Berdamai Kah, atau Berperang kah Menghadapi COVID-19?




Oleh : Aisyah Yusuf


Ditengah para tim medis berjuang mati-matian untuk mengobati para pasien COVID 19. Dimana mereka tak kenal lelah, rela meninggalkan keluarganya, juga mengorban segalanya agar semua ini berakhir, sementara kebijakan pemerintah pusat berbalik arah.

seperti yang dilansir dalam CNN Indonesia,
Melalui akun resmi media sosialnya pada kamis (07/05), jokowi meminta agar masyarakat untuk bisa berdamai dengan COVID -19 hingga vaksin tersebut ditemukan.(CNN Indonesia 09/05/2020)

Pernyataan jokowi tersebut sangat mengejutkan publik, kenapa tidak, karena ditengah penanganan penyebaran virus corona yang baru genap 2 bulan ini, dan belum memperlihatkan kemajuan, tetiba presiden mengeluarkan kebijakan tersebut.

Dan pernyataan itupun lantas menjadi sorotan di media sosial, disebabkan hal itu bertentangan dengan apa yang disampaikannya dalam pertemuan virtual KTT G20 pada maret lalu.

kala itu, jokowi secara terbuka mendorong agar pemimpin negara-negara dalam G20 menguatkan kerjasama dalam melawan COVID-19. Bahasa jokowi pada saat itu"perang" melawan COVID-19.(CNN Indonesia 09/05/20).

Terbukti sudah, betapa tidak konsistennya seorang pemimpin negeri ini dalam mengurusi rakyatnya.
Alih-Alih mengurusi rakyatnya dengan benar, tepat, dan tanggap, yang ada malah rakyat dibuat bingung dengan segala kebijakan yang ada.
mulai dari pemberlakuan PSBB yang tak jelas, pembagian Bansos yang super ribet, hingga pendevinisian antara mudik dan pulang kampung pun menjadi pembicaraan ditengah masyarakat.

*Hanya Islam memecahkan masalah dengan cemerlang*

Pada masa kekhilafahan pun wabah semacam ini pernah terjadi, misalnya saja pada masa kekhilafahan Ummar bin Khatab Ra, pernah diserang oleh wabah thaun, kemudian pada masa kekhilafahan ustmani juga pernah terjadi wabah smallfox.

Beda sistem, maka beda pulalah dalam penanganannya.

Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna, yang mengatur seluruh aspek kehidupan, mulai dari perekonomian, pendidikan, kesehatan, pergaulan hingga dalam masalah ketika bencana itu melanda.
Karena kepemimpinan dalam Islam adalah mengurusi urusan Rakyat, yang mana mereka para kholifah sadar bahwa amanahnya itu akan dimintai pertanggung jawabannya.

Oleh karena itu, para pemiminpin Islam akan sangat tanggap untuk menyelesaikan ketika bencana wabah itu datang, misalnya saja yang dilakukan oleh khalifah Ummar bin Khatab Ra, beliau langsung mengecek daerah yang terkena wabah tersebut, dan mencari ahli yang dapat menyelesaikannya, dan pada saat itu sahabat Amru bin Ash mengeluarkan solusinya, yaitu, bahwa wabah itu cepat menyebar dikarenakan orang-orang berkerumun, maka pada saat itu pula Amru bin Ash memerintahkan warga yang berada di wilayah yang terdampak tersebut untuk mengisolasi diri, dan akhirnya wabah tersebut dapat berakhir dengan hitungan hari.

Begitupun pada masa kekhilafahan Ustmani ketika dilanda wabah Smallpox, para Ilmuwan mendapatkan dana penelitian yang besar dari baitulmal (lembaga keuangan negara khilafah) dan didukung langsung oleh khalifah agar mereka melakukan penelitian Vaksin tersebut, dan manfaatnya bisa dirasakan oleh rakyatnya.

Maka pada tahun 1846 Sultan memerintahkan penyediaan fasilitas kesehatan yang bertugas untuk melakukan vaksinasi terhadap seluruh anak-anak warga muslim dan non muslim untuk pencegahan penyakit dan bukti empiris yang menunjukan proteksi dari kematian.

Nabi Saw bersabda :

"Kepala Negara adalah pengurus rakyat dan dia akan dimintai pertanggung jawaban atas pengurusan rakyatnya.(HR Al Bukhari)

Begitulah pemimpin dalam Islam, berbeda dengan pemimpin dalam Demokrasi-Kapitalis, yang semuanya diukur berdasarkan Untung-Rugi.

Wallahu a'lam bishshowab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak