Normal Life, Nasib Rakyat Gimana?



Oleh : SARI
( Founder Rumah Qur,an Bangka Belitung)

      Adanya kebijakan pemerintah untuk untuk berdamai dengan Covid-19, digaungkan ditengah pandemi virus corona yang masih meningkat terus menginfeksi jutaan orang di dunia dan bahkan Indonesia , hidup berdamai dengan Covid-19 disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo mengatakan ‘’meminta masyarakat untuk bersiap menghadapi era normal baru atau new normal life dengan memperhatikan protocol kesehatan.( senin,18/05/2020)
New normal life adalah perubahan perilaku manusia untuk tetap menjalankan aktivitas seperti normal biasanya.  Dunia tahu bahwa Covid-19 masih menginfeksi puluhan jutaan masyarakat. Termasuk di Indonesia masih dalam keadaan pandemi yang masih berpotensi terindikasi menularkan tanpa adanya tanda-tanda gejala. para ahli dan pakar sudah mengatakan bahwa vaksin Covid-19 diyakini baru akan tersedia pada tahun 2020 mendatang,
Ketika  rakyat Indonesia akan melaksanakan aktivitasnya seperti biasa, aktifitas bekerja di kantor, belajar di sekolah, dibukakannya kembali pariwisata dan aktivitas lainnya. Hal ini akan berpotensi adanya interaksi yang tidak bisa dikendalikan. Pasalnya kita tahu bahwa ketika social distancing diterapkan dengan tagar ‘diam dirumah saja’ ,kebanyakan masyarakat masih banyak yang melanggar kebijakan itu. Sebagian masyarakat sudah hidup layaknya tidak ada pendemi, apalagi ketika pemerintah menerapakan new normal life aktivitas masyarakat akan berjalan normal seperti biasanya.
Alih-alih pemerintah mengatakan aktivitas dirumah saja telah memukul keras sektor-sektor perekonomian rakyat serta menyebabkan pertumbuhan ekonomi melambat. Kebijakan ini (new normal) dibuat bertujuan untuk menghidupkan kembali aktivitas ekonomi  yang melambat dan mengalami kekacauan. Padahal kebijakan pemerintah akan menambah masalah baru dan bahkan lebih besar. Karena akan adanya aktivitas yang  tidak bisa terkendali. Apalagi dibukanya parawisata, akan mengundang para wisatawan dari luar negeri masuk ke Indonesia. Kondisi ini akan memaksa rakyat untuk beradaptasi dengan Covid-19 dan akan menyebabkan virus semakin mudah menyebar.
Walaupun pemerintah telah gencar melakukan sosialisasi untuk tetap menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19, tetap saja kebijakan normal life akan berbahaya. Terutama bagi kelompok masyarakat yang rentan, mereka mempertaruhkan hidup dan matinya. Terlebih lagi, Indonesia tidak memiliki peta yang jelas terkait kondisi penyebaran Covid-19, karena tidak dilakukan tes massal bagi seluruh masyarakat untuk mendeteksi penyebaran Covid-19 dan tidak adanya perlakuan secara khusus untuk melindungi mereka yang rentan.
Pertanyaanya sekarang, jika ada kejadian yang tak terkendali dan tak terduga seperti yang dikhawatirkan, apakah kita sudah siap menghadapinya?.
Jika dianalisis lenih jauh, kebijakan ini terdapat dua alasan mengapa pemerintah akhirnya mengambil jalan tengah yang berbahaya. Pertama, kebijakan new normal life adalah bukti ketidakmampuan negara untuk menanggung ekonomi rakyatnya. Kedua, Dalih ekonomi merupakan kebijakan untuk kepentingan para kapitalis. Nyata-nyatanya, negara abai terhadap penanganan Covid-19. Terang sekali, negara hanya berpihak kepada kapitalisme. Kondidi ini sangat bertolak belakang dengan negara tetangga, Perdana Menteri Singapura Heng swee saja mengatakan bahwa tidak berani untuk membuka pariwisata walaupun mengalami penurunan 30% karena wabah. Dalih ekonomi yang disampaikan negeri +62 tidak diiringi peningkatan aspek kesehatan, maka bisa dipastikan akan menyebabkan terpaparnya banyak masyarakat.
 
Padahal islam mengajarkan untuk  menjaga nyawa setiap manusia. Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur;an:
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.” (TQS. Al-Maidah: 32)

Telah jelas bagi manusia yang mengaku bertakwa kepada Allah dan rosulNya hendaklah memakai hukum-hukum Allah dan rosulNya, agar solusi yang diberikan untuk kemaslahan umat adalah solusi yang tepat dan tidak membahayakan manusia.

Bagaimana solusi dalam  Islam memberikan solusi ?

Di zaman Rasululullah SAW pernah terjadi wabah kusta yang menular dan mematikan sebelum diketahui obatnya. Kala itu, Rasulullah SAW memerintahkan untuk tidak dekat-dekat atau melihat orang yang mengalami kusta atau lepra. Ini bisa dimaknai social distancing, artinya menjauh atau dijauhi dari wabah.

Dalam sebuah hadist, Rasullah SAW bersabda:
Artinya: "Jangan kamu terus menerus melihat orang yang menghidap penyakit kusta." (HR Bukhari)

Nabi Muhammad SAW juga pernah memperingatkan umatnya untuk tidak masuk ke wilayah yang sedang terkena wabah. Sebaliknya, jika berada di dalam  tempat yang terkena wabah dilarang untuk ke luar, ini bisa dimaknai lockdown.

Kebijakan yang mesti dibuat pemerintah untuk menjaga kemashlahatan masyarakatnya. Seperti diriwayatkan dalam hadits berikut ini:
Artinya: "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhari: No 5728).

Hal ini wajib sebagai ikhtiar manusia untuk mengurangi penularan wabah.covid-19
Sesuai firman Allah : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri,” (TQS. Ar-Ra’d:11).

Upaya-upaya manusiawi yang harus dilakukan untuk memproteksi penyebaran dan penyembuhan masyarakat yang terpapar covid-19. Untuk menggangkat musibah dan bencana menjadi keamanan, kenyaman, dan kesejahteraan maka banyak yang diajarkan dalam Al Quran sebagai solusi, diantaranya: pertama dianjurkan untuk memperbanyak istiqhfar dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.

Allah berfirman dalam surah Al ‘A’raf; 96. “Keimanan dan ketaqwaan penduduk sebuah negeri mendatangkan rezeki dari langit dan dibukakan dari bumi.”

Kedua, Perbanyak sedekah (bangun kedermawanan sosial)
Bukankah Rasulullah mengatakan bahwa obatilah sakitmu dengan sedekah, artinya dengan banyak bersedekah jika anda tidak sakit maka Allah akan menolah bencana dan sakit dari orang yang banyak bersedekah.

Wallahualam bissowab..

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak