Oleh : Elis Sulistiyani
Pesantren Tangguh di Majalengka mulai dijalankan Kapolres Majalengka AKBP, Bismo Teguh Prakoso. Menurut Bismo, pesantren-pesantren di Majalengka patut dijadikan pelopor Pesantren Tangguh Jawa Barat karena rata-rata telah menerapkan protokol kesehatan untuk santri dan ulama selaku pengurus di lingkungan pesantren. Melalui program ini diharapkan pesantren juga mampu ambil bagian untuk membantu program pemerintah kala menghadapi wabah covid-19.
Selain itu polres Majalengka juga menyumbangkan Alat Pelindung Diri (APD), masker,dan juga penunjang untuk ketahanan pangan dalam pesantren juga diharapkan mampu membantu program pemerintah ini. Kapolres Majalengka membagikan bibit ikan nila dan bibit kangkung untuk di budidayakan di pesantren. (portaljabar.net, 15/06/2020)
Nampaknya program ini berkesinambungan dengan program Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) untuk mencapai visi misi Jabar Juara Lahir Bathin yang ingin menjadikan pesantren memiliki dimensi baru yaitu dimensi ekonomi, salah satunya dalam hal ketangguhan ketahanan pangan.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyampaikan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat dalam satu tahun terakhir ini sudah memberikan bantuan pinjaman pembiayaan bagi ekonomi pesantren. Emil mengatakan, dalam program tersebut ada pesantren yang baru memulai, ada pesantren yang sudah bergerak, dan ada pula pesantren yang sudah bergerak menuju ekonomi besar.
Salah satu pesantren yang bergerak menuju kemandirian ekonomi besar itu adalah Pesantren Al-Ittifaq. Pesantren Al-Ittifaq ini memiliki kelebihan yaitu pertanian yang tangguh terhadap Covid-19. Terbukti dengan adanya pesanan yang meningkat terutama pertanian kesehatan seperti jahe-jahe. (prfmnews.pikiran-rakyat.com, 21/06/2020)
Nampaknya kini pesantren tak hanya dipandang sebagai lembaga informal yang hanya berkutat pada ilmu agama saja. Kini pesantren juga mulai dilirik sebagai suatu lembaga yang diberi perhatian untuk bertransformasi menjadi pesantren tangguh yang mampu berdikari dalam bidang ketahanan pangan. Lebih dari itu ketahanan pangan ini diharapkan mampu menjadikan ekonomi umat layaknya kongomerat.
Sudah lebih dari 1000 pesantren dalam setahun terakhir ini yang diberikan pembiayaan, dari mulai 1 miliar, 500 juta, 100 juta, sampai 50 juta, tergantung ukuran pesantrennya.
Satu kemajuan saat pesantren kini juga mendapat perhatian, namun harus diperhatikan untuk tidak mengalihkan program utama pesantren sebagai lembaga yang membantu mencerdaskan umat. Sebagai lembaga yang juga kelak diharapkan mampu melahirkan orang-orang yang faqih terhadap agamanya.
Jangan sampai pesantren justru teralihkan untuk masuk kedalam jurang keserakahan para kapital yang memandang segala sesuatu dengan pandangan materi. Dimana segalanya bidang diukur dengan standar ekonomi yang menguntungkan oligarki kekuasaan.
Sekalipun tidak ada yang salah jika pesantren ambil bagian melejitkan potensinya dalam bidang tersebut. Namun sebagai muslim sudah sepatutnya segalanya harus berdasarkan syariat. Terlebih sangat disayangkan jika pembiayaan yang disalurkan pemerintah tidaklah gratis alias berbunga, yang sudah jelas itu diharamkan dalam Islam.
Sesungguhnya ketangguhan itu sendiri akan terbentuk kala kita mengenali jati diri kita sebagai muslim. Patutlah kita melihat ketangguhan sesungguhnya kaum muslim di masa Rasuulah, saking tangguhnya bahkan mereka tidak takut mati kala berhadapan dengan musuh. Ketangguhan ini juga nampak daam segala lini. Dalam hubungan bernegara sekalipun ketagguhannya bukan hanya sekedar ketahanan pangan.
Namun dalam hubungannya dengan negara lain juga menunjukkan ketangguhannya kala Rasululah disegani negeri tetangga. Maka darisini nampak ketangguhan negara mampu tewujud dalam skala negara dengan Islam, hal ini pula sudah semestinya akan berdampak kepada ketangguhan dalam negeri daulah
Islam sebagai asas negara telah megahadirkan aturan paripurna yang mampu menyelesaikan berbagai problematika kehidupan manusia. Yang Aturan yang diterapkan sudah pasti mempertimbangkan halal haram, bukan hanya keuntungan materi semata. Ini akan jauh berbeda kala hidup dlam sebuah negara yang menerapk sistem kapitais yang melihat pertimbangan utama dalam sebuah aturan adalah materi semata.
Maka tidaklah layak kita masih berharap pada sistem yang kini tengah dekat dengan jurang kehancuran. Sistem yang menghantarkan manusia pada kesengsaraan dunia akhirat.Sudah saatnya kita bersiap menyambut aturan Ilahi yang akan menjadi rahmat bagi seluruh alam.