Oleh : Rohmawati
Aktivis Dakwah Remaja Muslim
Kementrian koordinator kemaritiman dan investasi (Kemenko Marves) telah menerima ratusan pengaduan dari masyarakat yang mengeluhkan tagihan listrik yang membengkak. Kementrian yang di pimpin Luhut Bansar Panjahitan telah membuka pengaduan sejak Selasa, 9 juni 2020. Bupati bidang koordinasi kedaulatan maritim dan Energi Kemenko Marves Purbaya Yudhi Sadewa menyebutkan sudah ada 346 aduan yang masuk. (detik.com, 14/06/2020)
Kebijakan pemerintah yang menaikkan tagihan listrik merupakan hal yang tidak seharusnya dilakukan. Sudah banyak duka yang rakyat rasakan, mulai dari rasa khawatir dan rasa takut hingga kesempitan hidup dirasa akibat dari pandemi ini. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan, berkurangnya pendapatan bahkan terancam mengalami kelaparan karena tidak bisa membeli bahan makanan.
Kesempitan hidup yang rakyat rasakan akibat dari pandemi ini merupakan hal yang semua orang rasakan di berbagai negara termasuk indonesia. Tentu saja rakyat berharap tinggi kepada para pemimpinnya untuk memberikan perhatian berupa bantuan, baik dalam bentuk makanan, kesehatan, pekerjaan dan lain sebagainya. Namun pada kenyataan nya rakyat tak kunjung mendapatkannya.
Bahkan sudah ada kasus seorang kepala rumah tangga yang memilih untuk mengakhiri hidupnya setelah ia di PHK secara sepihak dari pekerjaannya. Karena ia merasa sudah tidak sanggup lagi untuk membiayai keluarganya. Penderitaan tersebut dilengkapi dengan naiknya tagihan listrik. Bagaimana hidup dalam kondisi kesusahan?
Wabah corona ini merupakan cara Allah membuka wajah asli dari sistem demokrasi. Memanfaatkan segala situasi untuk meraup materi. Dengan hanya memikirkan untung dan rugi. Pemimpin merupakan pelayan rakyat, sudah menjadi kewajibannya memberikan jaminan kebutuhan rakyat. Bukan sebaliknya, rakyat harus memenuhi kebutuhan sendiri dan bertransaksi dengan Badan Usaha negara layaknya pembeli dan penjual. Dunia memang sudah berubah sejak Islam tidak lagi dijadikan pengatur dalam aspek kehidupan. Yaitu semenjak syariat Islam di campakkan dari kehidupan Islam.
Padahal di dalam Al-Qur'an surat al-Maidah ayat 32, Allah berfirman yang artinya:
"Barang siapa yang membunuh manusia bukan karena orang itu (membunuh) orang lain atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan manusia. Maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya."
Ayat di atas menjelaskan betapa berharganya nyawa manusia di hadapan Allah. Allah tidak akan membiarkan manusia itu mati dalam keadaan sia-sia.
Sebagaimana dahulu Khalifah Umar bin Khatab yang tidak membiarkan nyawa seekor hewan satupun yang mati dalam keadaan sia-sia.
Padahal dilihat dari sejarah
syariat Islam pernah diterapkan dalam institusi negara, semua permasalahan manusia bisa teruraikan. Dengan merujuk pada Al-Qur'an dan as-sunah. Hingga Islam yang rahmatan lil alamin dapat dirasakan. Karena syariat Islam merupakan sistem yang berasal dari Allah yang mampu memanusiakan manusia itu sendiri.
Kegagalan manusia dalam mengatur manusia lainnya dengan aturan buatannya sendiri seperti pada bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya merupakan bukti nyata bahwa manusia memang sebenarnya tidak mampu membuat aturan sendiri untuk kehidupannya. Sebagaimana Allah Swt. menjelaskan bagaimana manusia itu sendiri dalam firmannya Al- Qur'an surat An Nisa ayat kedua yang artinya:
"Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah."
Seharusnya kita menyadari bahwa kondisi yang rusak ini harus kita perbaiki, harus kita akhiri dengan melakukan perubahan sistem, kita sejatinya butuh New sistem bukan hanya New Normal.
Wallahu a'lam bishshawab.
Tags
Opini