Oleh : Elis Sulistiyani
Komunitas Muslimah Perindu Surga
Beberapa waktu lalu pemerintah menyampaikan akan membuka kembali aktifitas Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara langsung sebagai bagian untuk melancarkan kegiatan ekonomi, setelah telah dua bulan lebih para siswa dan guru melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), dengan berbagai keterbatasannya PJJ terasa sulit kala ketersediaan perangkat belajar berupa smartphone ataupun laptop yang tak semua dimiliki siswa ataupun guru. Belum lagi jika mereka tinggal didaerah yang masih jauh dari terjangkaunya listrik dan internet akan semakin menambah sulit PJJ ini. Tugas sekolah yang diberikan pun semakin bejubel kala PJJ ini diberlakukan yang membuat siswa sekaligus orang tua mereka stres selam proses PJJ ini. ( kaltim.tribunnews.com, 15/05/2020 )
Tepatnya pada pertengahan Juli 2020 sekolah akan kembali dibuka, seperti dinyatakan oleh Plt. Direktur Jenderal PAUD, pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, Muhammad Hamid. Namun Hamid menegaskan rencana ini dimungkinkan untuk sekolah di daerah-daerah yang sudah dinyatakan aman dari wabah corona. Kegiatan sekolah akan menggunakan protokol kesehatan di area institusi pendidikan yang sudah ditentukan pemerintah dan diwajibkan mengenakan masker.
Namun rencana pembukaan sekolah ini menuai kekhawatiran dari kalangan guru. Federasi Serikat Guru Indonesia khawatir siswa dan guru menjadi korban wabah covid-19 jika rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuka sekolah pertengahan Juli diputuskan. Kekhawatiran tersebut datang dari Wakil Sekretaris Jenderal FSGI Satriwan. Ia meragukan koordinasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang terlihat tak sinkron dalam penanganan corona. (cnnindonesia.com, 09/05/2020 )
Berbagai kekhawatiran ini memang cukup beralasan, seperti dilansir laman ayobandung.com sabtu, 16 Mei 2020 telah mencapai 17.025 kaus terkonfirmasi COVID-19. Di Jabar sendiri per minggu (10/05) Tercatat jumlah kasus 1.437 kasus, dengan jumlah kasus sembuh tetap 202 orang, dan angka kematian tetap 95 orang. Tes PCR merupakan pemeriksaan diagnostik yang dianggap paling akurat untuk memastikan apakah seseorang menderita Covid-19 atau tidak. Hingga akhirnya tes PCR di jabar mandek di 1.437 kasus, dengan alasan kurangnya alat. (cnnindonesia.com, 11/05/2020)
Sangat disayangkan jika pemerintah tetap nekat untuk membuka KBM pertengahan Juli nanti. Sedangkan pemerintah sendiri belum bisa memastikan adanya perlambatan ataupun penurunan kurva epidemi COVID-19. Selain itu tes PCR yang mandek juga membuat adanya potensi besar siswa ataupun guru terkena resiko tinggii untuk terpapar corona, karena mereka yang terinfeksi belum benar-benar diisolasi. Terlebih jika alasan pemerintah membuka KBM disekolah hanya karena alasan berjalannya ekonomi para kapitalis semata. Tanpa ada kajian lebih lanjut akan dampak panjang bagi kesehatan dan keselamatan rakyatnya.
Maka benarlah sabda Rasulullahhallallahu ‘alaihi wasallam mengenai akan datangnya pemimpin Ruwaibidhah:
“Akan tiba pada manusia tahun-tahun penuh kebohongan. Saat orang bohong dianggap jujur. Orang jujur dianggap bohong. Pengkhianat dianggap amanah. Orang amanah dianggap pengkhianat. Ketika itu, orang “Ruwaibidhah” berbicara. Ada yang bertanya, “Siapa Ruwaibidhah itu?” Nabi menjawab, “Orang bodoh yang mengurusi urusan orang umum.” (HR. Hakim).
Islam telah menuntun kaum muslimin untu menyelesaikan berbagai problematika kehidupan manusia dengan aturan-Nya dlam sebuah institusi negara Khilafah. Begitu pula kala menangani suatu wabah, seorang Khalifah akan mengambil kebijakan yang cepat, tegas dan tanpa berpikir untung rugi hanya bagi kalangan tertentu. Kebijakan yang diambil hanya untuk kemaslahatan rakyat. Kita dapat meihat fakta ini dari sabda Rasulullah kala menangani cara menangani wabah:
Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknya, jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian meninggalkan tempat itu (HR al-Bukhari).
Karantina sudah diterapkan sejak zaman Rasulullah saw. untuk mencegah wabah penyakit menular menjalar ke wilayah lain. Demi memastikan perintah tersebut dilaksanakan, Rasul saw. membangun tembok di sekitar daerah yang terjangkit wabah. Peringatan kehati-hatian pada penyakit kusta juga dikenal luas pada masa hidup Rasulullah saw. Abu Hurairah ra. menuturkan bahwa Rasulullah bersabda, “Jauhilah orang yang terkena kusta, seperti kamu menjauhi singa.” (HR al-Bukhari).
Langkah-langkah seperti inilah yang mampu menekan meluasnya wabah. Rakyat pun mematuhi karantina ini karena pemerintahnya menjamin kebutuhan mereka seama karantina tanpa pandang bulu. Kaya atau miskin; muslim ataupun non muslim mereka mendapatkan jaminan dan perlindungan yang sama. Maka kini sudah saatnya kita berjuang kembali demi tegaknya syariat Allah dalam mengentaskan segala probematika kehidupan manusia. Dengan Syariat-nya kehidupan dunia akhirat akan terselamatkan dan bertabur keberkahan.