Ironi, Konser di Tengah Pandemi




Oleh : Ismawati 
(Aktivis Dakwah Banyuasin)

Telah lebih dari 3 bulan lamanya, masyarakat Indonesia dilanda pandemi virus Covid-19. Virus yang berawal dari negeri tirai bambu tersebut telah menyebar hingga beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri sudah hampir seluruh wilayah terjangkit virus ini. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk menghentikan penularannya. Mulai dari kebijakan melakukan aktivitas #dirumahaja dalam belajar atau kuliah, karantina wilayah, menggunakan masker, sering-sering cuci tangan hingga menggunakan handsanitizer saat setelah memegang sesuatu dan sebagainya.

Namun faktanya angka penyebaran virusnya bukannya menurun malah semakin naik setiap harinya. Kelangkaan APD, Masker bahkan kebutuhan lain ikut melonjak. Hanya saja, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggelar Konser amal penggalangan dana pada Minggu malam (17/5). Acara ini disiarkan secara live di detikcom pukul 19.30-21.30. dihadiri banyak sekali bintang tamu yang ikut menghibur di acara konser amal tersebut. Sebut saja misalnya Judika, Rossa, Via Vallen dll.

Ironisnya, konser yang berlangsung selama 2 jam tersebut menuai kritikan lantaran dinilai tak memperhatikan protokol keamanan pencegahan virus covid-19 dengan tak menjaga jarak atau physical distancing. Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrst, Ossy Dermawan juga mengkritisi sikap para tokoh yang hadir dalam konser karena tak menjaga jarak. Beliau mengetahui itu lewat foto yang diunggah anggota BPIP Benny Susetyo. (Cnnindonesia)
“Nyuruh rakyat untuk cegah penyebaran virus corona dengan jaga jarak, tapi dari foto konser MPR-BPIP ini sama sekali tidak diterapkan physical distancing,”. Ujar Ossy dalam akun twitternya @OssyDermawan pada Senin (19/5).

Sejatinya konser tersebut bukan hanya tidak menjaga jarak saja, yang menyedihkan adalah konser diadakan saat malam bulan suci Ramadhan. Dimana seharusnya umat islam totalitas bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah. Meningkatkan ibadah dan kualitas ibadah. Mengerjakan yang wajib menambah amalan sunnah lainnya sepeti shalat tarawih di masjid, tadaruss Al-Qur’an dll. Lihat saja ditengah pandemi seperti ini Masjid-masjid di berbagai wilayah di Indonesia banyak yang ditutup. Bahkan untuk sekedar melaksanakan ibadah wajib saja sudah tidak bisa.

Amburadulnya kebijakan pemerintah atasi pandemi merupakan kegagalan kepemimpinan sistem Kapitalisme di negara ini. Mengumpulkan dana dari sumbangan rakyat, sementara dimana kekayaan Alam milik bumi pertiwi berada? Bukankah negeri kita kaya raya. Subur makmur alamnya sehingga seharusnya mampu mengatasi krisis ekonomi karena pandemi atau bahkan mengatasi persoalan krisis kelangkaan APD sampai mengobati pasien yang terjangkit positif corona.

Berbanding terbalik dengan seorang pemimpin kala menghadapi musibah di dalam islam. Khalifah (pemimpin) adalah sosok pribadi yang memiliki keimanan dan ketaqwaan dalam mengemban amanahnya. Sehingga kebijakan/ aturan yang keluar merupakan kebijakan yang cepat, tanggap, dan tuntas. Seperti yang dicontohkan oleh Khalifah Umar bin Khattab kala menghadapi musibah kriris. Beliau bertaubat dan mengadu kepada Allah SWT bahkan mengajak seluruh kaum muslimin untuk kembali kepada Allah dengan bertaqwa kepada-Nya. Karena bisa jadi, banyaknya dosa yang selama ini diperbuat yang dapat mengundang murka Allah SWT dengan datangnya bencana.

Khalifah Umar menyampaikan khutbah di hadapan orang-orang pada masa bencana. Beliau berkata : “Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Allah pada diri kalian dan dalam masalah kalian yang tidak tampak dari manusia. Saya tertimpa karena kalian. Kalian juga tertimpa musibah karena saya. Saya tidak tahu apakah kemurkaan tiba karena saya, bukan karena kalian ataukah karena kalian, dan bukan karena saya ataukah karena kita semua. Kemarilah, kita berdoa memohon kepada Allah agar berkenan memperbaiki hati kita, merahmati kita dan melenyapkan bencana dari kita.” 

Pada hari itu, Khalifah Umar terlihat menengadahkan tangannya dan berdoa memohon kepada Allah SWT. Orang-orang pun turut berdoa. Khalifah Umar meneteskan air mata. Orang-orang pun turut berlinangan air mata. (MMC)

Masya Allah, begitulah sosok pemimpin yang di rindukan saat ini. Bencana di lihat dari sudut pandang keimanan dan ketakwaan. Sehingga beliau menyandarkan penyelesaian bencana kepada Allag SWT. Bukan malah bereuforia dalam syair dan lagu. Sesungguhnya kedzoliman sudah semakin nyata, bencana mengingatkan kita akan betapa banyak dosa yang telah kita lakukan. Sehingga untuk menghadapi pandemi butuh waktu lama yang tak kunjung usai. Semoga pandemi ini segera berakhir dan kedzoliman pun segera berakhir dengan hadirnya peradaban baru, Khilafah Islam yang kepemimpinnya menjadi dambaan seluruh umat.

Wallahu a’lam bishowab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak