KERUSAKAN SOSIAL MARAK, BUKTI RUSAKNYA PENANGANAN MASALAH




Oleh : Rizky Septiani
Aktivis pengemban Dakwah
 

Permasalahan lain terjadi di tengah pandemik Covid-19 saat ini. Pemerintah membuat kebijakan yaitu pembebasan narapidana lewat program asimilasi dan integrasi untuk mencegah penyebaran Covid-19. Hal ini disebabkan dengan alasan penerapan protokol pencegahan corona di lapas, seperti phisycal distancing susah untuk diterapkan. Namun kebijakan tersebut sangatlah dangkal jika dilihat dari sisi lain dimana pembebasan narapidana akan meningkatkan risiko lain. Para napi itu berpotensi untuk mengulangi perbuatan kriminal dimana akan membuat keresahan masyarakat.  Pada akhirnya pemerintah juga yang akan dirugikan karena sudah mengeluarkan biaya untuk membina para napi tersebut, namun ternyata terkesan sia-sia CNNIndonesia.com, Sabtu (25/4).

Menyoroti pembebasan napi saat pandemi corona, sekitar 15 atau 20 persen napi yang dibebaskan memiliki kecenderungan untuk kembali berbuat jahat. Kasus pencurian dengan alat berat menjadi penyumbang naiknya angka kriminalitas dimana terjadi pergeseran kejahatan aksi pencurian dan perampokan minimarket jadi lebih dominan.  Selanjutnya aksi penjambretan atau pembegalan, saat ini Polda Metro Jaya sudah membentuk tim khusus, seperti Satgas antibegal dan antipreman. Polisi akan memprioritaskan patroli pengamanan di minimarket karena kini lebih rentan menjadi sasaran pencurian dibandingkan rumah warga.  Selama pandemi Corona telah terjadi aksi pemutusan hubungan kerja (PHK) dan atau merumahkan karyawan tanpa upah. Selain itu pemerintah tidak bertanggung jawab dengan tidak memenuhi kebutuhan dasar warga saat terjadi bencana nasional dan darurat kesehatan masyarakat CNNIndonesia.com, Selasa (21/4).

Pada pandemik covid-19 saat ini peran pemerintah sebagai pihak yang berwenang menagangi permasalahan masyarakat malah membuat kebijakan yang justru meresahkan ditambah lagi terkesan lepas tangan dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat sehingga mengacu pada perubahan fisik dan mental masyarakat yang menimbulkan tindakan kriminalitas dimana-mana. Inilah akibatnya jika pemerintahan yang di pimimpin lahir dari rahim sistem demokrasi sekuler sangat jauh dari tuntunan Islam. Sistem zalim ini hanya bisa menghasilkan para pemimpin zalim, tidak amanah dan bertanggung jawab. Karena pemimpin yang banyak melayani dan mendengar hanya mungkin lahir dari rahim sistem yang baik yaitu sistem Islam atau Khilafah. Hal tersebut bertentangan dengan sistem islam dalam menagani probematika hidup ummat yang disayangkan oleh kita belum diterapkan saat ini. 

Padahal Islam telah mengatur seluruh aspek kehidupan dan negara sebagai salah satu sarana yang dapat menyelesaikan permasalahan berdasarkan hukum-hukum syara’. Pemimpin sebagai pelayan rakyat ia fokus dalam dua hal, yaitu hirasatuddin (melindungi agama mereka) dan siyasatuddunya (mengatur urusan dunia berupa pelayanan terhadap rakyat agar bisa hidup layak sebagai manusia yang bermartabat). (Al-Ahkam as-Sulthoniyah, juz I, h 3). 

Sebagaimana pada masa kepemimpinan Khalifah Umar ra, yang mengangkat Amr Bin Ash sebagai gubernur Mesir untuk merampungkan masalah wabah tha’un. Tak butuh waktu lama untuk ia melihat keadaan yang terjadi di Amwas, ia menyerukan kepada seluruh penduduk untuk mengisolasi dirinya masing-masing.  Amr berkhotbah di depan rakyatnya dan memerintahkan agar pergi jauh hingga rakyat-rakyatnya memencar ke berbagai penjuru. Ada di antara mereka yang pergi ke gunung, bukit, dan ke daerah-daerah terpencil. Inilah yang saat ini kita kenal sebagai social distancing  Seperti diriwayatkan dalam hadits berikut ini: 
إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا 

"Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhari) 

Akhirnya wabah tha’un dapat terselesaikan. Rakyat mampu memahami tujuan kebijakan yang diputuskan pemimpinnya. Di samping itu ia juga bertanggung jawab penuh atas konsekuensi pemberlakuannya.  Islam sejatinya menjelaskan konsep selain menjaga imun tapi juga menjaga iman dengan sabar serta bertawakal kepada Allah SWT. Dalam ini  Allah SWT menyampaikan dalam firman-Nya:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ 

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. [Al-Baqarah/2: 155]

Selain itu adalah surat yang lain Allah SWT menyampaikan bahwasannya kita harus bertawakal pada-Nya yaitu seperti dalam firman-Nya :
وَ لِلّٰہِ غَیۡبُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ اِلَیۡہِ یُرۡجَعُ الۡاَمۡرُ کُلُّہٗ فَاعۡبُدۡہُ وَ تَوَکَّلۡ عَلَیۡہِ ؕ وَ مَا رَبُّکَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُوۡنَ

Artinya: “Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan”. [QS. Hud: 123]

Pada ketahanan fisik saat menjalani hidup saat kondisi pandemik, islam telah menyampaikan bahwasannya kita dituntut untuk selalu mementingkan kepentingan bersama bukan menuruti keinginan pribadi seperti untuk tidak menjual barang dengan harga diatas rata-rata, menimbun barang yang berlebihan atau panic buying. Islam malah mengajak kita untuk bersedekah karena eratnya kesatuan sesama kaum Muslim ini, Rasulullah bersabda:

''Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya, yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.'' (HR Bukhari dan Muslim). 

Hadis tersebut mengajarkan dua hal. Pertama, kaum mukmin merupakan satu tubuh yang saling terkait dan menyatu. Penyakit yang terdapat pada sebagian mereka akan dapat berpengaruh kepada bagian lainnya bila tidak ada pencegahan dan sebaliknya. Kedua, karena satu tubuh, kaum mukmin semestinya secara otomatis dapat merasakan penderitaan dan kesulitan yang dirasakan saudaranya yang lain. Seraya ia berupaya agar penderitaan dan kesulitannya itu berkurang hingga hilang sama sekali.
Hal tersebut jauh dari sistem kapitalis saat ini. Di Amerika serikat dimana warganya mengeluhkan lockdown ataupun social distancing yang dicanangkan pemerintah setempat. Mereka mengajukan demonya dengan alasan pemerintah tidak menjamin sandang pangan, kesehatan, dan kejenuhan yang berkepanjangan.  Semua itu tidak didapati di dalam sistem kapitalis dimana standar mereka dilihat dari asas kemanfaatan untuk diri sendiri. Maka sudah sepatutnya tatanan dunia ini beralih ke sistem islam dengan menegakkan negara Khilafah yang dipimping oleh khalifah. 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak