Oleh : Elis Sulistiyani
(Muslimah Perindu surga)
‘Hidup damai’ dengan corona kini tengah menjadi perbincangan di berbagai kalangan. Presiden Jokowi melalui akun resmi media sosialnya pada kamis (7/5), Jokowi meminta agar masyarakat untuk bisa berdamai dengan Covid-19 hingga vaksin virus tersebut ditemukan. Pernyataan Jokowi itu pun lantas menjadi sorotan di media sosial, lantaran hall itu bertentangan dengan apa yang disampaikannya dalam pertemuan virtual KTT G20 pada maret lalu. Kala itu Jokowi secara terbuka mendorong agar pemimpin negara-negara dalam G-20 menguatkan kerjasama dalam melawan Covid-19, terutama aktif dalam memimpin upaya penemuan anti virus dan juga obat Covid-19. Bahasa Jokowi kala itu, ‘peperangan’ melawan Covid-19. (cnnindonesia, 09/05/2020)
Diksi yang dilontarkan kepala negara ini membingungkan masyarakat dan menegaskan inkonsistensi kebijakannya. Banyak persepsi yang dapat berkembang di masyarakat salah satunya seperti diungkapkan Ketua ARSSI cabang kota Bekasi, dr. Eko S. Nugroho, melalui pernyataan itu masyarakat seolah diminta menerima saja corona ini. Selain itu Eko menegskan bahwa saat ini Indonesia tidak isa berdamai dengan corona karena banyak tenaga medis yang menjadi korban akibatvterinfeksi corona. ( kedaipena, 11/03/2020)
Seruan agar ‘hidup damai’ dengan corona sebelum ditemukan vaksin menegaskan lepas tangan pemerintah untuk penanganan wabah. Tenaga medis dibiarkan maju ke medan perang dengan resiko terpapar corona yang tinggi. Disamping faktor kelelahan dan menurunnya daya imun, keterbatasan sarana dan prasarana juga menjadi salah satu faktor, karena tidak semua rumah sakit memiliki saran dan prasarana yang mengumpuni untuk menangani covid-19. (kedaipena.com, 11/03/2020)
Sedangkan rakyat seolah dilepaskan ke rimba belantara tanpa perlindungan. Kebijakan yang diambil seolah tumpang tindih dan tidak terencana secara matang. Masyarakat diminta untuk berdiam diri di rumah tanpa ada jaminan pemenuhan kebutuhan dasarnya. Hingga ada kasus meninggalnya seorang warga Serang yang meninggal akibat kelaparan. (merdeka.com, 23/o4/2020)
Sungguh sangat mengkhawatirkan ketika daam keadaan genting seperti ini kebijakan yang diambil tidak melalui kajian yang mendalam demi kepentingan rakyat. Lebih dari itu pernyataan yang dilontarkan ke publik seolah tumpang tindih. Melihat hal ini kita sperti meliah sebuah kondisi perang tetapi tidak jelas siapa panglima perangnya. Sehingga para prajurit yang ikut di medan tempur tidak seiring sejalan.
Kebijakan yang seolah mandul ini lah yang pada akhirny hanya akan menambah ketidakpastian kapan akan berakhirnya wabah ini. Hal ini akan jauh berbeda kala kita meliaht bagaimana Islam menangani suatu wabah.
Kala itu pada tahun kelabu (masa krisis), bangsa Arab dari berbagai penjuru datang ke Madinah. Khalifah Umar ra. menugaskan beberapa orang (jajarannya) untuk menangani mereka. Suatu malam, saya mendengar beliau berkata, “Hitunglah jumlah orang yang makan malam bersama kita.”
Orang-orang yang ditugaskan pun menghitung orang-orang yang datang. (Ternyata) berjumlah tujuh puluh ribu orang. Jumlah orang-orang sakit dan yang memerlukan bantuan sebanyak empat ribu orang. Selang beberapa hari, jumlah orang yang datang dan yang memerlukan bantuan mencapai enam puluh ribu orang. Tidak berapa lama kemudian, Allah mengirim awan. Saat hujan turun, saya melihat Khalifah Umar ra. menugaskan orang-orang untuk mengantarkan mereka ke perkampungan dan memberi mereka makanan dan pakaian ke perkampungan. Banyak terjadi kematian di tengah-tengah mereka. Saya melihat sepertiga mereka mati. Tungku-tungku Umar sudah dinyalakan para pekerja sejak sebelum subuh. Mereka menumbuk dan membuat bubur.
Saat itu khalifah beserta jajarannya bekerja sama dengan baik kala mereka berkoordinasi untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi oeh rakyat. Khalifah Umar turun langsung untuk memastika rakyatnya dapat terpenuhi kebutuhannya selama kekeringan terjadi.
Apa yang dilakukan oleh Khalifah Umar ra. di atas menunjukkan kecerdasan beliau dalam membuat keputusan, mengatur dan mengelola seluruh struktur pemerintahan di bawahnya sehingga bisa cepat, sigap dan tuntas dalam melayani krisis ekonomi. Lembaga-lembaga pemerintahan yang langsung berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan rakyat, baik yang bergerak dalam bidang finansial atau yang lainnya, langsung diminta bergerak cepat. Khalifah sendiri yang bekerja dalam posko-posko tersebut, memastikan semua berjalan optimal. Maka sepatutnya punggawa negeri ini mencontoh Umar sebagai sosok pemimpin yang peduli dan mengurusi rakyatnya.