Umrah Ditunda, Makin Rindu Rumah Allah





Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Muslimah Penulis Sidoarjo


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Jika Ramadhan tiba, berumrahlah saat itu karena umrah Ramadhan senilai dengan haji.” (HR. Bukhari no. 1782 dan Muslim no. 1256).

Dalam lafazh Muslim disebutkan,

Umrah pada bulan Ramadhan senilai dengan haji.” (HR. Muslim no. 1256)


Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Yang dimaksud adalah umrah Ramadhan mendapati pahala seperti pahala haji. Namun bukan berarti umrah Ramadhan sama dengan haji secara keseluruhan. Sehingga jika seseorang punya kewajiban haji, lalu ia berumrah di bulan Ramadhan, maka umrah tersebut tidak bisa menggantikan haji tadi.” (Syarh Shahih Muslim, 9:2)

Makin merindukan ibadah yang satu ini. Mendatangi rumah Allah. Terlebih melihat beberapa postingan di media massa jika sejak pandemi Covid-19, pemerintah Arab Saudi pun memberlakukan pembatasan sosial berskala Internasional sehingga jemaah haji dan umrah dari seluruh dunia tidak bisa melaksanakan dan tidak ditentukan kapan akan dibuka kembali.

Tanah suci tanah haram banyak sejarah menceritakan tentang keberadaannya terlebih beberapa hari yang lalu mendapatkan informasi dari kajian jika status tanah di seluruh jazirah Arab adalah tanah Usriyah. Meskipun awalnya adalah tanah Kharajiyah, namun karena Allah menetapkan tidak boleh ada selain Islam yang dipeluk oleh penduduk di jazirah Arab maka tanah berubah menjadi Usriyah.

Dan ternyata, kita kaum Muslim seluruhnya memiliki kewajiban untuk tetap mempertahankan posisi tanah di jazirah Arab juga tanah-tanah kaum muslimin lainnya. Sebab status tanah-tanah yang telah ditaklukkan kaum Muslim maupun yang didapat dari jalan damai adalah sesuai ketentuan syariat. Berlaku hingga akhir zaman, jika itu Usriyah ataupun Kharajiyah, seperti Palestina, Syam, Iraq dan lain-lain.

Status tanah itulah yang menjadi pemasukan negara terbesar anti resesi ataupun inflasi bahkan anti pailit ketika menghadapi wabah dan bencana. Kita lihat hari ini banyak negara kelimpungan menangani masalah kebutuhan pokok rakyat nya selama masa pandemi. Amerika sekalipun, dedengkotnya negara adidaya. Penetapan Lockdown dan PSBB tidak menunjukkan hasil, sebab dalam pelaksanaanya timpang. Tetap saja rakyat musti cari makan sendiri.

Baru saja saya melihat video tentang seorang pedagang yang rukonya ditutup. Ibu itu mengatakan sambil menangis di hadapan media," Kami makan apa jika tempat jualan kami ditutup. Bahkan di selebaran pengumuman walikota, dikatakan, ditutup dengan waktu yang tidak ditentukan." Kemudian ibu itu mengatakan lagi," iya istri pejabat, mereka masih bisa naik mobil mewah dan menghabiskan uang untuk belanja apa saja. Padahal mereka belanja dari uang pajak yang kami bayarkan. Tapi kami, membiayai hidup kami sendiri saja nyatanya masih dipersulit."

Pandemi mengingatkan kepada kita bahwa urusan ibadah demikian pula urusan perut tidak bisa diselesaikan hanya dengan janji apalagi dengan sistem aturan yang sama sekali tidak ada landasannya. Akibatnya penanganan pandemi yang berjalan lambat, ibadah Umrah terhambat , ditambah pendapatan rakyat mampat.

Serasa tidak cukup hanya bersabar menanti pandemi ini berakhir. Namun kita harus memberitahu kepada siapa saja bahwa bukan hanya saja Umrah yang terlarang namun ibadah-ibadah yang lainnya juga, jika kita terus-menerus menggunakan aturan yang salah guna mengatasi wabah.

Padahal, sepinya Baitullah, sangatlah berbahaya, ia adalah simbol ketaatan manusia sedunia, namun jika terus menerus tak ada yang tawaf, sa'i dan lain-lain, artinya kita sedang mengundang azab Allah. Saatnya kita kembali kepada aturan pemilik tanah suci, tanah haram yaitu Allah Subhanahu wa ta'ala. Wallahu a'lam bish showab.

Goresan Pena Dakwah

ibu rumah tangga yang ingin melejitkan potensi menulis, berbagi jariyah aksara demi kemuliaan diri dan kejayaan Islam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak