MARAK KERUSAKAN SOSIAL, BUKTI RUSAKNYA SOLUSI ALA SEKULERISME




Oleh :
Wiwit Widayani, SH.I 

Wabah covid-19, sungguh dahsyat dampak sosialnya pada maraknya kerusakan masyarakat berupa  kriminalitas, perselisihan hingga bunuh diri. 

https://fokus.tempo.co/read/1335238/tren-kriminalitas-meningkat-saat-psbb-berjalan
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200424151758-12-496997/corona-kriminalitas-dan-ragam-imbas-sosial-masyarakat
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200421164153-12-495772/seorang-pria-di-jakbar-bunuh-diri-usai-sebulan-terkena-phk

 Namun sungguh ironi, tindakan penanganannya tak dapat tuntaskan masalah, malah cenderung kontraproduktif, memunculkan masalah baru. Misalnya kebijakan asimilasi narapidana.
(https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200426173911-12-497429/napi-dilepas-bikin-resah-kebijakan-asimilasi-yasonna-digugat) 

Mengapa hal itu cenderung terjadi? Karena  pengambilan kebijakan masih berpijak pada sekulerisme, meniadakan aturan Allah saat pengambilan kebijakan ini. Sekulerisme hanya berorientasi menyelesaikan dampak covid-19 hanya ditilik dari sisi fisik semata, tidak utuh melihat semua sisi karakteristik manusia. Allah SWT tegaskan saat manusia berpaling dari petunjuk Allah, tak akan mampu ada cahaya penerang solusi persoalan, yang ada adalah kesempitan atau kesusahan hidup. 

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ أَعْمَىٰ ﴿١٢٤﴾

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta"."

(Q.S.20:124)

Kini, masyarakat membutuhkan penanganan komprehensif. Tak hanya masyarakat dibatasi ruang aktivitasnya akibat kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), namun tak ada kebijakan jaminan terpenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Walaupun ada bantuan, haruslah manusiawi sesuai dengan kebutuhan, tak hanya asal terkesan sekedar pencitraan. Bantuan haruslah sesuai dengan kadar waktu PSBB ini dimana masa itu masyarakat kebingungan mencari penghasilan. Komprehensif, jangan sekedar melarang mudik, tapi tenaga kerja asing leluasa masuk ke dalam negeri, bepergian ke berbagai wilayah negeri. Kebijakan belajar dari rumah, tapi tak didukung dengan kebijakan memastikan tenaga pengajar dan peserta didik mudah mengakses pelajaran via on line. Juga pengawasan ketat sehingga dipastikan kegiatan belajar mengajar berjalan lancar. Dan lain sebagainya. 

Kebijakan komprehensif ini, tentu mesti didukung kekuatan ekonomi dan politik yang kuat. Namun tak bisa berharap pada sekulerisme. Kehidupan sekulerisme, menjadikan kebijakan dan pemegang kebijakan tak punya kontrol agar kehidupannya sesuai dengan Allah SWT inginkan. Sehingga cenderung dikendalikan dan dikontrol oleh kepentingan segelintir orang berdasar hawa nafsu yang cenderung merugikan masyarakat banyak. 

Disinilah, harapan kebijakan bertumpu pada ajaran Islam yang terbukti mampu menghadirkan masyarakat yang kuat iman dan memiliki ketahanan mental dan  fisik untuk menjalani hidup saat kondisi pandemic. Sejarah telah membuktikannya. Diantaranya kegemilang dan kesuksesan Islam mengatasi kondisi pandemic saat masa pemerintahan Umar bin Khathtab ra.

Semoga segera terwujud kesadaran massal masyarakat agar sukarela membuang sekulerisme seraya menjadikan aturan Islam yang kaffah agar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan dalam naungan khilafah tentunya.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak