Oleh: Bunda Kayyisa Al Mahira
Pada Senin, 18 Mei 2020 diberitakan di berbagai media bahwa Presiden Joko Widodo meminta masyarakat bersiap untuk menghadapi era normal baru. “Bapak Presiden menekankan pentingnya kita harus bersiap siaga untuk menghadapi era normal baru, kehidupan normal baru,” kata Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy usai rapat dengan Presiden, Senin (18/5/2020).
Era new normal ini dimulai awal Juni ini sebagai bentuk pengejawantahan berdamai dengan virus Corona. Negeri ini bersiap memasuki era baru saat virus masih menyerang dan bermutasi dengan ganas, kurva Covid pun belum melandai, sampai hari ini jumlah yang terinfeksi virus Covid - 19 sudah lebih dari 27.000 (2/5 2020)
Dalam kondisi new normal ini masyarakat bisa kembali beraktivitas secara normal, tempat publik seperti sekolah, perkantoran, pelabuhan, bandara, tempat ibadah dan lain-lain dibuka kembali dengan tetap menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus Corona atau Covid - 19.
Tahap awal penerapan new normal adalah proses pelonggaran PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang akan semakin diperluas. Bagi orang yang disiplin maka akan selamat jadi pemenangan melawan virus dan bagi yang abai bersiap kalah bertarung dengan virus, dan lewat dari kehidupan.
Kondisi ini tentu sangat membahayakan nyawa masyarakat terutama kelompok rentan yaitu usia lanjut dan anak-anak. Apalagi Indonesia tidak memiliki data dan sebaran data yang akurat. Test massif belum optimal dilakukan sehingga banyak yang belum terdeteksi apakah negatif atau positif.
Menurut Pakar epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengatakan, Indonesia harus bersiap menghadapi pandemi Covid-19 gelombang kedua jika pemerintah menerapkan era normal baru saat angka penularan virus Corona masih tinggi.
New normal ini sebetulnya bisa diterapkan saat sudah berhasil menangani wabah dan kurva sudah melandai sementara di negeri ini alih-alih melandai mencapai puncak pun belum. Para ahli memperkirakan puncak pandemi sekitar bulan Juli atau Agustus.
Kebijakan new normal ini hanya menambah masalah baru, memperluas penyebaran virus Covid dan menambah carut marutnya kebijakan penanganan Covid-19 yang selama ini dinilai banyak kalangan inkonsisten. Semua pihak kecewa, rakyat kecewa, apalagi para nakes sebagai pejuang garda terdepan dalam melawan Covid - 19 lebih kecewa lagi, hingga muncul di jagat maya tagar #IndonesiaTerserah.
Kebijakan new normal ini semakin membuktikan bahwa rezim yang berkuasa saat lebih mengutamakan perbaikan ekonomi daripada penanganan Covid-19 dan menyelamatkan nyawa rakyat.
Umat Islam dan seluruh rakyat Indonesia membutuhkan pemimpin yang adil dan amanah. Pemimpin yang mengurusi rakyat dan memenuhi kebutuhan dan melindungi rakyat. Hal ini hanya akan terjadi jika sistem Islam diterapkan. Islam adalah solusi tuntas atasi pandemi hingga ke akarnya.
Tags
Opini