By : Detty Intan Sari
Pendidik Generasi
Seakan bertubi-tubi kesulitan melanda rakyat negeri ini. Terlebih di masa pandemi, penghasilan jelas berkurang bahkan tidak sedikit yang kebingungan untuk sekedar menopang hidup satu hari. Belum lagi beban lain yang harus mereka tanggung akibat kebijakan yang dinilai ‘tidak bernurani’.
Banyak pos pengeluaran yang menyedot sebagian besar penghasilan mereka. Bahkan mereka harus bersiap hidup dalam gelap karena biaya tagihan listrik yang semakin mahal. Masyarakat mengeluhkan kenaikan tagihan listrik hingga empat kali lipat. Diduga ada kenaikan diam-diam dari PLN.
Meski PT PLN memastikan banyak keluhan masyarakat terkait lonjakan tagihan listrik belakangan ini bukan karena kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Kenaikan tagihan lebih disebabkan ada selisih dan kenaikan konsumsi listrik saat work from home (WFH) atau kerja dari rumah. Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan Bob Saril mengatakan “Lonjakan pada sebagian pelanggan tersebut terjadi semata-mata karena pencatatan rata-rata rekening sebagai basis penagihan pada tagihan bulan Mei, kemudian pada bulan Juni ketika dilakukan pencatatan meter aktual selisihnya cukup besar. Itulah yang menyebabkan adanya lonjakan,” (sindonews.com, 7/6/2020).
Total pelanggan PT PLN mencapai 70.4 juta di mana pelanggan pascabayar sebanyak 34,5 juta. Dari 34,5 juta pelanggan itu, terdapat 4,3 juta pelanggan PLN yang mengalami kenaikan tagihan (cncbindonesia.com, 10/6/2020).
Sungguh luar biasa beban yang harus ditanggung oleh masyarakat. Mereka dituntut bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan hidup sendiri tanpa adanya pengurusan dari negara sebagai pelindung dan penjaga mereka. Tapi rakyat juga harus berjuang dalam persaingan kerja. Hingga tak sedikit yang akhirnya jatuh pada kubangan kemiskinan.
Padahal jika bukan pada penguasa yang notabene memiliki kekuatan untuk membuat kebijakan dan perlindungan, pada siapa lagi mereka akan mengadukan setiap kesulitan? Kebijakan yang ada justru cenderung membuat rakyat semakin sulit dan kebingungan. Jika hari ini tarif listrik naik, penghasilan berkurang bahkan ada yang tidak mempunyai penghasilan sama sekali akibat pandemi. Lalu bagaimana mereka akan memenuhi kebutuhan belajar dan pekerjaan lainnya yang membutuhkan listrik?
Kondisi ini menunjukkan dengan tegas kepada kita semua, bahwa pemerintah tidak peduli kepada kesulitan rakyat dan sektor strategis layanan publik tidak menyesuaikan pelayanannya dengan pendekatan meringankan kesulitan yang dihadapi masyarakat di masa pandemi.
Apa sebenarnya yang mejadi sebab dari semua kondisi ini? Mengapa pemerintah seakan lepas tangan dan menutup telinga dari jeritan kesulitan rakyatnya? Menganggap bahwa semua bukan tanggung jawab ia sebagai penguasa.
Kebijakan Sistem Liberal Mengunci Tangan Penguasa
Penguasa Hanya Akan Memberikan Pelayanan Terbaik Saat Bernaung dalam Sistem Islam
Sangat berbeda saat kekuasaan tegak di atas landasan Islam. Penguasa adalah pelayan umat yang akan memberikan pelayanan terbaik pada rakyat atas dorongan keimanan dan rasa takut akan penghisaban.
Penguasa tidak akan abai apalagi lepas tangan dari memenuhi segala kebutuhan rakyat. Termasuk kebutuhan listrik yang merupakan kebutuhan vital masyarakat. Negara tidak akan menggunakan asas meraih keuntungan besar dalam proses pengadaanya. Sebaliknya, masyarakat hanya membayar biaya pokoknya. Negara tidak boleh mengeruk keuntungan dari kepemilikan umum ini. Negara hanya boleh memungut tarif sebagai kompensasi biaya produksi dan distribusi barang-barang tersebut (Abdurrahman al-Maliki, As-Siyasah al-Iqtishadiyah al-Mutsla).
Seluruh kekayaan alam akan dikelola dengan baik dan didistribusikan dengan tepat. Tidak memandang lagi status kaya dan miskin. Mampu atau tidak. Semua akan mendapatkan fasilitas dan pengurusan yang sama oleh negara. Sungguh sebuah mekanisme sempurna yang hanya akan ada saat menerapkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Di dalamnya tidak akan ada ambisi meraih keuntungan pribadi atau golongan tertentu.
Jika sudah terbukti secara nyata bahwa semua persoalan yang terjadi hari ini akibat kerusakan sistem yang tengah diterapkan, maka tunggu apalagi untuk menggantinya dengan sistem Islam yang penuh dengan rahmat dan kemuliaan? Wallahu’alam.
Tags
Opini
Salam untuk penulis nya.. Salam dari Padang.. Makasih admin..
BalasHapus