Oleh : Ummu Nadiatul Haq
(Member Akademi Menulis Kreatif)
"Jika Allah benar-benar menghendaki dan jika kita bisa menerimanya dengan ikhlas dan dalam takwa dan tawakal, sesungguhnya hal tersebut akan membuat berkah, membuahkan hikmah, membuahkan rezeki, dan juga hidayah" (Presiden Joko Widodo).
Inilah sambutan presiden RI k-7 dalam acara 'Takbir Virtual Nasional dan Pesan Idul Fitri dari Masjid Istiqlal' pada Sabtu, 23 Mei 2020. Pesan ini disampaikan beliau dalam bentuk video yang diambil dari kediaman presiden di Istana Bogor, Jawa Barat. Dalam pidatonya Beliau menyampaikan pesan, bahwa lebaran tahun ini harus dilalui masyarakat Indonesia di tengah pandemi. Masih dalam acara yang sama wakil presiden bapak KH. Ma'ruf Amien mengingatkan bahwa momen yang sama ini harus dimanfaatkan umat muslim untuk memperkuat iman dan takwa. Beliau berpesan "Kalau beriman dan bertakwa pasti Allah turunkan kesuburan, kemakmuran, keamanan, keselamatan dan dihilangkan berbagai kesulitan. Itu adalah janji Allah di dalam Al-Quran." (Tempo.co, 23/5/2020)
Sudah beberapa bulan kita berada dalam kondisi abnormal. Tentu semua memimpikan kondisi normal seperti biasanya, tidak ada batasan gerak yang menghambat aktivitas seperti bekerja, sekolah, silaturahmi yang saat ini di idul fitri biasanya saling berkunjung dan bersalaman jadi hal yang dilarang karena wabah. Sampai ada kasus viralnya seorang bapak yang mengamuk membuka penghadang jalan yang menutup jalur yang dilewati untuk silaturahmi dengan saudaranya.
Tentu tidak ada yang menginginkan kondisi abnormal ini, bisa dibayangkan ketika tubuh manusia yang abnormal fungsi tubuhnya, misalnya salah satu panca indranya atau tubuh lainnya seperti kaki yang tidak bisa berjalan. Tentu akan menyiksa batinnya kalau belum terbiasa atau terlatih, dia akan memimpikan kondisi normal seperti manusia lainnya. Selain itu, konsep menerima Qadha yang telah menimpa manusia merupakan bagian yang sangat penting dalam penanaman aqidah. Selanjutnya, mampu menerima kondisi yang sudah Allah takdirkan tentu dengan tawakal pasrah pada yang kuasa, yang menciptakannya dan berusaha semaksimal mungkin agar bisa normal kembali.
Kondisi saat ini seharusnya menjadikan manusia berpikir dan introspeksi diri, tawakal, dan taubat atas kesalahan apa saja yang sudah dilakukan dan mulai berbenah diri untuk menjadi manusia yang siap menerima syariat-Nya seutuhnya tanpa alasan apa pun. Karena hanya dengan virus berukuran nano manusia sudah kalang kabut menghadapinya. Memang pesan-pesan ini juga disampaikan kepala negara dan wakilnya, mengatakan bahwa modal keluar dari wabah ini adalah tawakal, takwa dan mendapat rida Allah.
Ini adalah salah satu cara menenangkan manusia yang sedang gundah karena menghadapi kondisi saat ini, hanya saja kebijakan-kebijakan yang diambil mereka dalam menghadapai situasi saat ini tidak menunjukkan kita tawakal dan berserah diri pada Sang Pencipta, karena tidak berpijak pada syariah. Juga tidak ada taubat nasional untuk membuang hukum-hukum buatan manusia yang selama ini menjadi rujukan mengelola bangsa.
Apa sesungguhnya makna takwa yang bisa membawa pada solusi bangsa dan wabah?
Khalifah Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu berkata,
"Takwa yaitu rasa takut pada Al Jalil (Yang Maha Agung, yaitu Allah), beramal dengan At Tanzil (yaitu syariat yang Allah turunkan), qana'ah dengan yang sedikit dan bersiap untuk hari kepergian (setelah mati)."
Negara yang bertakwa adalah negara yang melaksanakan seluruh perintah Allah Swt. dan yang menjauhi larangan-Nya. Semua aktivitas yang dilakukannya senantiasa merujuk kepada Al-Quran, Sunah, Ijma dan Qiyas.
Saat ini takwa hanya dijalankan per individu saja yang sudah ber"hijrah" dari kondisi buruk menuju keadaan lebih baik "terikat dengan hukum syara". Mari berjuang bersama agar penguasa negeri ini memahami makna takwa yang sesungguhnya, bukan hanya dilisan saja. Dan negara kita menjadi negara yang bertakwa dengan membuang sistem yang rusak dan kembali pada Sang Penguasa alam, Allah Swt.
Wallahu a'lam bishshawab.