Oleh : Lilik Yani
Ramadhan, rasanya baru sebentar kau membersamaiku. Terasa baru kemarin kuucapkan Marhaban Yaa Ramadhanku. Kau yang kurindukan dengan sejumlah agenda yang sudah kutulis di buku. Berharap bisa menunaikan semua rencana itu bersama keluarga dan kawan-kawanku.
Ternyata harapan itu tak semua bisa dijalankan. Karena Ramadhan tahun ini istimewa, tak sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Banyak agenda harus tertunda pelaksanaannya. Karena seluruh negeriku diuji wabah pandemi Corona.
Masjid terasa hening sepi tak berpenghuni. Masjid tak lagi menjadi tempat nyaman untuk dikunjungi. Karena kebijakan pemerintah yang melarang kita mendatangi. Social distancing melarang kita berkumpul beramai-ramai. Harus menjaga jarak dengan saudara sendiri. Tak boleh berjabat tangan, apalagi cipika cipiki.
Semua aktivitas dikembalikan di rumah. Hingga shalat tarawih ciri khas Ramadhan juga ditunaikan di rumah. Shalat berjamaah bersama keluarga diimami sang Ayah. Hingga muncullah imam-imam baru di setiap rumah. Mengembalikan peran keluarga, masing-masing anggota keluarga menjalankan amanah.
Yach, rasanya baru kemarin kami mengatur agar semua keluarga bisa menjalankan ibadah. Melatih anak-anak bangun malam untuk makan sahur agar mendapat berkah. Membiasakan semua keluarga sholat berjamaah, tak lupa mengisi setiap waktu luang dengan tilawah.
Stay at home, menambah kemesraan keluarga. Memperbaiki jalinan antar anggota keluarga yang dulu kurang terbina. Semua sibuk dengan segala macam urusannya. Kini adanya wabah Corona, seluruh anggota keluarga tinggal di rumah saja. Kesempatan membuat program ibadah Ramadhan bersama-sama.
MasyaAllah, berkah Ramadhan di tengah pandemi. Masing-masing anggota keluarga mulai mengikatkan hati. Saling bekerjasama beribadah untuk mencari Ridlo Illahi. Agar bisa terus bersama-sama hingga ke jannah nanti.
Ramadhan, hari-hari bersamamu terasa cepat sekali. Walau awalnya terasa berat sekali. Karena tak biasanya melihat masjid hening sepi. Tak biasanya menjalankan ibadah Ramadhan dalam kondisi pandemi. Awal bingung bagaimana menerapkan seluruh agenda yang sudah direncanakan jauh hari.
Ramadhan, ternyata tugas kami hanyalah taat. Dalam kondisi apapun, dalam situasi bagaimanapun, tugas manusia hanyalah tunduk menjalankan perintah. Maka walau terasa aneh menjalankan semua ibadah di rumah. Shalat tarawih ibadah khas Ramadhan juga di rumah. Awalnya bingung mencari imam, hingga dipilihlah imam keluarga yaitu ayah.
Ramadhan, langkah demi langkah kami lalui. Hingga tak terasa tibalah di penghujung Ramadhan kini. Malam tiga puluh Ramadhan gerimis di hati. Membayangkan hari-hari tanpamu di sini. Karena tugasmu di tahun ini selesai dan kau harus kembali. Bergantilah bulan Syawal pertanda datangnya Idul Fitri.
Ramadhan, maafkan kami. Jika belum maksimal membersamaimu setiap hari. Ada saja alasan yang kami ajukan untuk membenarkan diri. Hingga sering membiarkanmu berjalan sendiri. Tanpa ada amalan andalan yang bisa kujadikan hujjah saat hari hisab nanti.
Ramadhan, kini kumerenung diri. Menyesali setiap detikmu yang kubiarkan tanpa diisi. Menyesal karena Ramadhan tak bisa ditambah satu atau dua hari. Agar kutebus dengan amalan terbaik untuk menambah bekalku nanti.
Yach Ramadhan, kubersujud mohon ampunan kini. Kepada Allah Maha Pengampun dan penggenggam setiap hati. Mohon dimaafkan atas segala dosa dan kesalahan yang kulakukan selama ini.
Yaa Allah, Engkau Maha Pengampun. Suka pada pengampuan, maka ampunilah kami. Berulang-ulang kuucapkan dengin gerimis di hati.
Yaa Allah, di penghujung Ramadhan kali ini. Kami datang mengadukan segala dosa yang tak terhitung lagi. Kalau bukan Engkau yang mengampuni, hendak kemana kami pergi. Karena kami tak memiliki Rabb lagi, kecuali hanya Engkau Allah Rabbul Izzati.
Yaa Allah, jika kini kami menjalankan ibadah Ramadhan di tengah pandemi. Dengan segala keterbatasan yang kami miliki, maafkanlah kami. Mohon terimalah semua amal ibadah kami. Jadikan sebagai bekal untuk hidup di akherat nanti.
Yaa Allah, dengan berkah Ramadhan istimewa ini, semoga jadi wasilah Kau angkat wabah pandemi dari negeri kami. Engkau ijinkan si cantik Corona pergi dari negeri kami. Dan tinggallah umat-umat yang tunduk taat aturanMu, yaa Rabbi.
Yaa Allah, mohon datangkan pemimpin amanah peduli umat ke negeri ini. Pemimpin yang menerapkan hukum syara di seluruh lini. Pemimpin yang mengajak seluruh umat untuk kembali. Menjalankan semua aturan Allah tanpa tapi dan tanpa nanti.
Yaa Allah yaa Rabbi, kepadaMu kusandarkan segala masalah negeri. Umat sudah capek dalam kepemimpinan anarkhi. Umat ingin sejahtera kembali, di bawah kepemimpinan Islam yang tinggi. Hingga negeri dan seluruh penghuninya diberkahi. Aamiin.
Wallahu a'lam bisshawwab
Surabaya, 23 Mei 2020
#RamadhandiTengahWabah
#JelangMalamTakbiranGerimisHatiku
Tags
renungan