Virus
Corona Belum Usai, Bahaya Kelaparan Mengintai
Oleh: Rika Anisa
Pelajar, Aktivis Remaja Serdang Bedagai
Oleh: Rika Anisa
Pelajar, Aktivis Remaja Serdang Bedagai
Bagai jatuh
tertimpah tangga pula, peribahasa inilah yang mungkin cocok untuk menggambarkan
kondisi Indonesia pada saat ini. Belum usai dengan makhluk tak kasat mata yang
memporak porandakan dunia, kini acaman kelaparan mulai menghantui. Bagaimana
tidak sudah banyak para pegawai, para pedagang
yang mulai kehilangan pekerjaannya dikarenakan situasi pandemi saat ini,
mereka harus memutar otak agar bisa bertahan hidup untuk mencukupi kebutuhan
hidup. Meskipun pemerintah sudah memberi bantuan, namun bantuan tersebut
tidaklah cukup dan tidak akan bertahan lama sedang bantuan pangan BPNT yang
disediakan pemerintah sangat tidak mencukupi bagi keluarga miskin dan rentan
miskin.
Diperkirakan jika dalam 1-3
bulan wabah ini tidak selesai dan pemerintah tidak menambah bantuan maka mereka
akan terancam kelaparan. Kondisi inipun telah terjadi saat ini pada beberapa
komoditas seperti bawang putih, gula dan beras yang harganya meroket walaupun
sebelumnya pemerintah menyebut jumlah stok mencukupi. Terkait data stok pangan,
seringkali data yang dimiliki pemerintah tidak sesuai dengan kondisi di
lapangan. Tak hanya sekali terjadi, ketika pemerintah menyatakan stok pangan
mencukupi, namun kelangkaan barang terjadi dan berakibat melambungnya harga. Akan
tetapi banyak pihak meragukan kesiapan dan optimistis ini. Kebijakan-kebijakan
yang dibuat pemerintah tetap tak solutif karena problem masyarakat tidak
benar-benar terurai.
Inilah
sejumlah gambaran lemahnya ketahanan dan kedaulatan pangan Indonesia yang
mengancam pemenuhan pangan rakyat. Dalam keadaan normal saja, pemerintah telah
abai dalam menjamin produksi, distribusi serta konsumsi, apalagi dalam kondisi
pandemi. Kelalaian ini dibayar dengan penderitaan rakyat akibat krisis pangan
bahkan meninggal karena kelaparan. Dan dalam badai corona saat ini, entah
berapa lagi korban akan berjatuhan tersebab pengabaian negara. Sudah saatnya
pemerintah mengakui kesalahan dan melakukan perubahan yang mendasar dalam
membangun ketahanan dan kedaulatan pangan. Sebab sistem neoliberal kapitalisme
yang digunakan selama ini terbukti gagal mewujudkan ketahanan dan kedaulatan
pangan. Sistem ini telah melegalkan kapitalisasi pengelolaan pangan sehingga
korporasi mengusai mayoritas rantai pasok pangan. Sementara pemerintah hanya
sebagai regulator, fasilitator yaitu pembuat aturan dan kebijakan yang notabene
lebih menguntungkan korporasi.Islam
Di
tengah ketidakmampuan sistem kapitalisme neoliberal menyelamatkan manusia dari
wabah, diikuti krisis multidimensi yang akan terjadi pascawabah, seharusnya
makin menyadarkan kaum muslimin bahwa kita butuh sistem baru.
Sistem
yang akan menyelamatkan manusia dan dunia dari berbagai malapetaka, serta
membawa solusi yang akan menyejahterakan. Sistem hari ini telah gagal
menyejahterakan manusia, baik pada saat tanpa wabah, terlebih lagi ketika
terjadi wabah. Satu-satunya harapan umat hanyalah kepada sistem Islam dan
Khilafah. Inilah sistem yang dibangun di atas landasan wahyu Allah SWT dan
dituntun oleh Rasulullah SAW serta dilanjutkan para Khalifah setelahnya. Sistem
yang pernah berdiri 12 abad lebih ini, telah menunjukkan kemampuannya untuk mengatasi
berbagai krisis di masanya.
Khilafah sebagai institusi pelaksana syariah Islam
memiliki paradigma dan sistem yang sangat jauh berbeda dengan kapitalisme
mengurusi rakyat serta menyelamatkan rakyat dari wabah. Solusi lockdown yang
dijalankan Khilafah turut meminimalisasi terjadinya berbagai krisis berikut
pascawabah. Hal ini karena penguncian total wilayah yang terkena wabah dengan
segera, akan meminimalisasi penularan ke wilayah lain. Sehingga masyarakat yang
berada di luar wilayah wabah tetap menjalankan aktifitasnya secara normal.
Tentu ini akan mengurangi terjadinya krisis ekonomi, pangan, dsb seperti
kekhawatiran dunia saat ini. Terkait tata kelola pangan, Khilafah dengan
seluruh paradigma dan konsepnya adalah sistem yang memiliki ketahanan dan kedaulatan
pangan yang kuat baik di masa normal maupun menghadapi krisis. Apalagi
seandainya terjadi di Indonesia di mana negeri ini telah dianugerahi Allah SWT
berbagai potensi sumber daya pertanian baik lahan subur, biodiversitas sumber
pangan, iklim yang mendukung, hingga SDM petani dan para ahli. Semua potensi
ini jika dikelola dengan Islam akan mampu membangun ketahanan dan kedaulatan
pangan sehingga membawa kesejahteraan bagi rakyat serta akan mengeluarkan
rakyat dari krisis dengan segera.
Kewajiban
Khilafah mewujudkan kedaulatan pangan berasal dari seruan Allah SWT dalam QS An
Nisaa: 141 yang artinya:
“Dan Allah sekali-kali tidak akan
memberi jalan kepada orang kafir untuk mengalahkan orang-orang beriman. Oleh
karena itu Khilafah tidak dibolehkan memiliki ketergantungan pangan pada impor.
Di samping itu visi ketahanan pangannya diarahkan pada 3 target yaitu 1)
ketahanan pangan untuk konsumsi harian, 2) ketahanan pangan untuk kondisi
krisis (termasuk bencana, wabah dsb), serta 3) ketahanan pangan untuk kebutuhan
jihad.”