Oleh: Vivi Rumaisha
Aktivis BMI Kota Kupang
Tidak terasa kita telah melewati bulan yang mulia, bulan yang begitu spesial, bulan suci Ramadan. Bulan yang dimana kita akan memperoleh predikat takwa jika kita sebagai hamba yang berhasil dalam memenuhi persyaratannya. Salah satu syaratnya adalah menahan hawa nafsu selama puasa, dengan kata lain sabar untuk tidak bermaksiat kepada Allah Swt.
Bulan ramadan tahun ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini kita melaksanakan ibadah dibulan suci dalam keadaan tengah dilanda wabah Covid-19. Meskipun begitu kita patut bersyukur karena tahun ini kita memperoleh dua pahala kesabaran yaitu sabar dalam menahan hawa nafsu serta sabar dalam menghadapi musibah yaitu wabah ini. Sebagai Seorang muslim seharusnya kita tetap sabar dan Istiqomah dalam masa pandemi ini.
Setelah sebulan berpuasa, kini Umat Muslim merayakan kemenangan dalam keadaan pandemi. Banyak kado pahit yang diterima oleh masyarakat saat hari raya. Seperti naiknya iuran BPJS, banyak karyawan di PHK, serta ekonomi masyarakat yang semakin melemah. Tetapi sebagai seorang Muslim seharusnya menyambut hari raya ini dengan sabar dan tentunya bermodalkan takwa.
Pada hakikatnya hari raya adalah setiap hari (yang) tidak ada kedurhakaan (kepada) Allah (didalamnya) maka hari itu adalah (hari raya) ‘ied. Dan setiap hari dimana Seorang Mukmin (tetap berada) dalam ketaatan (kepada) penolong-Nya (yakni Allah Swt) dan berdzikir kepada-Nya serta bersyukur kepada-Nya maka hari itu baginya adalah (hari raya) ‘ied dari Imam al-Hasan al-Basri.
Itulah makna hari raya yang sesungguhnya. Kataatan yang dimaksud bukan hanya individual dan kelompok semata, akan tetapi kataatan dalam bingkai Negara. Negara bertakwa, melahirkan pemimpin yang taat kepada Allah Swt, sehingga akan berpengaruh pada masyarakat dan individu yang bertakwa pula. Momentum hari raya ini mengingatkan kita agar bersegera kembali kepada fitrah kita sebagai hamba. Fitrah bahwa sebenarnya kita lemah, serbah kurang, sehingga butuh Allah swt sebagai Sang Pencipta sekaligus Sang Pengatur.
Bercermin pada kehidupan kita saat ini, apakah totalitas takwa telah kita peroleh ataukah baru sebatas narasi? Kepala Negara dan wakilnya menyebut bahwa modal keluar dari wabah ini adalah tawakkal, takwa dan mendapat ridla Allah Swt. “Jika Allah benar-benar menghendaki dan jika kita bisa menerimanya dengan ikhlas dalam takwa dan tawakkal, sesungguhnya hal tersebut akan membuat berkah, membuahkan hikmah, membuahkan rezeki, dan juga hidayah,” kata Jokowi. “ kalau beriman dan bertakwa pasti Allah turunkan kesuburan, kemakmuran, keamanan, keselamatan dan dihilangkan berbagai kesulitan. Itu adalah janji Allah didalam Al-Qur’an,” kata Ma’ruf. Dikutip dari TEMPO.CO.
Realitanya kebijakan-kebijakan yang diambil hari ini dalam menangani wabah tidak berlandaskan pada takwa yang sebenarnya. Kebijakan yang simpang siur ala sistem kapitalis. Mulai dari himbauan untuk berdamai dengan Corona, serta menaikkan iuran BPJS membuat masyarakat semakin menderita. Hal ini disebabkan karena aturan serta hukum yang digunakan hari ini adalah hukum buatan manusia sendiri, bukan hukum dan syariah dari Sang Pencipta yaitu Allah Swt.
Lantas seperti apa makna takwa yang hakiki agar dapat menjadi solusi untuk permasalahan wabah di Negeri ini? Thalq bin Habib, seorang Tabi’in, salah satu murid Ibnu abbas ra. Mengatakan, “ Takwa adalah mengerjakan ketaatan kepada Allah Swt berdasarkan cahaya-Nya dengan mengharap pahala-Nya, dan meninggalkan kemaksiatan kepada Allah Swt berdasarkan cahaya-Nya karena takut terhadap azab-Nya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/2440).
Demikianlah takwa yang hakiki, yaitu takwa yang seharusnya dijadikan sebagai landasan dalam seluruh aspek kehidupan. Baik dalam mengambil kebijakan-kebijakan maupun dalam memimpin sebuah Negara. Takwa yang totalitas bisa diwujudkan apabila pemimpin Negara mau menerapkan semua hukum dan peraturan yang datang dari Sang Khalik yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah. Dengan menerapkan seluruhnya dalam sendi-sendi kehidupan, tanpa melihat lagi sisi manfaat dari aturan tersebut. Sehingga dengan modal takwa yang totalitas ini, InsyaAllah bisa menjadi solusi atas seluruh problematika umat hari ini, khususnya solusi dari pandemi Covid-19 yang melanda dunia saat ini.
WalLahu a’lam bi ash-shawab.
Tags
Opini