Menakar Kembali New Normal Life sebagai Solusi





Oleh Linda Maulidia*


Di tengah semakin meningkatnya jumlah orang yang terkena covid-19,  wacana New  Normal Life masih terus bergulir. Rencana pemberlakuan NNL (New Normal Life) nampaknya sudah di depan mata. Beberapa daerah sudah mulai mempersiapkan diri. Hal ini terlihat dari gencarnya sosialisasi New Normal di Kota Banjarbaru. 

Selain di tempat-tempat perbelanjaan, para petugas gabungan yang terdiri dari kepolisian, TNI, satpol PP, dishub, petugas kesehatan dan BPBD Kota Banjarbaru, juga terus bergerilya mendatangi tempat-tempat umum seperti taman Kota Van Der Pijl, lapangan murjani, perkampungan pelangi dan ruang-ruang terbuka hijau lainnya. 

Kanit bintibmas Polres Banjarbaru, Ipda Abdies Mulyanto mengatakan pemerintah kota Banjarbaru sedang melaksanakan new normal atau suatu tahap kehidupan baru. (Banjarmasin post.co.id., 13/6/ 2020)

Di Banjarmasin sendiri, disebutkan  Pemprov melalui Gugus Tugas Covid-19 Kalsel, masih memutar otak memutus rantai dan menangani penularan hingga pengobatannya. Wakil Ketua Harian Gugus Covid-19 Kalsel, Hanif Faisol Nuropiq  mengungkapkan, new normal belum bisa diterapkan di Kalsel, meski pihaknya sudah menuju fase itu. Kalsel baru menargetkan new normal pada agustus 2020 mendatang. Saat itu, jumlah kasus diprediksi sudah melandai. (Kalsel.procal.co., 15/6/2020)

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menegaskan proses pembelajaran secara tatap muka sudah boleh dilakukan di zona hijau Covid-19 yang ditetapkan gugus tugas. Untuk daerah yang berada di zona kuning, oranye dan merah, maka dilarang melakukan pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan. 

Satuan pendidikan pada zona-zona tersebut tetap melanjutkan belajar dari rumah atau BDR. Perkembangan covid-19 sendiri disebutkan baru mencapai puncaknya pada Oktober 2020.  Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ulin Banjarmasin, dr Suciati menyampaikan, wabah corona (Covid-19) di Kalimantan Selatan mengalami puncaknya pada bulan Oktober tahun 2020. 

Hal itu bisa terjadi karena melihat situasi sosial budaya masyarakat Kalsel saat ini masih banyak yang melanggar Physical Distancing serta menganggap remeh pandemik Covid-19. Pernyataan orang nomor satu di RSUD Ulin ini bersandar pada kajian Ahli Matematika Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin.

Wacana New Normal Life masih menjadi pro dan kontra. Sebagian pihak menyangsikan hal ini. Melihat dari kurva covid-19 yang tak kunjung landai, pemberlakuan New Normal Life disinyalir justru akan menjadi penyebab semakin membludaknya orang yang terpapar. Banyak pihak memandang, bahwa jika kebijakan ini dicetuskan, dimana kondisi pandemi Corona di Indonesia belum melandai. 

Seharusnya mengambil pelajaran dari Negara Korea Selatan yang telah menerapkan konsep new normal, namun kemudian dianggap gagal, padahal memiliki mekanisme penanganan pandemi covid-19 yang lebih baik. Kebijakan new normal yang diterapkan tidak bisa bertahan lama. 

Begitu sekolah dibuka, 2 siswa langsung terinfeksi Virus Corona, dan 75 sekolah seketika memulangkan para guru dan ribuan muridnya. Kondisi ini memaksa pemerintah Korsel memberlakukan kembali pembatasan sosial di beberapa wilayah. Akan tetapi tak sedikit pula masyarakat yang menyambut baik kebijakan ini jika benar diterapkan. 

Meski mereka menyadari bahwa wabah memang belum usai, dan kemungkinan untuk terpapar bisa terjadi. Akan tetapi euforia terhadap kebijakan New Normal Life,  yaitu kebijakan membuka kembali aktivitas ekonomi, sosial, dan kegiatan publik secara terbatas dengan menggunakan standar (protokol) kesehatan yang sebelumnya tidak ada sebelum pandemi, nampak mendapat sambutan yang cukup antusias dari sebagian masyarakat.  

Hal ini tak lepas dari beberapa sebab. Pertama, Kurang massifnya informasi  yang benar diberikan kepada masyarakat mengenai wabah corona,  ditambah lagi banyak hoax yang beredar. Hal ini menyebabkan masyarakat pesimis bahkan acuh hingga tak lagi memperhatikan protokol kesehatan kala beraktivitas di luar rumah.

Kedua, Jangka waktu pandemi berlangsung cukup lama. Telah memasuki bulan ke enam, sejak kemunculannya di Wuhan pada Desember 2019. Tak dapat dipungkiri masyarakat bosan dan pada akhirnya menganggap biasa. Hari demi hari diberitakan mengenai semakin bertambahnya korban nampaknya tidak lagi terlalu menjadi perhatian.

Ketiga, Kebutuhan ekonomi yang mendesak. Tidak adanya jaminan kebutuhan sandang, pangan dan papan selama pandemi, menyebabkan masyarakat tak lagi terlalu pedulo terhadap kesehatan. Sehingga sebagian masyarakat tetap keluar rumah mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan, bahkan meski didaerahnya terhitung banyak yang terpapar covid-19.

New Normal Life sejatinya bukan solusi yang seharusnya dicetuskan apalagi diterapkan. Solusi demi solusi yang ditawarkan sistem kapitalis saat ini menjadi penyebab carut marutnya permasalahan. Sistem kapitalis sekuler terbukti gagal meriayah umat manusia di dunia, tidak mampu memberikan solusi terbaik agar umat manusia segera terlepas dari wabah ini.

Sejak awal, kebijakan lockdown tidak diambil. Pengabaian penguncian areal wabah yang seharusnya diberlakukan, menjadi jalan semakin bertambah dan meluasnya korban akibat wabah yang telah menyebar ke seantero dunia. Lockdown merupakan solusi Islam kala terjadi wabah. 

Dari kitab Sahih Muslim Rasulullah Shallallahualaihi wa sallam bersabda,Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, makan janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kalian meninggalkan tempat itu,(Hadis riwayat Bukhari dan Muslim).

Dalam pengaturan oleh negara yang berlandaskan Islam, dengan menerapkan kesempurnaan Islam, umat akan mendapatkan kesejahteraan baik dalam kondisi normal ataupun tengah dilanda wabah. Di saat normal, negara menjamin agar rakyat bisa mengakses semua hajat hidupnya secara layak. 

Bahkan Negara menyediakan pendidikan gratis dan pelayanan kesehatan yang baik. Termasuk dalam memenuhi kebutuhan pangan, air, perumahan dan energi bisa dinikmati dengan biaya yang sangat mudah dijangkau oleh masyarakat. Negara dengan penuh amanah mengelola secara langsung berbagai harta umum, yang manfaatnya dikembalikan kepada pemiliknya. 

Negarapun bisa memberikan subsidi hingga rakyat mampu menjangkaunya. Pun saat wabah, Kebijakan Lockdown akan segera diberlakukan. Negara cepat bertindak dengan memberikan bantuan penuh terhadap kebutuhan pangan dan layanan kesehatan secara mutlak. Bagi yang memang positif terjangkit virus benar-benar dikarantina dan diberikan pelayanan kesehatan maksimal sampai sehat total, masyarakat yang sehat tetap bisa beraktifitas. 

Kegiatan ekonomi dan aktivitas lainnya masih bisa berjalan normal. Jikapun wabah meluas, Islam memliki kesiapan untuk menanggulangi. Sumber dana dengan pengelolaan sumber daya alam yang sesuai syariat Islam serta sumber harta lainnya yang di atur syariat, akan menghasilkan sumber yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, baik yang terdampak secara langsung ataupun tidak. 

Dalam kondisi wabah seperti ini khususnya, perhatian terhadap perkembangan ilmu pengetahuan seharusnya menjadi pertimbangan dalam mengambil kebijakan. Kepekaan yang tinggipun sangat diperlukan, hingga muncul rasa empati terhadap rakyat. Hal ini akan menghasilkan kebijakan yang manusiawi.

Semua ini bisa terlaksana jika para pemimpin menjalankan tuntunan Islam dalam mengatasi wabah. Pemimpin yang  amanah yang berkepribadian Islam dan memiliki kecerdasan akan hadir dalam kehidupan yang diatur dengan sistem kehidupan yang sahih, yakni syariat Islam yang hanya akan bisa diterapkan oleh negara yang menerapkan sistem aturan Islam secara sempurna yakni Khilafah.



*(Pengajar Sekolah Tahfizh)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak