Oleh: Nuraeni Erina Aswari
Menurut sebuah laporan dari PBB dan organisasi lainnya pada sepekan lalu, setidaknya 265 juta orang pada saat ini sedang mengarah ke ambang kelaparan akibat krisis COVID-19. Jumlah ini sama dengan dua kali lipat dari jumlah yang terancam sebelum pandemi. (kumparan.com, 25/04/2019)
Menyedihkan. Saat pertarungan dengan pandemi virus corona belum usai, jutaan manusia hari ini kembali dikepung oleh pandemi kelaparan. Dilansir dari duniatempo.co bahwa David Beasley, sebagai Eksekutif Direktur WFP mengatakan ada bahaya nyata bahwa lebih banyak orang meninggal akibat dampak buruk ekonomi wabah COVID-19 dari pada akibat terinfeksi virus itu sendiri.
Rakyat seolah diharuskan hidup mandiri. Makan atau tidak makan, pemerintah terlihat berlepas diri dari itu. Bahkan pelayanan kesehatan yang mestinya menjadi prioritas rakyat saat pandemi, tidak mendapat perhatian yang serius dari para petinggi negeri ini. Seperti kurangnya APD bagi tenaga medis sebagai garda terdepan dan biaya tes covid 19 yang tidak terhingga.
Tidak hanya harus mandiri, di sisi lain rakyat dihadapkan dengan peraturan dan keputusan petinggi negeri yang bikin geleng kepala. Pembebasan napi dikala pandemi misalnya, urusan perut yang sebelumnya ditanggung-jawabi oleh petugas lapas, kini harus mencari sendiri.
Pembinaan yang tak selesai membuat naripidana tak kenal taubat. Alih-alih memilih taubat, kembali menjadi penjahat dirasa menjadi pilihan yang paling tepat. Alhasil pembebasan napi akibat asimilasi ternilai percuma. Nyata telah gagal menjadi solusi pemutus rantai virus.
Rakyat semakin putus asa. Pemutusan hubungan kerja di mana-mana, mau pulang ke kampung halaman tidak bisa. Akhirnya terpaksa menahan lapar dan dahaga harus ditanggung sekeluarga. Dan kasus ini tidak hanya menimpa satu keluarga saja, melainkan sedunia.
Dunia masih memiliki hampir satu miliar penduduk yang kurang pangan. Di Indonesia sendiri ada lebih dari 22 juta orang, dan ini akan terus bertambah dua kali lipat di tengah wabah. Fakta ini menggambarkan bahwa kenyang merupakan barang mewah di tengah wabah.
Kapitalisme terbukti telah gagal mengatasi masalah pangan, kondisi yang ada malah menjadi semakin buruk ketika berhadapan dengan wabah. Ini merupakan salah satu tanda kehancuran peradaban di bawah hegemoni kapitalisme. Urgensi solusi hakiki semakin nampak.
Dan Islam dengan ajarannya yang sempurna sebagai agama dan aturan kehidupan mempunyai solusi tuntas untuk mengatasi masalah tanpa menimbulkan masalah dalam kasus pengentasan pandemi kelaparan hari ini.
Dalam skala individu, seseorang diperintahkan untuk sabar dan tawakal pun harus tetap memiliki prasangka baik terhadap Allah karena Allah Sang Pemberi rezeki. Tidak diperkenankan untuk berputus asa dari rezeki dan rahmat Allah SWT. Nabi saw. bersabda:
لاَ تَأْيَسَا مِنَ الرِّزْقِ مَا تَهَزَّزَتْ رُؤُوسُكُمَا ، فَإِنَّ الإِنْسَانَ تَلِدُهُ أُمُّهُ أَحْمَرَ لَيْسَ عَلَيْهِ قِشْرَةٌ ، ثُمَّ يَرْزُقُهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
Janganlah kamu berdua berputus asa dari rezeki selama kepala kamu berdua masih bisa bergerak. Sungguh manusia dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan merah tanpa mempunyai baju, kemudian Allah ‘Azza wa Jalla memberi dia rezeki (HR Ahmad, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Dalam skala masyarakat, Allah SWT memerintahkan kaum muslimin untuk saling memberi perhatian terhadap saudaranya. Rasulullah saw. bersabda:
مَا آمَنَ بِي مَنْ بَاتَ شَبْعَانَ وَ جَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ وَ هُوَ يَعْلَمُ
Tidaklah beriman kepadaku siapa saja yang tidur dalam keadaan kenyang, sementara tetangganya kelaparan, padahal ia tahu (HR ath-Thabrani dan al-Bazzar)
Dalam skala ketata-negaraan, Allah SWT memerintahkan penguasa untuk bertanggung jawab atas urusan rakyatnya, termasuk menjamin kebutuhan pokok mereka. Rasulullah saw. bersabda:
فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Pemimpin atas manusia adalah pengurus dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus (HR al-Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Dan di saat semua rakyat tidak berdaya, maka poin ketiga di atas yang perlu disoroti. Bagaimana seorang penguasa bertanggung-jawab atas rakyatnya yang kelaparan, berlepas diri dari mereka adalah sikap yang sangat keterlaluan.
Dan perlu untuk diketahui bersama bahwa seorang penguasa yang betul-betul bertanggung-jawab terhadap rakyatnya hanya akan lahir dari sistem yang mulia, saat Al-Quran dan As-Sunnah menjadi naungannya.
Tags
Opini