Oleh: Ayu Susanti, S.Pd
Hari yang fitri telah dilalui oleh ummat muslim. Seluruh ummat muslim bersuka cita merayakannya, walaupun Idulfitri tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang kondisinya harus ditemani dengan corona. Virus covid-19 ini masih menghantui dunia termasuk Indonesia.
Walaupun umat muslim merayakan Idulfitri di tengah wabah, namun kita tak boleh lupa makna fitri sebenarnya. Dalam kitab tafsir al-Thabari, Idulfitri bermakna kepada proses penyucian diri dalam bentuk kejernihan berpikir dan berperilaku dalam keseharian. Imam al-Ghazali mengatakan bahwa seorang muslim mengimplementasikan ketaatan pada ranah masyarakat yang ia kembali kepada ketenangan diri. Artinya berbuat baik sesama muslim pada Idulfitri tidak lain adalah bentuk dari penyucian diri. (kalam.sindonews.com, 23/05/2020).
Dari sini kita bisa melihat bahwa saat idulfitri dan di hari seterusnya kaum muslim bisa mengimplementasikan ketaatan kepada Allah. Di saat bulan Ramadan kita ditempa dengan membiasakan diri melakukan amalan kebaikan salah satunya dengan memperbanyak amalan-amalan sunnah, saat Bulan Syawal dan seterusnya kaum muslim harusnya terbiasa tetap istiqomah melakukan berbagai amalan kebaikan. Lebih jauhnya tujuan puasa ramadhan itu yakni dengan menjadikan ummat Islam bertakwa kepada Allah.
Ibnu Qayyim berkata, “Hakikat takwa adalah menaati Allah atas dasar iman dan ihtisab, baik terhadap perkara yang diperintahkan atau pun perkara yang dilarang.” Hal ini berarti takwa adalah berusaha untuk menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Ini pun berarti kita harus menjadikan Islam sebagai tolak ukur dalam setiap perbuatan, sebagai aturan menyeluruh yang harus dipakai dan sebagai solusi atas semua permasalahan yang dialami oleh manusia, termasuk menyikapi wabah dan bagaimana menanganinya.
Pandemi corona yang terjadi di hampir seluruh dunia termasuk Indonesia seharusnya bisa dijadikan sebagai pelajaran berharga. Dari pandemi ini banyak hal yang bisa kita ambil. Wabah ini membuktikan bahwa manusia tidak bisa berbuat sombong. Karena terbukti, dengan virus yang sangat kecil tak terihat bisa membuat manusia sampai kelabakan. Lantas apa yang harus disombongkan? Dengan adanya wabah ini pun bisa menjadi bentuk ujian bagi seluruh ummat muslim khususnya, agar kita bisa bersabar dan terus mendekatkan diri kepada Allah.
Seharusnya dengan adanya momen Idulfitri ini, bisa menjadi momentum muhasabah bersama secara nasional dengan melakukan introspeksi diri, sudah seberapa jauhkah ketaatan kita kepada Allah? Sudah seberapa besar usaha kita untuk menangani wabah ini dengan hukum-hukum yang Allah turunkan? Atau malah sebaliknya? Justru wabah ini belum bisa membukakan mata kita untuk tidak lagi menggunakan hukum buatan manusia dalam kehidupan? Mau sampai kapan kita tetap mempertahankan aturan manusia untuk mengatur kehidupan ini?
Seharusnya kembali fitrah adalah dengan menjalankan semua aturan yang Allah turunkan baik itu dalam aspek individu, masyarakat ataupun negara. Saat kita menjalankan semua aturan Allah, keberkahan yang akan diterima.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf:96).
Kembali kepada aturan Allah di bawah sistem Islam akan menjadi obat mujarab bagi permasalahan manusia termasuk masalah pandemi global saat ini. Karena Islam adalah solusi yang solutif yang bisa memberikan pemecahan masalah dengan tepat dan benar.
Oleh karena itu, kita harus segera meminta ampunan kepada Allah dan mengusahakan diri untuk senantiasa taat kepada-Nya. Kita selaku ummat muslim harus berusaha untuk mengedukasi masyarakat agar senantiasa tunduk dan patuh kepada Allah dan menjadi bangsa yang bertakwa.
Wallahu’alam bi-ashowab.
Tags
Opini