Rakyat Marah! Tenaga Kerja Lokal Dirumahkan, TKA Cina Didatangkan



Oleh : Suci Hardiana Idrus

Betapa hati rakyat terus tersakiti akibat kebijakan pemerintah yang plin-plan menghadapi pandemi. Kini di susul lagi perencanaan masuknya TKA asal Cina di Sulawesi Tenggara membuat hati masyarakat kian tersulut. Pasalnya, salah satu dampak yang ditimbulkan oleh pandemi adalah terciptanya gelombang arus PHK massal di Indonesia. Banyak roda ekonomi yang harus sementara berhenti bahkan gulung tikar. Masalah sosial di Indonesia semakin memprihatinkan. Sebagai rakyat, pemerintah tentu sangat diharapkan untuk dapat mengatasi sejumlah problematika yang terjadi di tengah-tengah wabah demi keberlangsungan hidup.

Mirisnya, disaat rakyat menggantungkan harapannya pada pemerintah, yang terjadi Pemerintah dan jajarannya justru berencana lagi masukkan TKA Cina pada tanggal 5 April 2020 mendatang secara bertahap meski dalam kondisi buruk pandemi sekalipun. Diketahui, 500 TKA asal China tersebut rencananya akan dipekerjakan di PT Virtue Dragon Nickel Industrial Park dan PT Obsidian Stainless Steel di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

Mengetahui hal tersebut membuat sejumlah Anggota Parlemen dan elemen masyarakat menuai kecaman hingga penolakan tegas. 
Dilansir dari Liputan6.com, tanggal 3 Mei 2020, Anggota DPD-RI Dapil Sultra, Wa Ode Rabia Al Adawia Ridwan menegaskan, menolak kedatangan 500 Tenaga Kerja Asing (TKA). Apalagi, kedatangan mereka rencananya mulai pekan ini secara bertahap.

"Saat ini, pemerintah kita harusnya fokus penanganan pandemi Covid-19, abaikan yang bisa menimbulkan polemik," ujar Rabia, Minggu (3/5/2020).

Ketua DPRD Sultra, Abdurrahman Shaleh bahkan menjanjikan siap memimpin demonstrasi warga jika mengetahui kedatangan TKA China.

Sedangkan Walikota Kendari, Sulkarnain lebih keras lagi terhadap rencana masuknya TKA China. Dia memastikan, siap memasang palang penghalang jalan diantara pintu perbatasan Kota Kendari dan Bandara Halu Oleo Kendari agar mereka tak bisa masuk.

Penolakan ini dilakukan karena bertentangan dengan keadaan masyarakat Sultra yang sedang berjuang bersama-sama melawan pandemi Covid-19. Tak hanya itu, Ali Mazi selaku Gubernur Sultra mengatakan bahwa masalah TKA pernah memicu gejolak masyarakat, meskipun dilengkapi dengan dokumen bebas dari Covid-19 seperti yang terjadi beberapa waktu lalu, saat ada 46 TKA China yang masuk ke wilayahnya.

Pemandangan yang miris ini tentu saja membuat kondisi masyarakat kian marah dan resah. Disaat tenaga kerja lokal harus di rumahkan, 500 TKA Cina justru didatangkan. Fokus pemerintah saat ini adalah menyelamatkan hajat hidup rakyatnya dengan memberikan segala macam bantuan, jaminan, perlindungan dan keamanan sebagai bentuk tanggungjawab atas apa yang dipimpinnya.

Kondisi saat ini mencerminkan sebuah kepemimpinan yang jauh panggang dari apa yang diharapkan. Sistem kapitalisme hanya melahirkan pemimpin-pemimpin boneka. Pelayan bagi para konglomerat dunia. Jika saja pemimpin itu amanah, maka masyarakat pun akan ramah. Tapi jika pemimpin itu hanya mementingkan kaum kapitalis pemilik modal dan mengesampingkan kepentingan rakyat, maka polemik di tengah-tengah masyarakat tidak akan bisa terbendung. Mulai dari persoalan kesehatan sampai persoalan makan. Tak bisa dipungkiri bahwa terjadinya PHK dimana-mana juga mengakibatkan angka kemiskinan bertambah. Ujungnya adalah banyak berita yang menyiarkan terkait kondisi rakyat banyak yang mengalami kelaparan sebab mata pencaharian utama mereka harus terhenti.

Lucunya, kepemimpinan rezim kapitalis saat ini disejajarkan oleh kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab. Telah dipaparkan dari banyak buku yang menjelaskan sosok Umar bin Khattab dengan kepemimpinannya yang tertuang dalam tinta emas sejarah umat Islam. Sebagai seorang pemimpin, Umar selalu ikut merasakan apa yang sedang dialami oleh rakyatnya. Bahkan dalam banyak kondisi, Ia mengambil sikap yang lebih mementingkan rakyatnya daripada dirinya sendiri. Ia ingin menjadi orang yang pertama merasakan lapar dan menjadi yang terakhir merasakan kenyang di antara rakyatnya.

Dalam kitab Khulafaur Rasul Shallallahu Alayhi Wasallam, Syaikh Khalid Muhammad Khalid menulis dengan rapi gaya hidup Umar Bin Khattab Radhiyallahu Anhu yang sangat sederhana. Beliau adalah sosok pemimpin yang paling bertanggung jawab dengan kondisi rakyatnya. Sehingga dalam salah satu falsafah hidup yang pernah diungkapkannya ialah, “Bagaimana mungkin aku bisa peduli terhadap nasib manusia jika aku tidak pernah merasakan apa yang mereka rasakan?”

Para ahli sejarah menyebutkan bahwa suatu ketika kaum Muslimin di bawah kepemimpinan Umar bin Khattab diuji dengan krisis daging dan minyak samin. Saat itu Umar merindukan makan daging dan minyak samin. Namun karena kondisi rakyatnya sedang mengalami krisis, beliau menahan keinginannya itu sampai-sampai lambungnya keroncongan. Lalu ia meletakkan telapak tangan di perutnya seraya berkata, “Wahai perut! Engkau tak akan mendapat jatah minyak selama harga minyak samin masih melambung tinggi.”

Pada tahun 18 hijriah, kota Madinah mengalami musim pencekik. Ia menyuruh beberapa orang menyembelih unta, kemudian membagikan sembelihan itu kepada seluruh penduduk Madinah. Mereka yang bertugas menyembelih tidak lupa memberi bagian daging yang terbaik dari unta tersebut untuk Amirul Mukminin.

Ketika tiba waktu makan siang, Umar mendapati meja hidangannya penuh punuk dan hati unta, lalu ia berkata, “Dari mana datangnya makanan ini?”

“Itu daging unta yang disembelih hari ini” jawab orang yang ada di sekelilingnya.

Lalu sambil menyingkirkan hidangan tersebut, Umar berkata, “Bagus-bagus! Sungguh, pemimpin paling buruk adalah aku, jika aku memakan bagian yang terbaik darinya sedangkan kusisihkan tulang-tulangnya untuk rakyatku.”
Kemudian ia memanggil pembantunya yang bernama Aslam, “Wahai Aslam! Angkatlah hidangan ini dan berilah aku roti serta minyak.”

Perkataannya “Sejelek-jelek pemimpin adalah aku, jika aku memakan bagian yang terbaik”, menunjukkan rasa tanggung jawab nan besar lagi bersinar yang terpancar darinya dan dari kehidupannya sehari-hari. Ia sadar bahwa ia adalah salah satu makhluk Allah Ta’ala yang diberi kelebihan dalam urusan beban dan kewajiban ketika Allah menjadikannya sebagai pemimpin bagi seluruh hamba-Nya.

Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda: Apabila amanah disia-siakan maka tunggulah saat kehancurannya. Salah seorang sahabat bertanya:"Bagaimanakah menyia-nyiakannya, hai Rasulullah?" Rasulullah SAW menjawab: "Apabila perkara itu diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya. (HR.  Bukhari)

Wallahu'alam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak