Taman Mawar Melati



Oleh: Tien Soekatno
(Muslimah peduli umat)


Dua hari berlalu, semenjak  kepergian  Ramadan di tengah pandemi yang “nggegirisi”(menakuti: bahasa Jawa), Indonesia tumbuh, bertabur “mawar melati nan wangi” seolah mengesampingkan sejenak situasi pandemi timbulkan imun diri.

Pantun mawar melati ini, dikumandangkan dari Sabang sampai Merauke. Dilakukan serempak secara online pada H+2 Ied Mubarak 1441H oleh ulama dari 34 propinsi di Indonesia. Namun kita mau mengulik bagaimana sejatinya onak duri perjalanan para pendakwah/Pengemban dakwah pembawa wangi  mawar melati ini.

Dakwah dan Pengembannya

Dakwah merupakan kewajiban bagi tiap muslim,  agar Islam terjaga dan tidak mengalami kemunduran sehingga umat dapat melangsungkan kehidupan dalam naungan syariat  Islam. Maka setiap muslim wajib mengembannya. Karena  kenyataannya kita sudah tercerai berai sejak pemerintahan Islam diruntuhkan sejak tahun 1924.

Maka kewajiban itu harus dibangun kembali dengan jalan mengemban qiyadah fikriyah Islam dan di kembangkan dengan menggunakan metode dakwah Rasulullah Saw sebagai suri tauladan.
Tidak boleh berpaling sedikitpun dari metode tersebut, baik secara keseluruhan maupun dalam rinciannya, dan tanpa memperhatikan lagi perkembangan zaman. Sebab yang berkembang hanyalah sarana dan bentuk kehidupannya saja, sementara nilai dan maknanya sama sekali tidak akan berubah walaupun zaman terus berputar dari bangsa yang berbeda-beda.

Akibat perbedaan inilah dunia membutuhkan pengemban dakwah untuk menyatukan dan memisahkan antara yang benar dan yang salah.

Fakta yang kini kita hadapi saat ini, kebenaran pasti berlawanan dengan kebatilan. Di sinilah tantangan bagi pengemban dakwah dimulai, perjalanan aktivitas dakwahnya penuh liku, tidak mulus,  penuh onak duri, perjalanan menuju taman-taman bunga tak semudah membalik telapak tangan. Kita siap berkorban demi amanah yang diembannya.

Oleh karena itu pengemban dakwah Islam membutuhkan sikap terus terang sikap yang berani, perlu kekuatan dan pemikiran. Istiqomah dalam kebenaran tanpa melihat hasil dan kondisi yang ada. Siap meletakkan kedaulatan secara mutlak hanya untuk Islam tanpa mempertimbangkan apakah itu sesuai dengan adat, ataukah bertolak belakang dengan keinginan masyarakat umum.

Dua ayat dari sekian dalil yang menjadi penguat jiwa dan langkahnya sebagai pengemban dakwah yang artinya:
"Kalian adalah umat terbaik yang diutus kepada manusia menyuruh kepada yang Ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar serta beriman kepada Allah" (QS. ali-Imron [3]: 110) dan firman Allah dalam  surat an-Nahal yang artinya:
"Serulah manusia kepada jalan Rabbmu dengan Hikmah ah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik" (QS. an-Nahl[16]: 125).

Demi mewujudkan cita-cita mulia tersebut maka orientasi ke depannya hanya akhirat dan surga, tak bisa ditebus dan tidak mau di tukar apapun. Dakwah yang diembannya adalah harga mati. Maka faktanya sudah dapat kita lihat berapa banyak ulama menerima kriminalisasi, akibat kebenaran dakwah yang disampaikannya baik dari fisik maupun psikis, sampai rela dimasukkan ke penjara.

Langkahnya hanyalah bercermin bagaimana Nabi saw. mendapatkan tantangan dalam menyampaikan Islam sehingga timbul rasa semangat yang kuat dalam diri setiap pengemban dakwah, sehingga dakwah Islam terus dilakukan tanpa pernah berhenti, meksi pengembannya terus berganti. Dengan keyakinan bahwa dakwah yang diembannya mampu menyajikan peraturan-peraturan yang dapat memecahkan problematika kehidupan manusia secara utuh sehingga terjadi perombakan yang menyeluruh terhadap diri manusia.

Cita-cita pengemban dakwah

Pengemban dakwah menunaikan kewajibannya dengan tulus sebagai sbentuk ketaatan terhadap perintah Allah yang dibebankan di pundaknya. Ini adalah prinsip mereka, sehingga mereka melakukannya dengan gembira dan hanya mengharapkan keridaan Allah. Mereka siap berdakwah menumpas kemungkaran yang tanpa mengharap imbalan (dari manusia), tidak menunggu ucapan terima kasih dan tidak mencari kebenaran, karena tujuan tertinggi mereka adalah rida Allah semata. Onak dan duri yang bertebaran tidak menjadi penghalang langkah mereka. Karena prinsip seorang pengemban dakwah adalah terus berjuang, sampai  Allah memanggil kembali untuk  pulang (ke kampung akhirat).
Mereka akan tetap  berjuang sampai terwujud kembali peradaban Islam yang  gemilang dan membawa rahmat bagi  semesta alam.

Wallahu a'lam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak