By : Messy Ikhsan
Sehari seusai lebaran Idul Fitri. Suasana hati komunitas istri yang masih bersemi rasa bahagia bersama famili. Harus rela diusik oleh penjabat negeri. Jika sebelumnya, mengajak masyarakat untuk berdamai dengan pendemi. Kini kembali hadir dengan kontroversi terkini, menyamakan corona dengan posisi istri.
Menurut Mahfud MD yang mengatakan bahwa corona itu seperti istrimu. Seperti yang dilansir dari CNN.Indonesia pada tanggal (26/5/20) yang lalu.
Pernyataan yang terkesan manis diucapkan oleh bapak menteri. Untuk melenyapkan rasa ketakutan masyarakat pada pandemi. Harus berujung dengan sunggingan sinis dari komunitas istri.
Belum lagi konotasi kata "istrimu" di sini mengandung makna yang ambigu. Istri siapa yang dimaksudkan bapak menteri ibarat corona yang jelas mengundang pilu. Tentu, hal ini mengusik kalbu para istri menjadi kelabu.
//Argumentasi Ngasal Tak Bergizi//
Kepedulian penjabat negeri terhadap peningkatan kurva pandemi yang kian meninggi. Tentu perlu dihadiahkan sanjung puji. Agar mereka bergeliat cepat untuk memusnahkan problematika negeri.
Belum lagi penjabat negeri juga bertugas memulihkan rasa ketakutan rakyat terhadap pandemi. Yang semakin hari tak sungkan menunjukkan jejeran gigi. Dengan melahap habis ribuan nyawa insani tanpa sebab suci.
Mengingat hal ini, rakyat menanti action nyata dari penjabat negeri. Sebagai wadah aspirasi yang mengandung beragam inspirasi dan motivasi positif untuk kebaikan negeri.
Tak cukup hanya teori untuk memenangkan hati insani. Tak cukup mengajak berdamai dengan pandemi, lalu mengibaratkan pendemi seperti sosok istri. Mampu megusir corona untuk pergi.
Karena, teori palsu tak berbukti. Pasti menyudutkan para pemangku kursi. Belum lagi argumentasi ngasal tak bergizi. Semakin menunjukkan kualitas penjabat negeri yang lahir dari rahim kapitalisasi.
Rakyat tak hanya butuh pemimpin dengan kualitas kecerdasan yang tinggi. Namun, diam tanpa basa-basi. Ketika rakyat menjerit kesakitan tanpa henti.
Rakyat tak hanya butuh penjabat negeri yang menyandang gelar akademika sepanjang tali. Namun, hanya bisa bersembunyi sembari memangku jemari. Ketika rakyat memelas kebaikan nurani.
Rakyat tak hanya butuh pemimpin negeri yang berani mengumbar triliunan janji. Namun, janji tak disinkronisasi dengan bukti dan implementasi dari argumentasi yang diproduksi.
Rakyat tak hanya butuh wadah aspirasi yang menampung inspirasi dan motivasi dari perwakilan negeri. Namun, pergi tanpa meninggalkan identitas diri. Ketika rakyat mengemis untuk memulangkan pandemi.
Ketidakkonsistenan argumentasi dan kebijakan pejabat negeri dalam memulangkan pendemi. Semakin nyata menunjukkan wajah kelam pemimpin yang lahir dari rahim kapitalisasi.
Rahim kapitalisme yang jelas rusak dan penuh duri. Karena, menuhankan asas sekularisasi dan demokrasi. Sudah menunjukkan jati diri gagal dalam memimpin negeri. Dan tak mampu memulangkan pandemi untuk pergi dari bumi.
Lantas, masih pantaskah sistem kapitalisme yang jelas rusak dan penuh duri diberikan jabatan untuk memimpin negeri? Maka cukuplah firman Allah sebagai bukti.
Allah berfirman:
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (QS Al-Maidah : 50)
//Kembali pada Pangkuan Sistem Ilahi//
Islam, bukan saja sebagai agama yang suci. Melainkan juga memiliki fasilitas sistem yang murni. Tanpa intervensi dari logika dan nafsu syahwat insani.
Sistem yang lahir dari Ilahi Rabbi. Menjadi panduan dasar bagi diri Khalifah dalam memimpin negeri. Mengambil kebijakan dan memutuskan segala berdasarkan ketentuan ayat suci.
Ayat suci menepati posisi tertinggi dalam Daulah Islamiyyah. Ayat suci menjadi tolak ukur bagi Khalifah dalam berpikir, berkata, bertindak hingga berbenah.
Khalifah sebagai kaki tangan Ilahi Rabbi di bumi. Tentu menjamin hak-hak rakyat secara sempurna tanpa terkecuali. Bagi muslim dan kafir yang menjadi bagian dari rakyat institusi. Memegang hak yang sama dalam akses kebutuhan diri. Tanpa memaksa mereka untuk memeluk agama yang suci ini.
Khalifah paham betul dengan amanah yang diemban sebagai penjaga dan perisai bagi rakyat negeri. Menjamin ketenangan, kenyamanan, keamanan, kesejahteraan dan kemakmuran secara hakiki. Tanpa harus basa-basi dengan citra diri. Tanpa harus umbar janji sana-sini dengan bergama teori yang tak terbukti sama sekali.
Sehingga peradaban Islam yang menjadi adidaya dunia pada masanya. Dengan menguasai 2/3 dunia dan memimpin semesta selama 13 abad lamanya. Memupuk sanjung puji dari manusia dan dunia.
Will Durant adalah seorang sejarahwan barat sana. Will Durant memuji kesejahteraan Daulah Islamiyyah yang mulia. Dalam buku yang ia tulis bersama Istrinya Ariel Durant, Story of Civilization, ia mengatakan:
"Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang untuk siapapun yang memerlukan dan memberikan kesejahteraan selama beradab-abad dalam wilayah yang sangat luas. Fenomena seperti itu belum pernah tercatat (dalam sejarah) setelah zaman mereka."
Lantas, tak ada alasan bagi insan yang bernyawa. Untuk menolak aturan Pencipta semesta. Karena, kebahagiaan hidup di dunia hanya mimpi dan angan semata. Tanpa institusi Islam yang jelas menciptakan kebahagiaan untuk manusia tanpa jeda.
Allah berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS Al-A’raf : 96)
Mari, rapatkan barisan dan berpegang tangan. Lalu berlari menuju garda terdepan untuk memperjuang syariat Islam dalam kehidupan. Sehingga kembali menjadi peradaban dunia yang begitu mengagumkan dan rahmat bagi seluruh alam. Insya Allah.
Masya Allah. Bagus banget tulisannya. Sangat menginspirasi
BalasHapus