Ramadan Berlalu, Hadirkan Jiwa yang Baru



Oleh : Wahyuni Eka Saputri




"Duh, besok salat ied pake baju yang mana ya?"
"Kira-kira, kalo pake baju ini ada yang nyamain ga ya? Kan malu kalo sama"
"Kira-kira, nanti kalo keluarga pakdhe dateng ganti baju ga ya?"

Begitulah kira-kira kondisi sebagian dari kita saat mendekati akhir Ramadan. Berbenah mempercantik rumah, menata ulang ruang tamu, menambah aksen manis di setiap sudut ruang. Semua serba baru. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Baju baru, khimar baru, tas baru segala aksesoris yang baru-baru. Dengan catatan, baru beli dong ya, bukan baru dikeluarin dari almari. Hihi

Tidak ada yang salah saat kita memperindah suasana agar tercipta hawa-hawa yang baru. Menyambut Bulan Syawal dengan penuh suka cita, penuh cinta. Setelah 30 hari lamanya menjalankan kewajiban puasa seperti yang sudah tercantum dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi: 
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Tapi, hal-hal baru di atas jangan sampai melalaikan tujuan utama dari Bulan Ramadan. Sayang kan, jika kehilangan tujuan mulia yang di dalamnya terdapat beribu kemuliaan. Namun kini bulan itu telah pergi, menyisakan pilu dan bahagia. Pilu karna berpisah, dan bahagia karena diberi kesempatan bertemu dengannya walaupun di tengah pandemi covid-19.

Bulan Ramadan adalah bulan pelatihan, diharapkan setelah  berakhir bulan ini, apa-apa yang telah dilakukan, diistiqomahkan di bulan selanjutnya. Menghidupkan sunah nabi, melantunkan tilawah, memberi sedekah kepada mereka yang membutuhkan, agar terbentuk jiwa yang baru. Jiwa yang mempunyai semangat tinggi mengelola diri, istiqomah dalam taqwa.

Lebaran tidak melulu identik dengan baju, sepatu, tas, hijab yang baru bukan? Tanpa baju barupun lebaran tetap akan berjalan dengan indah. Bersua dengan saudara, tetangga yang pulang kampung atau reunian dengan teman kecil. Akan tetapi karena pandemi, maka silaturahminya diganti via sosmed ya teman-teman. Saat situasi seperti ini, kita bisa memanfaatkan sosial media sebagai perantara untuk menjalin silaturahmi. 

Ibadah selama satu bulan penuh dengan menghidupkan sunnah nabi tentu bukan hal yang mudah. Ada gejolak perlawanan ketika kita sedang futur. Maka, memanfaatkan momen Ramadan sebagai perwujudan jiwa yang baru adalah sebaik-baik perkara. Melawan segala rasa malas dan enggan hingga muncul pribadi takwa di Bulan Syawal. Menjadikan pelajaran di setiap apa-apa yang telah dilaksanakan, tentu menjadi idaman setiap muslim. Kembali ke fitrah dan menjadi jiwa baru yang lebih tangguh, dengan keimanan yang menancap kuat.

Jadi, jangan sampai kita sibuk mempersiapkan semuanya namun lalai tujuan utama dari Bulan Ramadan. Meningkatkan ketakwaan dan ketaatan  kita tetap dalam balutan syariah kaffah. Semoga Allah meringankan langkah kita untuk mendapat rida dan kasih sayang Nya. Aamiin allahumma aamiin.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak