Oleh : Rina Rusaeny
Kasus positif virus Corona (Covid-19) di Indonesia kembali melonjak Hingga Kamis (28/5/2020) sore, terdapat penambahan sebanyak 687 orang. Total kasus virus Corona di Indonesia per hari kamis 28 mei 2020 menjadi 24.538 orang, seperti diungkapkan oleh Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Republik Indonesia, Achmad Yurianto di Graha BNPB. Sejauh ini, pemerintah mengumumkan penambahan pasien sembuh ada 183, total ada 6.240 orang dinyatakan sembuh.
(https://ternate.tribunnews.com/2020/05/28/breaking-news-tambah-687-jumlah-kasusvirus-corona-di-indonesia-jadi-24538-per-28-mei-2020 )
Angka pasien positif corona yang besar ini tentu berefek pada kerja tenaga kesehatan yang besar pula, tenaga medis adalah pihak yang sangat rentan terpapar virus ini karena mereka berinteraksi langsung dengan pasien yang positif terinfeksi virus corona juga sekaligus sebagai orang yang berada pada garda terdepan dalam memerangi Covid 19. Sedihnya dikabarkan sampai hari ini semakin banyak tenaga medis yang gugur saat menangani wabah.
Telah banyak tersebar kisah-kisah sedih nan pilu perihal perjuangan dan pengorbanan tenaga medis saat pandemi virus Corona, Kalangan tenaga medis pun menjerit dengan kondisi pekerjaan mereka saat ini yang bagaikan para tentara yang sedang berperang di medan pertempuran demi menyelamatkan pasien-pasien yang terus berdatangan.
Dibalik perjuangan tenaga medis dalam medan pertempuran melawan Covid 19, bukannya mendapatkan apresiasi dan perhatian lebih atas kerja kerasnya melainkan mereka justru mendapatkan hal yang tidak seharusnya oleh pihak pemerintah. Missal minimnya berbagai kelengkapan medis berupa alat pelindung diri (APD) yang kurang memadai di sejumlah rumah sakit sehingga menjadi ancaman serius bagi nyawa para pahlawan garda terdepan itu. bahkan proteksi finansial juga tidak diberikan. Sebagian tidak mendapat tunjangan, THR perawat honorer dipotong bahkan ada yang dirumahkan karena Rumah Sakit daerah kesulitan dana.
TEMPO.CO, Jakarta - Perawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Anitha Supriono, hingga kini belum menerima insentif sebesar Rp 7,5 juta yang dijanjikan pemerintah. Anitha merupakan salah satu perawat yang bertugas di ruang Intensive Care Unit (ICU) menangani pasien-pasien positif Covid-19.
(https://nasional.tempo.co/read/1346031/perawat-belum-terima-insentif-covid-19-yang-dijanjikan-pemerintah/full&view=ok)
Tak hanya itu, di tengah wabah virus Corona atau Covid-19, ratusan tenaga medis dipecat akibat aksi mogok kerja dengan alasan APD yang tidak memadai. Padahal gugurnya tenaga medis atau pemecatan itu sama dengan berkurangnya prajurit di garda depan medan tempur. Melihat seperti ini sungguh miris dan sangat disayangkan karena untuk mencetak tenaga kesehatan yang berkualiatas butuh waktu yang lama.
Fenomena yang terjadi hari ini Sangat disesalkan dan membuktikan bahwa lalainya pemerintah menangani pandemic Covid 19. Tampak dari kecerobohan terhadap sumber wabah yang tidak diatasi dengan serius dan sungguh-sungguh bahkan terlihat hanya bergantung pada WHO, serta ketidakseriusan mengupayakan pencegahan dan pengobatan.
Dengan demikian dari aspek mana pun, jelas sekali pemerintah saat ini lalai dan tidak siap menghadapi wabah Covid 19. Yang bila ditelisik secara mendalam semua kelalaian itu berpangkal dari berbagai paradigma rusak dan batil yakni sistem Kapitalis sekuler yang tengah diterapkan saat ini. Baik yang terhimpun dalam konsep good governance, maupun aspek-aspek lain. Karena berasas pada keuntungan alias manfaat semata, maka tak heran jika kebijakan yang dibuat lebih mementingkan perekonomian dibandingkan nyawa rakyat.
Hal ini tentu berbeda dengan sistem Islam (khilafah) ketika terjadi wabah akan segera menerapkan lockdown sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bertutur melalui lisannya yang mulia, “Jika kalian mendengar suatu negeri dilanda wabah, maka jangan kalian memasukinya. Jika wabah itu terjadi di negeri yang kalian berada di dalamnya, maka jangan kalian keluar darinya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Sehingga semua akses dari luar wilayah terdampak wabah ditutup agar wabah tak makin meluas, baik akses transportasi maupun akses publik lainnya. Dengan seperti ini akan membantu kerja para tim medis, sehingga tenaga kesehatan pun tidak akan kewalahan menangani pasien yang terus bertambah secara massif karena sejak awal sudah di bendung dengan kebijakan lockdown.
Negara akan memberi fasilitas kesehatan terbaik dengan jumlah yang memadai lagi mudah diakses kapan pun, di mana pun, oleh siapa pun. Di samping itu juga rumah sakit disertai kelengkapan alat kedokteran dan obat-obatan terbaik yang efektif bagi penanganan masyarakat yang dicurigai dan atau terinfeksi wabah . Dan pelayanan kesehatan berkualitas ini diberikan secara cuma- cuma oleh negara.
Anggaran dalam negara Islam berbasis baitul mal dan bersifat mutlak. Baitul mal adalah institusi khusus pengelola semua harta yang diterima dan dikeluarkan negara sesuai ketentuan syariat. Sehingga negara memiliki kemampuan finansial memadai untuk pelaksanaan berbagai fungsi pentingnya, termasuk fungsinya sebagai pembebas dunia dari penderitaan bahaya wabah.
Dalam kondisi tersebut para tenaga kesehatan tentu saja akan mendapatkan jaminan pemenuhan kebutuhan hidupnya dengan layak baik ketika ada wabah maupun tidak ada wabah karena dalam kondisi normal kesejahteraan mereka senantiasa diperhatikan negara apalagi disaat wabah melanda akan lebih diutamakan.
Demikianlah Islam dengan segala kemuliaan syariatnya yang sangat menghargai dan memberikan perhatian besar bagi para tenaga medis yang sudah banyak berkorban demi umat, juga kepada seluruh masyarakat baik yang terkena wabah maupun yang terkena dampaknya akan dipenuhi seluruh kebutuhannya per individu sebagai bentuk kewajiban negara yang telah diatur syariat Islam.
Maka dengan begitu, hanya dengan menerapkan syariat Islam secara keseluruhan dalam lini kehidupan, akan mampu menyelesaikan seluruh problematika dunia termasuk wabah saat ini. Maka sudah saatnya kita meninggalkan sistem rusak jahiliyah saat ini yang membawa banyak kemudhoratan dan kembali pada syariat Islam Kaffah dalan naungan khilafah Islamiyah yang mengikuti metode kenabian, yang nantinya akan menghantarkan kita pada kehidupan yang aman, tentram, dan sejahtera berkat rahmat dan karunia Allah SWT yang tercurahkan pada umat manusia. Wallahu’alam bisshawab.
Tags
Opini