Islamfobia di Tengah Pandemi


Oleh: Yunanda Indah
Aktivis Dakwah Kampus

Dunia dihebohkan dengan makhuk kecil bernama Corona. Kegaduhan yang dihasilkannya merusak semua tatanan dunia dari politik, pendidikan bahkan ekonomi dunia. Namun dibalik semua ini masih ada orang-orang yang anti terhadap Islam mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk memuluskan agenda mereka menyudutkan Islam. Terbukti dengan munculnya beberapa konspirasi barat.

Di negara India misalnya, para ekstrimis menyalahkan seluruh populasi muslim di negara itu. Mereka juga mengklaim bahwa muslim India sengaja menyebarkan virus Corona malalui Corona jihad. Ditengah pandemi Covid-19, umat Islam di berbagi belahan dunia menjadi korban tindakan diskriminasi dan kebencian non muslim. Umat muslim selalu menjadi bulan-bulanan sumber sebaran wabah Covid-19. Misalnya kasus penularan di markas Jamaah Tabligh  di New Delhi akhir Maret lalu. Ini menjadi peluang besar bagi pembenci Islam untuk memfitnah Islam dengan segala upayanya.

Padahal sebelumnya di India telah terjadi tragedi berdarah yang menewaskan ribuan umat Islam. Tidak berhenti sampai disini, peristiwa Jamaah Tabligh  dimanfaatkan oleh kelompok Hindu nasionalis dengan mengkampanyekan antimuslim di media sosial terutama Facebook dan twiteer dengan tagar #coronajihad, #BioJihad atau #MuslimMeaningTerrorist, ini digunakan untuk menyebar konspirasi busuk bahwasanya umat Islam menyebar Corona virus untuk membunuh orang kafir.

Dilansir oleh, Republika.co.id, (11/04/20), sebuah kelompok Hak Asasi Manusia digital Asia Selatan yang berbasis di AS, Equality Labs, Xenophobiaini menyebar secara daring. Tagar #coronajihad digunakan hampir 30 ribu kali antara 29 maret dan 3 april, sebagian besar di India dan Amerika Serikat. Organisasi ini melacak ratusan tagar anti muslim ini menggambarkan muslim sebagai pembom bunuh diri yang diikat dengan istilah #muslimvirus, #islamicvirus.

Sedangkan di negara Inggris, kaum berkulit putih menyebarkan kebenciannya lewat media sosial, bahwa umat muslim Inggris melanggar peraturan lockdown dan mengabaikan aturan untuk mengisolasi dengan berkumpul di masjid. Parahnya lagi, mereka mengunggah rekaman lama sebelum Corona virus sebagai bukti bahwasanya umat Islam melanggar peraturan lockdown. Di facebook dan twiteer mereka menyebarkan meme dan foto shalat berjamaah dimasjid untuk menunjukan bahwasanya umat Islam melanggar physical distanting.

Video yang disebarkan oleh Tommy Robinson, pendiri kelompok radikal Liga Pertahanan Inggris (EDL), mengklai adanya “masjid rahasia” di Birmingham. Video itu telah disaksiakan 10 ribu kali ditonton di twiteer. Klaim itu dibantah oleh kepolisian inggris sendiri dan lembaga advokasi hoax, Tell Mama. Mereka mengatakan bahwa foto dan video itu sudah lama, sebelum corona virus, KumparanNews. co, (12/04/20).

Di Amerika serikat, kelompok supremasi kulit putih menyebarkan rumor bahwa izin lockdown akan dicabut menjelang Ramadan, sedangkan gereja sudah mulai ditutup saat paskah.

Ibarat memancing di air keruh, termasuk saat pandemi Corona ini. Kelompok-kelompok sayap kanan memanfaatkan kondisi ini untuk menyebar hoax guna memicu islamfobia. Kebencian terhadap simbol-simbol Islam membuat mereka berpikir dan bertindak semaunya untuk menyudutkan umat Islam, bahkan menuduh tanpa bukti.

Tidak heran karena kita hidup di sistem sekuler yang mana hal seperti ini sudah dianggap bukan hal tabu dan tak asing lagi. Ini adalah sebagian kecil dari permasalahan yang ada di sistem bobrok hasil cipta tangan manusia. Islamfobia adalah penyakit akut yang selalu ada di sistem sekularistik yang pada awalnya sudah meniadakan peran agama dalam kehidupan.
 Faktanya banyak kelompok-kelompok pembenci Islam mengkampanyekan islamfobia bahkan di tengah  pandemi Corona seperti sekarang ini. Mulai dari India, Inggris bahkan negara dengan campium terbesar seperti Amerika serikat mereka mencari 1000 cara untuk menyebar hoaks tentang umat Islam, seperti menyebar meme dan foto umat Islam yang melanggar physical distanting, namun klaim itu langsung dibantah oleh kepolisian inggris sendiri dan lembaga advokasi hoax, Tell Mama. (KumparanNews.co, 12/04/20)

Munculnya framing buruk tentang Islam di tengah pandemi Corona ini menunjukan rusaknya sistem buatan manusia dalam mewujudkan keharmonisan masyarakat. Bagaimana mungkin mereka menyudutkan umat Islam, padahal Islam adalah agama yang sangat menghargai nyawa seorang manusia. Bahkan dengan sengaja membunuh atau tidak melalui virus Corona seperti yang dituduhkan kaum kulit putih. Sebagaimana dalam salah satu firman Allah swt.

“Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain (qishash), atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan ia telah membunuh umat manusia seluruhya (QS Al-maidah:32)”

Ayat ini menegaskan bahwasanaya Islam merupakan Agama damai. Islam tidak suka kekerasan. Bagaimana mungkin tuduhan semacam ini mereka sematkan kepada kaum muslim? Ini membuktikan tuduhan yang dilontarkan hanya menunjukan bukti kebencian mereka terhadap Islam. Islamfobia dan turunannya akan terus berkembangbiak manakala sebuah negara masih mengadopsi sistem sekularisme yang justru menyuburkan orang-orang ekstrimis.

Meniadakan kelompok radikalis dan orang-orang yang membenci Islam hanya dengan mengembalikan Islam sebagai pedoman umat Islam. Sebab, Islam akan memerangi kafir harbi seperti yang Allah perintahkan.

Jihad yang dilakukan tidak mungkin dari individu perorang atau kelompok tertentu, hal ini sangat perlu diperhatikan bahwasanya dalam hal ini juga membutuhkan peran negara yakni khilafah agar diterapkan aturan Islam secara menyeluruh tanpa pandang bulu dalam bingkai khilafah.

Wallahu a'lam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak