Oleh: Ai iim
Lagi - lagi rakyat disuguhi kebimbangan dengan wacana akan dibukanya kembali sekolah di tengah pandemi Covid-19. Hal ini tentu membuat para orang tua khawatir terhadap kesehatan anak karena penyebaran virus Corona (Covid-19) belum menurun. Bahkan kasus Covid-19 pada anak di Indonesia cukup besar dibandingkan negara lain. Banyak anak, orang tua dan tenaga pengajar yang tak siap bila proses belajar tatap muka dilakukan di tengah pandemi. Walaupun diterapkan protokol kesehatan, namun tidak menjamin anak-anak bisa tertib memakai masker sepanjang waktu disekolah dan menggantinya setiap empat jam pemakaian, atau ketika maskernya kotor dan basah.
Apakah yakin kalau anak-anak tidak akan mengucek mata atau memegang hidung dan mulutnya selama di sekolah? Bisakah kita memastikan anak akan tetap jaga jarak 1,5 meter saat jam istirahat?
Di Surabaya ada 127 anak berusia 0-14 tahun yang dinyatakan positif Covid-19. Fakta ini diungkapkan Koordinator Protokol Komunikasi, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Surabaya, M Fikser. Menurut data IDAI, hingga tanggal 18 Mei 2020 jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) anak sebanyak 3.324 kasus. Sedangkan jumlah anak yang berstatus PDP meninggal sebanyak 129 orang dan 584 anak terkonfirmasi positif Covid-19, dan 14 anak dinyatakan meninggal dunia akibat Covid-19.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Agama (Kemenag) terus mengkaji langkah pembukaan sekolah pada 13 Juli 2020. Beliau mengungkapkan, dari data Kementerian Kesehatan terdapat sekitar 831 anak yang terinfeksi Covid-19 (data 23 Mei 2020). Usia anak yang tertular itu berkisar 0-14 tahun. Meskipun virus disebut rentan terhadap orang usia lanjut, bukan berarti kondisi serupa tak terjadi pada anak-anak.
Di sisi lain, pemerhati pendidikan anak, Seto Mulyadi mengatakan, pemerintah sebaiknya mempertimbangkan matang-matang terkait dengan pemberlakuan wacana pembukaan sekolah dalam waktu dekat.
Hal tersebut dikarenakan, grafik kurva dari data Tim Gugus Tugas Covid-19 belum menunjukkan kelandaian kasus diIndonesia.
Pastikan kurva Covid-19 telah landai, sehingga anak-anak sebagai generasi penerus tidak jadi korban.
Dari sini kita bisa melihat sikap pemerintah seolah gagap dalam mengatasi virus covid-19 ini, tampak kelambanan dan ketidakseruisan bahkan kebingungan untuk menerapkan lockdown atau tidak.
Melihat banyaknya korban yang berjatuhan, pemerintah malah menerapkan kebijakan masalah lain bahkan beresiko bagi nyawa rakyat. Jumlah korban jiwa virus Corona ini semakin menunjukkan bahwa ideologi kapitalisme tidak menghargai nyawa manusia. Saat ini pemerintah hanya memikirkan masalah ekonomi yang notabene disebabkan karena sistemnya yang berbasis kapitalisme yang memang sejak dari asasnya bermasalah yakni berbasis riba di sisi lain pemerintah hanya memikirkan bagaimana cara meraih keuntungan sebesar- besarnya dari kekayaan alam termasuk Islam.
Sistem ini telah melahirkan manusia+ manusia dan lembaga-lembaga rakus yang hanya mementingkan keuntungan ekonomi dibanding dengan nyawa manusia. Dalam Islam, kesehatan dan keamanan disejajarkan dengan kebutuhan pangan. Ini menunjukan bahwa kesehatan dan keamanan statusnya sama sebagai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.
Islam mempunyai tindakan yang tegas seperti yang telah di contohkan oleh Rasulullah saw.dalam sabdanya:"Jika kalian mendengar wabah disuatu wilayah, janganlah kalian memasukinya, jika terjadi wabah ditempat kalian berada, janganlah kalian keluar darinya" (HR.Al-Bukhori).
Ini menunjukkan bahwa ketika terjadi wabah harus diberlakukan karantina. hingga wabah benar-benar lenyap. Hal yang serupa terjadi pada masa Khalifah Umar bin Khatab. Beliau pun memberlakukan karantina serupa, hingga wabah tidak menyebar kemana-mana.
Hanya kembali kepada Islam, maka generasi akan terselamatkan. Peran negara dalam Islam sangatlah penting. Rasulullah saw. bersabda:"Imam (pemimpin)itu pengurus rakyat dan akan dimintai pertanggung jawaban atas rakyat yang dia urus"(HR al-Bukhori dan Ahmad)
Wallahu a'lam bishawwab.
Tags
Opini