya mereka pun ikut terinfeksi dan akhirnya meninggal dunia. Baik tenaga medis yang gugur maupun yang di pecat sama-sama tak diberikan perlindungan secara finansial. Bahkan bagi tenaga medis yang masih bertahan, mereka dicampakkan begitu saja, seolah mereka tidak memiliki jasa apapun dalam memerangi wabah. Pemerintah benar-benar menutup mata terhadap hal ini. Tak ada sedikitpun tanggung jawab dari pemerintah kepada para tenaga medis. Mereka hanya digaungkan sebagai garda terdepan dalam memerangi wabah, namun perlindungan terhadap diri mereka sendiri nihil. Inilah potret bobroknya sistem kapitalis yang ada saat ini. Pemerintah sama sekali tak peduli terhadap para pejuang yang berjibaku dengan wabah yang mematikan sekalipun.
Berbeda halnya dengan sistem Islam yang memberi penghargaan dan perhatian pada tenaga medis dan prajurit yang berada di garda depan melawan musuh. Dalam Islam, para tenaga medis benar-benar dihargai, dipenuhi segala haknya dan diberi perlindungan utuh sehingga tidak ada sedikitpun kekhawatiran dalam menjalankan tugas mereka. Termasuk keluarga yang mereka tingglkan juga benar-benar diperhatikan oleh pemerintah. Sehingga tidak ada pihak manapun yang merasa diabaikan.
Begitulah mulianya Islam sebagai solusi atas segala problematika kehidupan. Sehingga tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menggunakan Islam sebagai sistem yang mengatur kehidupan. Wallahu a'lam bish showab.