Pandemi Corona: Sebuah Renungan untuk Kita Semua




Oleh: Maysaroh Nur Hasanah (Mahasiswi Malang)

Merebaknya berita virus Corona mulai santer terdengar semenjak awal kemunculannya. Virus ini pertama kali ditemukan pada Desember 2019 di Wuhan, China. Hingga kini virus Corona telah menyebar lebih dari 200 negara di seluruh dunia. Dalam sekejap aktivitas manusia lumpuh semuanya. Industri banyak yang gulung tikar, puluhan ribu karyawan mengalami PHK. Mendadak semuanya harus di rumah aja. Sekolah dan kuliah kini cukup dari layar smartphone atau computer saja.

Pandemi ini telah membuka mata kita. Tirai kebobrokan sistem kapitalis telah begitu lebar terbuka. Bak singa yang kehilangan kekuatannya tersebab nampak gigi ompongnya. Seakan bagus, gagah, menakutkan tapi ternyata lemah tak punya daya. Begitulah sistem kapitalis adanya. Tak tanggung, sistem yang menjadikan manusia sebagai pusat pengendali dan tata kelola. Kini telah terkapar kehilangan taringnya, menuju kehancuran yang tinggal sedikit lagi masanya.

Coba kita telaah dan renungkan seksama. Manusia yang sejatinya makhluk lemah, begitu jumawa mengelola tata aturan dunia. Mengukur benar salah dengan perspektif dan banyaknya suara. Menentukan kebijakan publik hanya dengan segelintir orang yang katanya cendekiawan atau sering disebut elit politik. Iya, beginilah realitas sistem kapitalistik. Orang kaya semakin di atas, sedangkan orang tak punya siap-siap untuk ditindas. Bak sapi perah yang terus menerus diperas, hingga habis tak berbekas. 

Mau sampai kapan terus begini? Saatnya kita kembali ke jati diri muslim yang sejati. Kembali tunduk pada sebenar-benar hakikat penciptaan diri. Sebagaimana yang telah Allah firmankan: “Dan Aku tidaklah menciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah” (QS. Adh-Dzariyat: 56). Telah jelas sekali apa yang diterangkan Allah dalam Al Qur’an bahwa hakikat diciptakan kita adalah menjadi sebenar-benar hamba yang menyadari tugasnya di dunia hanya untuk beribadah. Tunduk dan patuh terhadap aturan sang Pencipta, Allah SWT. 

Islam telah paripurna sebagai sistem aturan hidup manusia. Tak hanya sekadar aturan ibadah ritual semata, atau hubungan diri kita dengan sang Pencipta. Melainkan juga hubungan kita ke sesama yang luas sekali aspeknya. Mulai dari ekonomi, kesehatan, keamanan, politik, pemerintahan, dan masih banyak lagi lainnya. Iya, Islam tak sesempit apa yang kita kira. Aturannya paripurna mulai dari bangun tidur membuka mata hingga skala bernegara. 

 Adanya pandemi ini kembali mengingatkan kita, Maha Besar Allah atas segala kuasaNya. Ia menjadikan sesuatu yang tak kasat mata mampu mengguncangkan dunia, melumpuhkan segala aktivitas dan hiruk pikuk manusia. Dari sini kita belajar, betapa lemahnya kita. Sedikitpun kita tak bisa selain bergantung kepadaNya. 

Lekaslah kita sadar, harus menunggu berapa banyak teguran lagi yang Allah beri? Akankah kita terus-terusan merasa jumawa, merasa berhak mengatur dan mencipta aturan untuk kemaslahatan hidup manusia? Sungguh, kita pun tak kuasa mengatur diri, seringkali terlupa dan kerap terjerembab dalam kubangan dosa. Saatnya kembali ke solusi hakiki nan paripurna, yang datangnya dari sang Pencipta. Saatnya kita jadikan Islam pedoman berperilaku dan aturan tata kelola dunia.

Wallahu’alam bishhowab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak