Lapar atau Terpapar


Oleh: Sri Purwanti, Amd.KL
Pegiat Literasi

Pasar merupakan salah satu nadi perekonomian  rakyat,  karena  salah satu mata rantai dalam distribusi kebutuhan pokok masyarakat. Pandemi Covid-19 tentu membawa dampak tersendiri bagi aktivitas yang terjadi di pasar. Karena pasar merupakan tempat kerumunan, sehingga rawan menjadi tempat penularan Covid-19. Bagai makan buah simalakama berdiam di rumah kebutuhan tidak tercukupi, memaksa tetap berjualan resiko tertular semakin tinggi.

Dilansir dari detik.com,12/2/2020, sebanyak 52 pedagang yang tersebar di DKI Jakarta terpapar virus Corona. Hal ini tentu mengkhawatirkan. Kondisi pasar tradisional memang agak susah untuk menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Mobilitas juga tinggi, karena masyarakat harus memenuhi kebutuhan sehari-hari. Disisi lain masih banyak masyarakat yang terkesan abai dengan protokol kesehatan, tidak tertib mencuci tangan maupun tidak mengunakan masker dan mejaga jarak. Salah satunya karena di picu oleh berita hoaks yang bermunculan di berbagai media sosial. Hal ini tentu akan mempercepat rantai penularan covid-19.



Penanganan pandemi di pasar memang sedikit berbeda dengan tempat yang lain, perlu edukasi khusus. Pemerintah harus melakukan pendekatan dengan benar untuk memahamkan masyarakat terkait pandemi yang sedang tejadi, sehingga tidak termakan berita hoaks. Memahamkan tentang pentingnya mematuhi protokol kesehatan sebagai upaya memutus rantai penyebaran Covid-19.



Melihat dilema masyarakat, yang harus berada pada posisi sulit, menyelamatkan diri dengan diam di rumah atau harus keluar untuk memnuhi kebutuhan, membuka pandangan kita bahwa negara memiliki peran penting untuk mengatasi masalah ini  karena negara adalah pemegang kebijakan. Harus ada kerjasama yang baik antara masyarakat dengan negara untuk menerapkan protokol kesehatan dengan benar serta .



Pemerintah jupa perlu memberikan sanksi yang tegas jika ada masyarakat yang melanggar protokol kesehatan. Hal ini dilakukan setelah pemerintah memberikan edukasi yang memadai. Masyarakat harus paham betul tentang protokol kesehatan yang harus mereka jalankan ketika beraktivitas di luar rumah.  Karena fakta dilapangan banyak ditemukan OTG(orang tanpa gejala), sehingga tidak mudah untuk mendeteksi kecuali dengan test swab.



Dalam Islam negara memiliki peran untuk meriayah masyarakat dan melindungi mereka dari segala bahaya, sehingga ketika terjadi pandemi keselamatan rakyat harus menjadi prioritas utama. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. “ Pemimpin yang mengatur urusan manusia (Imam) adalah pengurus rakyat dan dia bertanggung jawab kepada rakyat (HR Bukhari dan Muslim).
Dari hadis diatas jelas bahwa pemimpin bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya secara keseluruhan, meliputi keamanan, kesehatan, dan pendidikan. Ketiga kebutuhan dasar ini diberikan kepada warga negara secara gratis, tanpa memandang strata ekonomi.



Pemerintah juga harus memastikan distribusi kebutuhan pangan yang mudah dijangkau selama masa pandemi.
Kelancaran distribusi pangan ini bisa dilakukan jika  ketersediaan pangan dijamin oleh negara. Ini bisa dilakukan dengan cara mencegah terjadinya penimbunan produk, sehingga harga tetap stabil. Hal ini seperti yang di sebut dalam firman Allah surat at_taubah[9]: 34 yang artinyta” Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalangi manusia dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkan di jalanAllah, maka beritahukanlah kepada mereka, bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih”.



Hal ini hanya bisa dilakukan manakala sistem Islam diterapkan dalam kehidupan. Terekam  jelas dalam sejarah bahwa para khalifah telah berhasil mengatasi wabah yang melanda, dengan memprioritaskan kieselamatan rakyat.
Wallahu a’lam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak