Cinta Harta Sumber Malapetaka



Oleh: Nabila Zidane
Forum Muslimah Peduli Generasi dan Peradaban

Harta adalah suatu aset kekayaan kebendaan yang di butuhkan, di cari, dan di miliki oleh manusia. Harta juga sangat berguna bagi semua orang. Karena dengan harta kekayaan manusia dapat memenuhi segala kebutuhan, baik yang di inginkan atau yang sedang di butuhkan.



Harta kebanyakan diperoleh melalui interaksi, muamalah, dan transaksi dengan orang lain. Harta yang didapat dengan cara maksiat berarti diperoleh melalui transaksi yang melanggar syariah. Dalam hal itu tentu ada pihak yang dizalimi atau dilanggar haknya. Semua itu terjadi karena dorongan cinta harta yang berlebihan.



Memang Allah Swt. telah menciptakan pada diri manusia gharizah al-baqa’, yakni naluri mempertahankan eksistensi diri. Salah satu perwujudannya adalah kecintaan manusia pada harta

Allah Swt berfirman:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Telah dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa saja yang diinginkan, yaitu: para wanita; anak-anak; harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga) (Q.S. ali-Imran[3]: 14).



Sering manusia karena kecintaannya kepada dunia mereka rela melakukan apa saja. Lihatlah para elit politik diatas sana yang terkesan plin plan. Hari ini saling menjatuhkan besoknya sudah memuji muji yang bersangkutan. Hari ini berseberangan esoknya sudah saling bergandengan tangan. Hari ini bermusuhan besok sudah bersahabat. Pejabat-pejabat model "Isuk tempe sore kedelai" (pagi tempe sore kedelai) alias ucapannya tidak bisa dipegang. Semua itu demi mengamankan jabatannya. Karena dengan jabatan tersebut manusia bisa memperoleh harta dengan mudah. Gaji tinggi ditambah dengan berbagai tunjangan fasilitas negara. Belum lagi tender tender proyek lainnya.



Namun karena menuruti hawa nafsunya semua yang telah didapat terasa masih belum cukup juga. Alhasil korupsi menjadi pilihannya.



Jika harta itu diperoleh melalui korupsi maka dampaknya dirasakan oleh masyarakat luas. Bisa berupa pelayanan yang terhambat atau masyarakat terhalang dari manfaat harta yang dikorupsi. Bahkan korupsi bisa mengakibatkan dharar (bahaya), misalnya ketika yang dikorupsi adalah dana pembangunan proyek tertentu. Karena dikorupsi, boleh jadi kualitas bangunan dan fasilitas menurun, yang akibatnya bisa menimbulkan bahaya dan malapetaka bagi masyarakat.


Harus dicatat, tidak ada kebaikan yang lahir dari harta haram.

Rasulullah Saw. menceritakan perihal seorang lelaki yang sedang melakukan safar (perjalanan jauh), yang berambut kusut, kusam dan berdebu, yang menadahkan tangan ke langit lalu berdoa: "Wahai Rabbku! Wahai Rabbku!…" Sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dia dikenyangkan dengan makanan yang haram, maka bagaimana bisa doa dikabulkan? (HR. Muslim)



Oleh sebab itu, sedekah dari harta yang haram akan tertolak dan tidak diterima. Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, Rasulullah Saw. bersabda:

 لاَ يَقْبَلُ اللَّهُ صَلاةً بِغَيْرِ طَهُورٍ ، وَلاَ صَدَقَةً مِنْ غُلُولٍ

Allah tidak akan menerima shalat seseorang tanpa berwudlu (bersuci), dan tidak akan menerima sedekah dengan harta ghulul (curian/korupsi). (HR. Muslim)



Terkait dunia, Malik bin Dinar ra. bertutur bahwa orang-orang yang pernah bertanya kepada Ali Bin Abi Thalib ra., "Gambarkanlah kepada kami hakikat dunia ini?" Ali ra balik bertanya, "Gambaran yang panjang, lebar atau yang singkat?" Mereka menjawab, "Yang singkat saja." Ali ra. kemudian menjelaskan, " Dunia itu yang halalnya bakal di hisab dan yang haram nya bakal mengundang azab neraka." (Dinukil oleh Ibnu Abi ad-Dunya' dalam kitab Az-Zuhd, I/8).



Jelas tak ada kebaikan sedikitpun pada diri seorang muslim yang sepanjang hidupnya tersibukkan oleh urusan dunia seraya melupakan akhirat. Apalagi  dunia ini di mata Allah Sesungguhnya tidak ada harganya sedikitpun dibandingkan dengan surga-Nya. Dalam hal ini, Sahal bin Said ra. bertutur bahwa Rasulullah saw pernah bersabda: "Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, andai dunia ini di mata Allah sebanding harganya dengan harga seekor sayap nyamuk(lalat) saja, niscaya tidak seorang kafir pun akan diberi minum barang seteguk pun dari air dunia ini."  (Dinukil oleh Ibnu Abi ad-Dunya' dalam kitab Az Zuhd, 1/2)



Oleh karena itu harta adalah ujian keimanan. Hal ini berkaitan dengan cara mendapatkan dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam ataukah tidak. Allah Swt berfirman: “Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. al-Anfaal [8]: 28).

Maka ambillah dunia secukupnya saja tentu saja dengan ikhtiyar yang sesuai syariat Islam. Jangan terlalu mencintainya karena sesungguhnya dunia itu penuh dengan tipu daya dan  bersifat fana. Hanya akhirat yang abadi.

Wallahu a'lam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak