Siti Masliha, S.Pd
(Aktivis Muslimah Peduli Generasi)
Ramadan, bulan istimewa hampir saja berlalu. Di dalamnya penuh rahmat dan ampunan. Ramadan tahun ini kita di berikan ujian. Selain kita menahan lapar, haus dan menahan nafsu kita juga diberikan ujian oleh Allah berupa wabah virus Corona. Karena kehendakNyalah virus Corona ini dapat ada di muka bumi ini. Namun berlalunya Ramadan tidak serta merta membuat virus ini pergi juga. Perkembangan yang terjadi penyebaran virus ini semakin massif. Hampir seluruh Indonesia sudah terjangkiti virus ini.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona Achmad Yurianto menyatakan, masih ada penularan virus corona di masyarakat yang menyebabkan kasus Covid-19 di Indonesia kembali bertambah. Berdasarkan data pemerintah hingga Senin, 18 Mei 2020, pukul 12.00 WIB, ada penambahan 496 kasus Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Penambahan itu menyebabkan secara akumulatif ada 18.010 kasus Covid-19, terhitung sejak kasus pertama diumumkan pada 2 Maret 2020.
Hal ini diungkapkan Achmad Yurianto dalam konferensi pers di Graha BNPB pada Senin sore. "Untuk konfirmasi Covid-19 positif naik 496 orang, sehingga menjadi 18.010 orang". Data pemerintah memperlihatkan, dari 18.010 kasus positif, ada 17.764 yang diperiksa dengan menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR).
Kebijakan pemerintah yang “mencla-mencle ” terkait penanganan virus ini membuat penyebarannya semakin merebak. Aturan PSBB yang diterapkan pemerintah tidak dipatuhi dengan ketat, hal ini bisa kita lihat dengan dibukanya bandara, stasiun kereta api, mall dan lain sebagainya. Membuat penyebaran virus ini semakin massif. Rakyat dibuat bingung oleh pemerintah.
Tenaga Kesehatan (NaKes) yang berada di garda terdepan sudah “capek” dan menyerah dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah. Tagar "TerserahIndonesia" menjadi trending topik di twiter menggambarkan jeritan para NaKes. Selama kurang lebih 2 bulan ini mereka bekerja untuk menolong pasien yang terpapar virus Corona. Namun faktanya pemerintah memberikan aturan kelonggaran pada PSBB.
Bagi kita sebagai seorang Muslim ketika menghadapi wabah Corona ini harus dengan landasan Iman. Kita harus yakin bahwa wabah Corona yang terjadi saat ini tidak lepas dari apa yang menjadi kehendak Allah. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Al Quran yang artinya:
"Jika Allah menimpakan sesuatu kemadhorotan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."(QS. Yunus [10]:107)
Dari ayat di atas kita sebagai kaum yang beriman harus yakin bahwa wabah ini terjadi atas kehendak Allah. Sehingga kita menjalani dengan penuh keimanan bukan dengan mengeluh. Karena mengeluh akan membuat kita semakin jauh dari Allah.
Harapannya, dari sini kita bisa mengambil 3 hikmah dari wabah ini,
Pertama, membuktikan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah. Manusia tidak mampu menghadapi makhluk kecil yang berukuran nano yang Allah ciptakan. Hal ini menunjukkan bukti kebesaran Allah SWT bagi makhlukNya. Maka dari itu manusia tidak boleh menyombongkan diri nya sendiri, karena pada hakikatnya manusia sangatlah kecil di hadapan Allah SWT.
Kedua, menjalin kedekatan antar anggota keluarga. Wabah Corona ini membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan WFH (Work For Home) bagi orang tua yang bekerja dan belajar di rumah bagi para pelajar. Hal ini bisa kita ambil hikmah untuk menjalin kedekatan antar anggota keluarga, terutama antara anak dengan orang tuanya.
Mungkin selama ini orang tua sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehingga mereka “lupa” akan peran utama sebagai orang tua yaitu sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya. Hal ini sebagaimana firman Allah: “Wahai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari Api Neraka” ( Qs. At-Tahrim ayat 6).
Ayat di atas menegaskan bahwa yang pertama kali mendapatkan perhatian adalah diri sendiri. Terutama dalam peningkatkan kualitas iman dan ibadah. Setelah itu, pendidikan orang tua kepada keluarga dan anak-anak. Di dijelaskan juga, bahwa orang tua harus senantiasa menjaga keluarganya. Perhatian utama orang tua kepada keluarga merupakan kunci kesuksesaan dalam membina rumah tangga. Dalam hal ini, orang tua berperan penting dalam pendidikan keluarganya. Orang tua menjadi poros utama dalam menentukan perkembangan anak, baik fisik maupun psikologinya.
Ketiga, sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini menjadi renungan bagi kita, mungkin selama ini kita tidak tunduk pada aturan Allah. Kita lalai bahwa Allah telah memberikan aturan yaitu Al Qur’an. Al Qur’an adalah petunjuk manusia. Namun manusia lupa, justru manusia menggunakan aturannya sendiri dalam mengatur kehidupannya. Sebagaimana firman Allah di dalam QS Al Baqarah : 2 yang artinya: “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa”.
Dalam ayat ini jelas, Al-Qur’an adalah Kitab yang di tulis oleh Allah. Merupakan Kitab yang Agung yang tidak mungkin bengkok atau cacat dan tidak ada sedikitpun keraguan didalamnya. Para ulama mengatakan bahwasanya meragukannya adalah larangan keras dari Allah SWT. Yaitu yang ditujukan kepada orang-orang yang bertaqwa agar dapat mengambil petunjuk dan ilmu yang bermanfaat. Sesungguhnya Al-Qur’an adalah petunjuk bagi seluruh manusia, namun hanya orang-orang yang bertaqwa yang mau mengambil sebagai petunjuk dan mengamalkannya.
Itukan hikmah yang bisa kita ambil di masa wabah Corona ini. Di masa wabah ini seharusnya kita semakin mendekat diri kepada Allah. Karena kehendakNya lah
semua ini bisa terjadi. Ketika kita beraktivitas di rumah banyak waktu luang, jadikan moment untuk mendekatkan diri kepada Allah. Terlebih lagi kita sudah memasuki 10 hari terakhir di bulan Ramadhan. Kita renungkan dosa-dosa yang selama ini kita perbuat. Selain itu kita juga memohon kepada Allah untuk kesejahteraan negeri ini. Agar negeri kita dapat keluar dari krisis yang berkepanjangan dan terbebas dari wabah Corona, sehingga negeri kita menjadi negeri yang “Baldatun thoyibatun wa rabbun ghofur”. Wallahu a' lam bish showwab.
Tags
Opini