Kampanye Kurva Landai, Efektifkah atau Malah Menjerumuskan?




Oleh : Ummu Amira Aulia

Pemerintah mengkampanyekan "Gerakan Kurva Landai". Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan gerakan ini bertujuan untuk mengurangi jumlah kasus dengan cara memastikan tidak menularkan orang lain begitu juga sebaliknya (cnbnindonesia.com).

Menurut Tim Peneliti EOCRU, hingga 8 Mei 2020, pemerintah Indonesia hanya menampilkan kurva harian kasus COVID-19. Mereka mengatakan jumlah kasus konfirmasi harian tidak sama dengan jumlah kasus baru.

Sehingga dari sini, kita harus berhati-hati dengan klaim yang diungkapkan pemerintah.
turunnya jumlah kasus harian tidak bisa langsung dibaca sebagai turunkan tingkat infeksi harian.

Ada faktor lain yang sangat menantang di situ, yaitu lamanya jarak waktu antara sampel yang diambil dengan hasil yang diterima oleh Kementerian Kesehatan.

Pemerintah Harus Fokus pada Solusi, Bukan Kurva

Mengakhiri Pandemi Covid 19, bukan dengan memaksakan agar kurva menjadi landai. Tapi pemerintah dan rakyat harus bekerja sama. Pemerintah harus membenahi diri soal tes swab. Mempercepat hasil keluarnya.

Sebagaimana Singapur, yang berhasil menekan angka kematian sampai 0%. Penanganan cepat dan hasil tes tidak lama, itu kuncinya.

Disini juga ada peran para ahi. Dalam hal ini harus ada ahli virologi, para medis, dsb. Mereka harus difasilitasi untuk dapat melakukan analisis yang akurat. Mereka yang bergerak dengan ilmunya, harus lebih didengar. Bukan ditekan dengan tim buzzer.

Keberadaan para ahli, disiratkan oleh Rosulullah dalam hadistnya :

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مَرَّ بِقَوْمٍ يُلَقِّحُونَ فَقَالَ «لَوْ لَمْ تَفْعَلُوا لَصَلُحَ». قَالَ فَخَرَجَ شِيصًا فَمَرَّ بِهِمْ فَقَالَ «مَا لِنَخْلِكُمْ». قَالُوا قُلْتَ كَذَا وَكَذَا قَالَ «أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأَمْرِ دُنْيَاكُمْ»

Dari Anas ra. dituturkan bahwa Nabi saw. pernah melewati satu kaum yang sedang melakukan penyerbukan kurma. Beliau lalu bersabda, “Andai kalian tidak melakukan penyerbukan niscaya kurma itu menjadi baik.” Anas berkata: Pohon kurma itu ternyata menghasilkan kurma yang jelek. Lalu Nabi saw. suatu saat melewati lagi mereka dan bertanya, “Apa yang terjadi pada kurma kalian?” Mereka berkata, “Anda pernah berkata demikian dan demikian.” Beliau pun bersabda, “Kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian.” (HR Muslim)

Ungkapan sabda Rasul saw. “antum a’lamu bi amri dunyakum” itu bersifat umum, sesuai ketentuan ushul, ungkapan umum itu jika datang sebagai komentar atau jawaban atas suatu pertanyaan atau situasi, maka ia bersifat umum pada jenis masalah atau situasi itu. Narasi hadis-hadis tersebut jelas mengenai penyerbukan kurma. Jadi, sabda Rasul saw. “antum a’lamu bi amri dunyakum” itu berlaku untuk perkara-perkara semacam penyerbukan kurma, dan itulah yang disebut dengan “amru dunya (perkara dunia)”.

Islam tidak datang mengatur amru dunya, yakni masalah teknis dan semacamnya itu secara detil. Islam hanya mengatur perkara itu melalui hukum-hukum umum. Detil teknis dan perkara eksperimental itu bisa dipilih sesuai hasil eksperimen, pengalaman, menurut situasi dan keadaan (seperti pola irigasi, rotasi tanaman, teknis produksi, cara manufaktur, dsb) selama dalam batas-batas koridor hukum-hukum syariah. Adapun dalam perkara-perkara agama, termasuk di dalamnya perkara tasyri’, wajib hanya mengambil dan menerapkan apa yang dibawa oleh Rasul saw., yaitu syariah Islam saja. (Yahya Abdurrahman).
Demikian, Islam menempatkan segala sesuatu, sesuai porsinya.

Para ahli dihargai. Paramedis bekerja dalam batas waktu yang wajar.

Jadi semua terfokus pada solusi. Bukan kurvanya. Masyarakat pun harus taat terhadap kebijakan yang dibuat. (Wallohua'lam bisshowab)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak