Hadapi Wabah, Negara Abai, Rakyat pun Lalai



Oleh: Mariatul Qibtiah

Negeri dagelan, negeri terserah, dan sebutan lainnya  yang disematkan oleh masyarakat melalui jejaring sosialnya untuk negeri kita yang tercinta ini, sebagai bentuk kekecewaan yang luar biasa diakibatkan “salah urus” pengelolaan negara oleh penguasanya.
Bagaimana tidak, di tengah pandemi yang masih menguasai Indonesia, mereka yang punya posisi sebagai pengatur urusan rakyat justru seperti semakin meremehkan wabah ini, mulai dari kebijakan yang  tidak konsisten sampai rakyat disuruh “berdamai” dengan Covid-19. Ditambah lagi masalah ekonomi yang masih terus didominasi aktifitas investasi dari luar yang pasti memiliki konsekuesi negatif bagi Indonesia, salah satu nya adalah akan membanjirnya TKA dari para investor sebagai syarat investasi. Hal tersebut akan berdampak besar terhadap para pekerja di Indonesia, apalagi ditengah pandemi saat ini yang sebagian besar para pekerjanya sangat sulit mendapatkan pekerjaan kembali sesudah dirumahkan bahkan sampai di PHK sepihak oleh banyak perusahaan mereka yang merugi.


Dalam kondisi wabah Covid-19 saat ini, ketegasan pemerintah sangat diperlukan untuk membuktikan bahwa mereka ada untuk rakyatnya. Tegas mengatur keluar masuknya orang, tegas dalam penggunaan anggaran, tegas dalam menindak para “rampok negara”, dan ketegasan-ketegasan lainnya yang diperlukan sebagai ciri seorang pemimpin negara untuk menyelesaikan masalah Covid-19 beserta seluruh dampaknya yang begitu kompleks secara tuntas.


Salah satu dampak ketika negara abai dan tidak serius dalam pengurusan wabah ini yang kemudian berujung pada ketidaktegasan PSBB dengan membiarkan masyarakat berkeliaran diluar rumah, dan berujung pula pada ketidakmeratakan pemberlakukan PSBB dimana mesjid ditutup sementara mall di buka, dimana pengajian di segel sementara konser terus main. Dampaknya adalah masyarakat akhirnya tumpah ruah di luar, baik di pasar, di mall atau bahkan nekat pulang kampung dengan kendaraan pribadi ataupun transportasi umum yang semakin membludak di Minggu terakhir Ramadhan ini.


Semua kriteria seorang pemimpin sudah dicontohkan oleh kepemimpinan Rasulullah dan para sahabat yang mulia. Dimana mereka memiliki ketegasan-ketegasan dalam mengambil kebijakan dengan bersandarkan pada syariat Allah Swt bukan hawa nafsu.
Mereka tegas dalam menerapkan hadis terkait pengelolaan wabah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Tha’un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.” (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid).


Mereka juga tegas dalam menegakkan dalil tentang masalah ekonomi “Padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.” (Al-Baqarah [2]: 275).


Masih banyak ketegasan lain yang diterapkan para penguasa yang menerapkan syariat Islam dengan didukung ketakwaan individu rakyatnya dan kontrol masyarakat yang semua tertuju pada satu tujuan, yakni rida Allah Swt.

Wallahu a'lam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak