Oleh: Rita Hartati, S. Hum.
Tepat pada kamis (7/5), masyarakat dikejutkan oleh pernyataan Presiden Joko Widodo melalui akun resminya. Jokowi meminta agar masyarakat untuk bisa berdamai dengan Covid-19 hingga vaksin virus tersebut ditemukan.
Tidak tahu alasan mendasar Jokowi atas diksi untuk berdamai dengan Covid-19 ini. Mengingat adanya kontradiktif antara diksi yang disampaikan Jokowi dalam pertemuan virtual KTT G20 pada Maret lalu.
Waktu itu Jokowi secara terbuka mendorong agar pemimpin negara-negara dalam G20 menguatkan kerja sama dalam melawan Covid-19, terutama aktif dalam memimpin upaya penemuan anti virus dan juga obat Covid-19. Bahasa Jokowi kala itu, 'peperangan' melawan Covid-19.
Namun pernyataan yang sudah terlanjur terungkap oleh sang kepala negara itu mendapat kritik ditengah masyarakan dan para pakar politik. Salah satu disampaikan oleh anggota komisi IX DPR RI, Muchamad Nabil Haroen menilai, seharusnya pemerintah lebih serius dan fokus dalam penangan covid 19 ini. Pilitikus PDIP ini menambahkan, diperlukan perbaikan penanganan seperti memperbanayak tes PCR untum mengretahui jumlah positif corona. ( kedaipena.com 11/5/2020).
Wakil ketua MPR RI hidayat Nur Wahid juga menyoroti pernyataan Presiden Jokowi untuk hidup berdamai dengan Covid-19 sebelum ditemukan vaksin, seharusnya pernyataan itu dibarengi dengan kebijakan pemerintah dengan Kementristek dan Kemenkes serta lembaga lainnya untuk berkoordinasi dan bekerjasama agar ditemukanya vaksin virus corana ini. Dan dengan menambah anggaran riset untuk mempercepat penemuan vaksin dan bukan malah memangkas anggaran yang seharusnya.
Bahkan Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia ( ARSSI) cabang Bekasi, mengaku khawatir atas pernyataan presiden tersebut. Kami was-was terhadap pernyataan tersebut, takutnya diartikan yasudah kita terima saja,” ucap Ketua ARSSI cabang kota Bekasi, Dokter Eko S. Nugroho kepada wartawan, Senin, (11/5/2020).
Tenaga medis merupakan garda terdepan sejak masuknya virus ke negeri ini sejak dua bulan terakhir. Mereka bergelut dengan virus yang mematikan ini. Walau saat ini hanya pasien yang terkonfirmasi positif yang dirawat di rumah sakit, namun resiko untuk terpapar sangat tinggi.
Banyak masalah yang dihadapi oleh para tenaga medis pahlawan Covid-19 ini. Disamping mereka yang sudah kelelahan dan daya tahan tubuh menurun, keterbatasan sarana dan prasarana menjadi salah satu faktor, karena tidak semua rumah sakit memiliki sarana dan prasarana yang lengkap atau yang mengumpuni untuk menangani Covid-19 ini.
Sudah banyak para dokter yang dinyatakan positif Covid-19 bahkan tidak sedikit yang tewas dalam perang Covid-19 ini. Tapi miris negara terkesan tidak peduli terhadap masalah ini, tenaga medis dibiarkan maju ke medan perang mengahadapi musuh yang tidak nyata dan mengganas. Sedangkan rakyat dilepaskan ke rimba belantara, dibiarkan tanpa perlindungan dan perhatian yang jelas dari pemerintah. Akankah masyarakat bertanya, apa perlunya seruan hidup berdampingan dengan Corona?
Tidak lain tujuan seruan hidup berdamai dengan Corona sampai ditemukan vaksin, diperjelas Jokowi bahwa perang Covid-19 juga harus memperharikan sisi ekonomi. Lagi - lagi yang dipikirkan adalah menyelamatkan ekonomi para kapital (pengusaha), bukan keselamatan nyawa rakyatnya. Nauzubillah.
Wajar jika banyak yang mempredikasi bahwa setiap kebijakan pemerintah, salah satunya dengan melonggarkan psbb adalah upaya setengah hati dalam penagan Covid-19 ini. Karena pemerintah mau berlepas tangan dari tanggng jawabnya dalam mengurusi seluruh kebutuhan rakyat dan dalam menjaga keselamatan nyawa rakyatnya.
Sungguh berbeda dengan kepengurusan Islam dalam menangani masalah wabah.
Islam yang memberikan perhatian dan penghargaan tertinggi pada kesehatan dan keselamatan jiwa manusia. Ditegaskan Rasulullah Saw, yang artinya:
Islam yang memberikan perhatian dan penghargaan tertinggi pada kesehatan dan keselamatan jiwa manusia. Ditegaskan Rasulullah Saw, yang artinya:
“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibanding terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR Nasa’i).Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, “Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (TQS al-Maidah [5]:3).
Lebih dari pada itu, Islam merupakan dien yang sempurna (sistem kehidupan), dan negara (khilafah) adalah bagian darinya. Hal ini menjadikan negara berfungsi secara sehat dan penguasanya hadir dengan karakter kuat sebagai pemelihara urusan rakyat. Termasuk kesehatan dan keselamatan jiwa ketika terjadi wabah.
Sebab, ditegaskan Rasulullah Saw “Imam/Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya.” (HR Muslim dan Ahmad).
Selain itu, sistem kehidupan Islam sendiri yang khalifah hadir sebagai pelaksananya, telah didesain Allah Swt sebagai pemeliharan kesehatan dan kehidupan insan, bahkan penyejahtera bagi seluruh alam.
Hal ini ditegaskan Allah Swt dalam firman-Nya, “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (TQS al-Anbiya’[21]:107).
Kehadiran seorang khalifah ditengah umat benar-benar akan memberikan rahmat atas rakyatnya. Akan menjamin terpenuhi seluruh kebutuhan masyarakat tanpa terkecuali baik dari pangan, papan dan sandang. Terlebih masalah kesehatan atau nyawa seseorang. Bukan hanya dalam masalah wabah, namun berlaku selamanya disaat kondisi negara sedang normal.Tentunya kehidupan yang penuh keberkahan akan terwujud dalam kehidupan dibawah naungan khilafah yang menerapkan Islam secara sempurna.
Wallahu A'lam
Wallahu A'lam
Tags
Opini