Oleh : Ummu Aqeela
Berita anjloknya minyak mentah Amerika Serikat (AS) diyakini membuat banyak perusahaan minyak bangkrut. Pasalnya, banyak perusahaan minyak memiliki hutang jauh sebelum krisis kesehatan yang melanda akibat pandemi virus corona. Dikutip dari CNN.com, Selasa (21/04), kemungkinan perusahaan minyak AS sulit bertahan mengalami penurunan harga minyak terparah disepanjang sejarah. Hitung-hitungan analysis Rystad Energy Artem Abramov, jika harga minyak jatuh ke posisi US$20 per barel, maka ada 533 perusahaan yang mengajukan pailit. Sementara jika harga minyak AS menyentuh level US$10 per barel, jumlah perusahaan yang bangkrut berlipat menjadi 1.100.
Di Indonesia sendiri masyarakat mulai berharap pemerintah dan PT Pertamina (Persero) segera menurunkan harga BBM terkait dengan anjloknya harga minyak mentah dunia saat ini. Suara desakan tersebut salah satunya disampaikan oleh Tulus Priambodo yang merupakan seorang pemilik usaha toko buku dan hewan ternak di Bekasi. Dia mengatakan, jika harga BBM turun maka secara otomatis akan menurunkan harga kebutuhan pokok pula.
Satu suara dan satu harapan tentunya hal tersebut juga disampaikan oleh Dhani Moertopo, dia adalah seorang pegawai swasta di Jakarta. Bahkan dia berharap bahwa penurunan harga BBM bisa dilakukan sampai serendah mungkin mengikuti pelemahan minyak yang terjadi belakangan ini. Kedua orang tersebut diatas saling kompak mengatakan bahwa, penurunan harga minyak saat ini sangat diperlukan untuk membantu masyarakat yang kini tengah berjuang dan bertahan demi kehidupan ditengah wabah virus corona yang telah mengancam segala kebebasan dalam beraktifitas dan pekerjaan. Namun sayang pil pahit kembali harus ditelan, pihak Pertamina melalui Nicke Widyawati mengatakan sulit untuk menurunkan harga meskipun saat ini harga minyak sedang ajlok merosot, karena Pertamina merupakan BUMN.
Begitupun dengan Menteri ESDM Arifin Tasrif,dengan beralasan harga minyak akan kembali naik dalam waktu dekat, bahkan memproyeksi harga minyak bakal berada di atas US$ 40 per barel pada akhir tahun. Lebih lanjut, Arifin mengklaim, harga BBM di Indonesia sudah murah bila dibandingkan negara-negara di kawasan ASEAN. Selain itu, harga Jenis Bahan Bakar Umum (JBU) telah turun sebanyak dua kali pada tahun ini.
Rinciannya, harga BBM turun Rp 300 per liter hingga Rp 1.750 per liter pada Januari 2020. Kemudian, harga BBM turun lagi sebesar Rp 50 per liter hingga Rp 300 per liter pada Februari 2020.
Di sisi lain, penjualan BBM di Indonesia menurun akibat pandemi corona. Bahkan penjualan BBM pada April 2020 anjok hingga 26,4% dibandingkan periode Januari-Februari 2020.
Dengan pertimbangan tersebut, pemerintah pun juga memutuskan untuk tidak merubah harga BBM. "Pemerintah menjaga harga tetap karena harga minyak dunia dan kurs tidak stabil serta dapat turun.
Beginilah potret pemerintahan kapitalisme, sebuah tatanan yang bukan lagi rakyat atau umat yang diutamakan namun kapital yaitu pemilik modal. Meskipun banyak rakyat menangis dan mengemis semua akan ditepis tanpa senyuman apalagi disambut kebijakan yang manis. Setiap orang pasti mendambakan terwujudnya keadilan dan kesejahteraan ekonomi dalam dirinya. Namun hal ini bagai mimpi belaka jika sosialisme dan kapitalisme masih bercokol dengan kuat dan mengoyot di negeri Indonesia.
Indikator keadilan ekonomi bagi negara kapitalisme adalah ketika individu dibiarkan bebas tanpa batas menguasai harta kekayaan melalui mekanisme pasar bebas. Jadi, keadilan ekonomi dimaknai jika setiap individu dibiarkan bersaing secara bebas untuk memiliki sesuatu tanpa intervensi negara. Adapun kesejahteraan ekonominya dihitung dengan rumus rata-rata atau Gross National Product (GNP) perkapita, yaitu produk nasional yang dibagi dengan jumlah penduduk dalam satu tahun. Angka rata-rata (GNP) inilah yang dianggap sebagai tingkat kesejahteraan masyarakat. Pertanyaannya, benarkah angka rata-rata (GNP) itu menunjukkan kenyataan tingkat kesejahteraan riil di masyarakat? Kenyataannya tidak. Sebab itu hanyalah angka rata-rata yang menipu.
Sangat berlawanan dengan konsep Islam. Kesejahteraan dalam pandangan Islam tidak hanya dinilai dengan ukuran material saja, tetapi juga dinilai dengan ukuran non-material; seperti terpenuhinya kebutuhan spiritual, terjaganya nilai-nilai syariat, terpeliharanya nilai-nilai moral, dan terwujudnya keharmonisan sosial.
Sehingga dalam pandangan Islam, masyarakat dikatakan sejahtera bila terpenuhi dua kriteria:
Pertama, terpenuhinya kebutuhan pokok setiap individu rakyat; baik pangan, sandang, papan, pendidikan, maupun kesehatannya.
Kedua, terjaga dan terlidunginya agama, harta, jiwa, akal, dan kehormatan manusia. Dengan demikian, kesejahteraan tidak hanya buah dari sistem ekonomi semata; melainkan juga buah sistem hukum, sistem politik, sistem budaya, dan sistem sosial yang terarah sesuai dengan bingkai syariat.
Singkatnya, kesejahteraan hidup dalam pandangan Islam adalah ketika kebutuhan hidupnya tercukupi dan bebas mengamalkan syariat secara kaffah. Bahkan Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam sendiri menyatakan:
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ ، مُعَافًى فِي جَسَدِهِ ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ ، فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
“Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang di pagi hari merasakan keamanan pada diri dan keluarganya, sehat badannya dan memiliki makanan yang cukup untuk hari itu, maka seolah-olah dunia dan seiisinya telah dikumpulkan baginya.” (HR Tirmidzi).
Kesimpulannya adalah, jika kita ingin melenyapkan kemiskinan, menciptakan keamanan dan menghilangkan segala bentuk kerusakan, maka tidak ada solusi lain selain kembali kepada syariat Islam seutuhnya. Sebab, janji Allah Ta’ala berupa kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat tidak mungkin tercapai sebelum Syari’at Islam tergapai.
Wallahu a’lam bissowab