Oleh : UmmuMarQiSa
Masih hangat kejadian yang viral mendunia seorang berkulit hitam di aniaya bahkan sampai pada kematian oleh seorang berkulit putih disebuah negara super power yang konon sudah modern dalam hal berfikir.
Sebuah hal yang dibilang kontradiktif dari label masyarakat negara adidaya namun perilakunya seperti dihutan rimba yang tak mengenal rasa kemanusiaan.
Bukankah seharusnya Amerika sebagai negara modern mencerminkan sikap mentality dan morality yang modern juga, yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan bukan hanya sebatas warna kulit hitam atau putih?
Dari peristiwa ini semua dapat melihat bahwa sebuah negara besar dengan landasan kapitalisme ini tidak berhasil dalam mewujudkan masyarakat yang berbudi pekerti yang luhur, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan sehingga menjadi manusia dewasa dan berkarakter madani.
Kemudian bagaimana sebuah negara atau wilayah dapat menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, dimana jika diterapkan akan menjadi negara yang beradab masyarakatnya.
Maka ada sebuah norma norma yang dapat dijadikan sebagai landasan hidup.
Manusia tidak dinilai kedudukannya dari warna kulit nya namun dari hati dan perbuatan yang berkarakter baik. Islam memiliki kaidah dalam menangani masalah ini.
Ada sebuah pelajaran dari pemimpin besar islam Nabi Muhammad Saw "Sungguh Allah tidak melihat bentuk rupa dan harta kalian, melainkan hati dan perbuatan kalian" (HR.Muslim).
Sabda Nabi Muhammad ini dibuktikan dengan menjadi seorang sahabat bernama Bilal diangkat menjadi seorang muadzin dimasjid nabawi dan mengumandangkan adzan diatas bangunan suci Kabbah ketika fathu mekkah.
Begitupun Tuhan Yang Maha Agung yang menciptakan manusia memiliki tujuan yang benar dari menciptakan manusia berbeda warna kulit dan bahasa "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa
dan bersuku suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu.Sesunguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal ".(Qs Al Hujuraat :13)
Dari dua statemen tersebut menjadi jelas sudah bahwa untuk menjadi manusia yang mulia bukan dari warna kulitnya, bentuk rupanya, kaya miskinnya, sukunya, bangsanya, bahasanya karena semua itu haq prerogatif Tuhan yang tidak akan diminta pertanggung jawaban. Akan tetapi semua fasilitas yang Tuhan berikan untuk kebaikan atau keburukan itu yang akan Allah minta pertanggungjawaban. Allah punya parameter khusus dalam menilai kemuliaan manusia yaitu ketakwaannya.
Wallohu'alam.