Oleh: Surida Eka Yani
( Aktivis Dakwah)
Mudik adalah moment yang sangat ditungu tunggu bagi para perantau ketika lebaran idul fitri tiba. Mereka bisa berkumpul dengan orang tua, keluarga dan sanak saudara dikampung halaman. Sungguh ini adalah moment yang sangat membahagiakan bagi setiap perantau . namun lebaran idul fitri kali di tengah pandemic corona ini akan sangat berbeda. Sebab saat ini pemerintah telah mengambil kebijakan untuk melarang mudik demi menekan penyebaran virus corona semakin meluas. Pemerintah melarang mudik tetapi memperbolehkan pulang kampung, sebuah kebijakan yang sangat membingungkan bagi para pemudik.
Meski begitu, Jokowi membantah bahwa mudik tidak sama dengan pulang kampung. Demikian ucapnya dalam wawancara bersama Najwa Shihab pada Rabu (22/4/2020).Jokowi menilai bahwa kegiatan orang yang berbondong-bondong pulang ke kampung halaman itu bukanlah mudik, melainkan pulang kampung. Katanya, pulang kampung dilakukan untuk kembali ke keluarga di kampung karena sudah tidak memiliki aktivitas atau pekerjaan di kota rantau. Sementara mudik, masih kata Jokowi, dilakukan menjelang Hari Raya Lebaran Idulfitri.
Menurut kamus KBBI mudik itu ya pulang kampung. kedua istilah mudik dan pulang kampung seharusnya sama-sama dilarang karena membawa gelombang massa yang cukup banyak ke perkampungan Dari sini jelas jika mudik dilarang maka sudah pasti pulang kampung juga dilarang. Seharusnya pemerinta memberikan kebijakan yang tegas bukan malah semakin membingungkan rakyat.
Kondisi rakyat saat ini seperti buah simalakama, mudik dilarang dan jika melanggar akan mendapat hukuman , sementara diperantauan tidak bisa makan karna tidak lagi bekerja terkena gelombang phk besar besaran. Jelas pemerintah tidak bisa memberikan solusi bagi rakyatnya justru kebijakan yang diambil pemerintah malah menimbulkan masalah baru. Terbukti dengan semakin meningkatnya kasus phk dan kelaparan ditengah pandemic corona.
Kita bisa melihat betapa buruknya system kapitalis yang di terapkan saat ini. Sistem yang hanya menguntungkan penguasa dan menghantarkan rakyat pada kesengsaraan yang berkepanjangan. rakyat yang seharusnya diuurusi seluruh kebutuhannya saat ini dilepas begitu saja. Hanya system islam yang mampu memberikan solusi terbaik yaitu Khilafah islamiyah
kisah kepemimpinan Umar bin Khathab saat ingin pergi ke daerah kecil wilayah Damascus, saat itu daerah tersebut terkena wabah tha’un ‘awamas. Dan apa yang dilakukan Umar sebagai pemimpin? Untuk mengatasi kekeringan dan kelaparan, Umar memberikan beberapa keputusan strategis, di antaranya, mendistribusikan berbagai kebutuhan pokok ke berbagai wilayah terdampak, dan melarang keras penimbunan bahan kebutuhan. Umar memerintahkan gubernur Abu Ubaidah bin al-Jarrah untuk mengisolasi rakyatnya. Dan mengurungkan perjalanannya menuju Damaskus.
Kemudian, Abd al-Rahman bin Auf menyampaikan pesan Nabi:
“Jika kalian mendengar adanya wabah di suatu negeri maka janganlah kalian memasukinya. Namun, jika terjadi wabah di tempat kalian berada maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad).
Maka jelaslah arahan seorang pemimpin, memberikan rasa aman bagi rakyatnya. Karena itulah tugas pemimpin. Sebagaimana Hadits Nabi. “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari).
Wallahu a'lam bi ash sawab