Oleh : Wahyu Mitasari
“Jika kamu mendengar wabah disuatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tengah kamu berada , maka jangan tinggalkan tempat itu” (HR Bukhari).
Seperti itulah perkataan Nabi Saw sebagai gambaran sejarah bagaimana cara yang dilakukan Islam pada saat terjadi wabah di suatu wilayah. Bukan sekedar gambaran, namun menjadi perintah dan aturan. Perintah untuk berdiam diri pada suatu wilayah yang terkena wabah, serta tidak mendatanginya jika wilayah tersebut bukanlah wilayah kita. Pada zaman modern saat ini sering kita sebut #stayathome. Tidak hanya sampai disitu, sang khalifah (Pemimpin) serta jajarannya akan memberikan solusi. Membagikan pangan, menggunakan aset negara untuk kehidupan bersama, serta memberikan layanan kesehatan secara gratis tanpa memperbanyak suara.
Permasalahan wabah adalah qadarullah (Takdir Allah) yang tidak patut disesalkan, namun wajib untuk berikhtiar dan mengharap kesembuhan. Ikhtiar dan mengharap kesembuhan tersebut bukan urusan perorangan, namun menjadi tugas dan tanggung jawab bersama. Islam memang sangat serius dalam menangani wabah, tanpa menitik beratkan ekonomi yang melemah, serta mementingkan nyawa dan tubuh yang lemah agar tak semakin berdarah.
Hal ini akan berat dilakukan bagi negara yang memuja pemilik modal. Melemahnya peredaran ekonomi menjadi momok tersendiri. Bukan khawatir soal runtuhnya kesejahteraaan, namun khawatir jika menara harta yang telah berdiri akan jatuh berantakan, serta agar aliran deras modal tetap mengalir beraturan. Kepedulian terhadap yang lemah masih menjadi urusan nomor akhir. Kesejahteraan tersebut milik perorangan, yang bergelimang harta dan kekuasaan.
Hingga #Indonesiaterserah muncul sebagai secuil kata yang menggemparkan indonesia. Seorang petugas kesehatan dengan APD melekat di badan mencul dalam video membawa tulisan #Indonesiaterserah, yang trending pada Jum’at 15 Mei hingga puncaknya Sabtu 16 Mei 2020 (Kompas.com, 18/5/2020). Tagar tersebut dituliskan bukan tanpa alasan, namun sebagai bentuk ketidaksetujuan akan kebijakan pelonggaran PSBB, padahal Covid-19 semakin memakan korban.
Konten petugas medis berseragam tersebut hangat diperbincangkan oleh warganet karena menilai bahwa penanganan wabah Covid-19 oleh pemerintah belum maksimal dilakukan.
Tidak sampai disitu, tagar tersebut juga sebagai bentuk kekecewaan para petugas medis yang melihat situasi semakin kritis. Mall kembali sesak, pasar kembali ramai, jalan kembali macet, dan protokol kesehatan tak lagi dipedulikan. Bahkan muncul kata untuk berdamai dengan Corona.
Tak ayal bahwa petugas kesehatan benar-benar kecewa, pasalnya setiap hari merekalah yang berada di garda terdepan perjuangan. Perjuangan untuk menyelamatkan nyawa yang terinfeksi virus Corona, serta menjadi orang terdepan yang berkemungkinan terinfeksi virus. Bukankah akan semakin berat apabila hanya mereka yang berjuang? Sehingga kekecewaan tersimpul menjadi tagar #Indonesiaterserah.
Jika kita sejenak melirik sejarah, yaitu tentang Flu Spanyol yang terjadi tahun 1918. Flu ini menewaskan hingga 50-100 juta orang, serta menginfeksi sekitar 500 juta orang. (Wikipedia, 21/05/2020). Gelombang kematian terbesar justru pada saat terjadi pelonggaran karantina dan isolasi, serta tak banyak lagi orang yang peduli.
Bukan tak mungkin bahwa sejarah ini akan terulang kembali. Tentu saja yang dibutuhkan saat ini adalah solusi yang memecahkan masalah, bukan justru menyuburkan masalah. Solusi yang mendamaikan, bukan mematikan perlahan. Serta solusi yang mensejahterakan, bukan menambah beban.
Saatnya menilik solusi yang digunakan dalam sejarah pada masa Rasulullah Saw, yaitu solusi kepemimpinan Islam. Dengannya isolasi akan tetap berjalan tanpa kelaparan, medis akan tetap menjalankan tugas tanpa kenaikan BPJS. Perlawanan terhadap wabah terus terkawal karena tidak berada dalam cengkeraman pemilik modal. Untuk selamat tidak harus menunggu sekarat, karena memperoleh selamat tidak harus dibeli dengan emas berkarat.
Itulah solusi Islam, yang didalamnya terdapat aturan dan syariat yang dibuat oleh pencipta wabah, dan pencipta alam jagat raya. Ketika seluruh umat manusia mendengar dan taat bahwa Islam adalah wujud persatuan umat, maka bukan tak mungkin bahwa manusia akan selamat. Karena sesungguhnya Islam adalah solusi dan bukti yang telah jauh digunakan oleh manusia-manusia pilihan berjamin surga dan kenikmatan serta menjadi panutan, yaitu Rasulullah Saw.
Maka sudah selayaknya kita kembali kepada Islam secara kafah agar semua permasalahan umat bisa terpecahkan secara totalitas, tidak meninggalkan bias, mampu menentramkan hati dan memuaskan akal.
Wallahu a'lam
Tags
Opini