Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Muslimah Penulis Sidoarjo
Setiap yang bernyawa akan mati. Tadinya ada, suatu saat tidak ada. Tak banyak orang atau makhluk yang lain melalui proses dari kecil hingga tua kemudian menemui ajalnya. Tak jarang Allah hanya mengijinkan beberapa saat saja di dunia, tanpa sempat merasa tua kemudian ditentukan pula ajalnya lebih awal.
jika kematian adalah sesuatu yang pasti, tak bisa dimajukan atau dimundurkan, maka persoalannya hari ini adalah dengan cara apa kita mempersiapkan kematian kita? Berusahalah Khusnul khotimah dan bagaimana itu?
Menjelang Idul Fitri atau menjelang bulan Ramadan Masyarakat Indonesia mempunyai kebiasaan untuk ziarah kubur, mengingat kematian orang-orang yang tercinta dan meminta "restu" agar memasuki bulan baru penuh berkah. Seringkali pula Ketika ziarah kubur mereka sertakan doa agar jenazah orang-orang yang mereka cintai mendapatkan tempat yang lapang di sisi Allah.
Dulu aku begitu percaya bahwa ada "komunikasi" semacam itu. Setiap kali kita berziarah Maka tak jarang di depan makam aku berkata-kata sebagaimana dihadapan orang yang masih hidup. Maklum, minim pengetahuan agama dan para orang tua dulu tidak menjelaskan secara detil bagaimana itu bisa diterima akal. Yang terjadi adalah rutinitas secara turun temurun, menerima itu tanpa pernah ada pertanyaan.
Sampaikah doa itu ? hanya Allah yang tahu. Namun kita bisa mengambil hikmah di dalamnya bahwa tindakan yang paling cerdas adalah dengan banyak banyak mengingat kematian dan bukan meratapinya. Sebab kematian memutuskan segala apa yang ada di dunia ini untuk kembali ke kampung akhirat dengan bekal yang telah kita kumpulkan semasa hidup.
Namanya juga manusia, ada saja yang bersikap arogan seakan dia akan hidup 1000 tahun. Tak mempan nasehat, tak basah oleh petuah. Segala sesuatu ia standarkan dengan perbuatan manusia bukan dengan halal dan haram. Banyak alasan yang ia kemukakan, diantaranya adalah kebebasan pribadi. Mereka lupa bahwa setiap amal akan dihitung dan alangkah meruginya ketika nafas berada di kerongkongan mereka tetap bermaksiat di hadapan Allah.
Siapa yang bisa menjamin akan terus menerus berbuat baik? tentu tidak ada, sebab kita manusia tempatnya luput dan dosa juga khilaf. Maka hal yang paling mendekati, kita bisa sempurna beribadah kepada Allah sekaligus menjemput kematian dengan Khusnul Khotimah adalah dengan Istiqomah melakukan perbuatan baik sesuai standar Syariah Allah. Terus menerus menuntut ilmu, memahaminya kemudian mempraktekkannya sehingga ketaatan bukan lagi beban namun menjadi kebiasaan. Wallahu a' lam bish showab.
Tags
Opini